Rabu, 21 Maret 2012

Dinodai Ayah Kandung dan Abang


Tokoh Utama :

  1. Ayu (17 tahun)
  2. Handoyo (50 tahun)
  3. Roy (20 tahun)

Tokoh Figuran :
  • Mar (40 tahun),  Dina (18 tahun), Ayah Dina (45 tahun), Kapolsek

Tingkah manusia di dunia makin edan saja. Ini cerita sungguhan, tetapi nama tokoh dan nama tempat disamarkan, seorang ayah menyetubuhi putri kandungnya selama 7 tahun dengan dibantu abang tirinya.
Ayu (17), nama samaran gadis malang itu, jadi pelampiasan nafsu bejat ayah kandungnya sejak berumur 10 tahun. 7 tahun Ayu disetubuhi Handoyo (50), baik siang atau malam. Bahkan saat menstruasi pun, Ayu terpaksa melayani hasrat Handoyo. Bila menolak, Handoyo mengancam memukul dan mengusir Ayu dari rumah.
Ceritanya, dulu, Handoyo adalah duda saat menikahi Mar (40), status wanita ini juga janda. Kabarnya, Mar adalah istri keempat Handoyo. Dari buah perkawinan mereka, lahirlah Ayu disusul 4 adiknya. Keterbatasan ekonomi membuat Ayu hanya mengecap pendidikan hingga kelas 2 SD. Sejak putus sekolah, Ayu membantu tugas ibunya di rumah dan menjaga empat adiknya.

