Sabtu, 26 Januari 2013

Perawanku Hilang Oleh Ayah Pacarku

Perkenalkan nama panggilanku Linda. Aku baru berusia 18 tahun (SMA kelas III). Tinggiku lumayan sekitar 168 cm dan warna kulitku kuning bersih. Rambutku pendek sebahu, dan dadaku tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil juga. Sangat proporsional antara tinggi dan berat badanku. Kata orang-orang aku sangat cocok untuk seorang model. Dan aku baru sebulan mempunyai pacar. Aku anak ke 3 dari 4 bersaudara dan semua perempuan. Kakak-kakakku semua sudah mempunyai pacar, kecuali adikku yang paling kecil kelas dua SMP.
Pengalaman ini terjadi sekitar awal bulan Februari bulan Valentine. Pengalaman ini tidak kukarang sendiri tapi berdasarkan cerita asli yang kualami. Ceritanya begini. Bermula saat aku diajak berkenalan dengan keluarga cowokku, sebut saja namanya Ari. Orang tuanya ramah-ramah dan menyenangkan. Ketika aku diperkenalkan dengan Ayahnya, kesan pertamaku adalah dia tampan, tinggi sekitar 170 cm, dan tubuhnya atletis. Pokoknya sesuai dengan pria idamanku. Pekerjaan