Saat menginjak usia 10 tahun, petaka itu merusak masa depan Ayu. Meski lupa tanggal, hari dan bulan, Ayu ingat jelas kala terjaga dari tidur, tubuh Handoyo telah menindih perutnya. Saat itu, Ayu mengaku belum tahu niat ayahnya menindih. Apalagi, di kamar tidur itu, tiga adik Ayu berada di sisi putri sulung pasangan Handoyo dan Mar itu.
Menit berikutnya, Handoyo mengancam Ayu agar tak berisik apalagi berteriak sambil menempelkan telunjuknya ke bibir.
“Ssssttt … diam !  Jangan berisik ataupun berteriak”
Ayu hanya diam tak tahu harus berbuat apa, dia ketakutan karena ayahnya mengancam.
“Kalau kamu teriak, aku pukuli kamu. Dan kamu ngga boleh tinggal di rumah ini.”
 Handoyo lalu melucuti pakaian Ayu sambil  meraba alat vital putri kandungnya itu. Satu per satu kancing baju Ayu dilepasi ayahnya, pakaian Ayu lepas dari tubuhnya, Meski tak nyaman diperlakukan begitu, Ayu hanya diam saja ketika buah dadanya yang baru muncul sedikit itu di jilati dan dikucup Ayahnya. Sementara itu tangan Handoyo telah berusaha melapas kaitan rok bawahan Ayu dan melorotkannya kebawah kakinya bersama dengan celana dalamnya. Ayu tak kuasa menolak saat tubuhnya yang telah teanjang bulat diraba-raba. Ayu takut dengan ancaman Handoyo yang akan memukulinya bahkan mengusirnya dari rumah bila menolak keinginan Ayahnya. Handoyo dengan rakusnya melumat bibir kemaluan putrinya yang masih polos dari jembut, dan memek Ayu yang masih perawan. Dijilatinya itil Ayu, diperlakukan begitu lama-lama Ayu merasa terangsang, tubuhnya seakan terbang melayang. Cairan kewanitaan Ayu terpaksa keluar, melumasi lubang kewanitaannya. Cairan memeknya itu sebetulnya belum waktunya keluar, tetapi karena buah dadanya diremas-remas dan kelentitnya dijilati dengan lidah Handoyo, dan sesekali dihisapnya maka cairan itu keluar membasahi lubang vaginanya agar siap dimasuki senjata biologis milik Ayahnya.
Ayu mendesah-desaah tak karuan, sehingga Handoyo mengerti bahwa Ayu sudah terangsang dan siap disetubuhi. Handoyo bangkit dan melepas pakaiannya sendir. Ayu yang sudah merasakan tubuhnya melayang keenakan jadi bertanya-tanya.
“Lho, koq sudah pak…?”
“Kenapa, Ayu? Enak ngga ?”
“Belum pernah Ayu merasakan seperti ini, pak….”
“Sebentar lagi, kamu akan merasakan yang lebih enak lagi… mau ?”
Ayu tidak menjawab tapi hanya mengangguk kepala dan tersenyum, Ayu tak tahu yang bakal terjadi, dia hanya mengikuti Ayahnya dan diiringi rasa penasaran. Ayu hanya pasrah saja ketika tubuh Ayahnya yang sudah telanjang juga itu kembali menindih tubuhnya. Dada Handoyo menempel di dada Ayu, bibir Ayu dilumat oleh bibir Ayahnya, tetapi penis Ayahnya masih menempel dipaha Ayu mencari-cari sasaran yang tepat yaitu memek Ayu yang perawan. Handoyo terpaksanya melengkungkan tubuhnya supaya penisnya bisa masuk ke sasaran lubang kenikmatan Anaknya. Ayu merasa geli-geli basah karena ujung penis Ayahnya menyentuh daging kecil diantara bibir memeknya. Handoyo sengaja menggosokkan supaya Ayu lebih terangsang, dan betul juga memek Ayu semakin basah oleh cairan wanitanya.
Batang kelamin Handoyo sudah keras maksimal, perlahan-lahan mulai masuk menelusuri lubang sempit-nya perawan memek Ayu. Ayu sedikit nyengir merasakan sakit.
“Aaaakkhh …. Sakit, pak….”
“Tahan sebentar …. Sakitnya hanya sebentar…” kata Handoyo sambil membiarkan batang penisnya terbenam didalamnya, supaya memek Ayu beradaptasi dengan benda asing yang belum pernah masuk ke dalam tubuhnya. Memek Ayu berenyut-denyut merasakan sakit, Handoyo mengobatinya dengan memberikan remasan di buah dada, kecupan di leher dan bibir Ayu dilumatnya. Setelah beberapa saat kemudian Handoyo menggerakkan pinggulnya, membuat penisnya keluar masuk di memek Ayu yang sudah berkurang rasa sakitnya. Rintihan Ayu berubah menjadi desahan yang mengundang birahi Ayahnya yang sedang keluar masuk merasakan nikmatnya perawan anak kandungnya.
Ayupun merasakan kenikmatan yang tak terkira, merasakan batang penis Ayahnya yang sudah berpengalaman keluar masuk vagina wanita dewasa. Dan Ayupun akhirnya mencapai puncak kenikmatan disetubuhi Ayahnya, dan Handoyopun memuncratkan spermanya karena memek Ayu yang sempit karena masih perawan dan merasakan diremas-remas oleh dinding memek karena Ayu mengalami orgasme yang dahsyat dan lama.
“Crruuuttt…. Crut… crut….” Sperma Handoyo tumpah di dalam tubuh anak gadisnya.
Begitulah. Malam itu, Handoyo berhasil memperawani Ayu.
Sejak itu, tiap Handoyo ‘pengen’, Ayu terpaksa melayani birahi ayahnya. Dan itu berlangsung hingga Ayu sekarang berusia 17 tahun. Kalau mau dihitung, udah nggak terhitung lagi berapa kali Handdoyo menyetubuhi Ayu.
Ayu juga pernah menceritakan hal itu pada ibunya namun wanita yang melahirkannya itu tak percaya.
“Mamak nggak percaya kalau nggak liat langsung,” tanggapan Mar setengah percaya setengah ngga percaya. Tak tahan diperlakukan tak senonoh, Ayu memberanikan diri bercerita pada Roy, abang tirinya. Ironisnya, Roy ternyata tak kalah bejat seperti Handoyo.
Ketika aib itu diceritakan pada Roy (20), saudara tirinya, Ayu ibarat lepas dari mulut buaya masuk mulut harimau. Roy mendengar cerita Ayu malah terangsang dan ikut mencicipi tubuh Ayu.  Betapa tidak, sebab tubuh Ayu memang menggiurkan seksi dan wajah Ayu yang putih dan cantik Roy malah ‘minta jatah’.
“Mas.apa-apaan ini…” Ayu mencoba berontak, saat pemuda kurus itu memeluk dan menciumi leher dan bibir Ayu. Roy terus melancarkan serangannya hingga tubuh Ayu jatuh diranjang. Hal ini menguntungkan Roy untuk menggerayangi tubuh Ayu. Roy menesupkan tangannya ke bawah rok yang dikenakan Ayu dan menarik celana dalam Ayu, sementara itu Roy hanya mengeluarkan batang kelaminnya yang sudah keras danmemanjang. Baik Ayu maupun Roy masih berpakaian lengkap, tetapi Roy berhasil memasukkan penisnya ke dalam vagina Ayu. Dengan begitu Ayupun menyerah dan membiarkan hal itu teerjadi.
Roy merasakan tidak ada perlawanan dari Ayu, maka kesempatan itu digunakan untuk menelanjangi tubuh Ayu dan menelanjangi dirinya. Jadilah dua tubuh telanjang bergumul di atas ranjang di kamar Roy, kakak tirinya. Karena memeknya diobok-obok penis Roy, payudaranya diremas-remas, bibir dan leher dikecup habis-habisan, maka lambat laun Ayu menikmati persetubuhan itu. Ayu berpikir ‘daripada tersiksa lebih baik dinikmati saja’. Ayu diam-diam membandingkan penis Ayahnya dan penis abang tirinya yang sedang keluar masuk dalam memeknya. Penis Ayahnya lebih besar, tapi penis Abangnya lebih panjang.
Roy terus bergerak keluar masuk menikmati tubuh Ayu, dan akhirnya Roy menyemprotkan air maninya bersamaan dengan Ayu mengalami orgasme. Hari-hari berikutnya dengan memaksa Roy minta dilayani berulang kali.
Derita Ayu makin berat hingga tak tahu harus mengadu ke mana lagi. Beruntung kisah itu sampai ke telinga anak bos dimana Ayah Ayu bekerja di situ, namanya Dina (18), (biasa, nama samaran) mereka, Dina dan Ayahnya, mau membantu. Keluhan Ayu diteruskan kepada Mar dan polisi hingga Handoyo dan Roy ditangkap.
“Aku nggak nyangka jadinya macam ini. Kalau siang aku bantuin dia (Handoyo) kerja, kalau malam memang tidak aku perhatikan. Lagipula aku masih menyusui si-kecil,”ujar Mar sambil membetulkan kain gendongan anaknya yang masih berusia 4 bulan.
Mar berharap kasus itu diselesaikan secara kekeluargaan karena Handoyo adalah tulang punggung keluarga. Ditahannya Handoyo membuat Mar bingung hingga harus memutuskan kembali ke rumah orang tuanya.
Di penjara, Handoyo yang kesehariannya menarik becak dayung itu, menyesali perbuatannya. “Tapi semua udah terjadi. Kalau pun dia (Ayu) hamil dan melahirkan anak, memang aku bingung mau panggil apa, panggil cucu atau anak. Tapi kurasa panggil anak aja, karena dia benihku,”terang Handoyo.
Demikian pula, Roy juga mau tanggungjawab bila Ayu hamil. Namun saat ditanya siapa yang paling berhak mengakui benih Ayu sebagai anaknya, Handoyo dan Roy hanya saling pandang tanpa bicara.
Mereka akan dijerat pasal 81 UU No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak dengan ancaman 12 tahun penjara,”ujar Kapolsek setempat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar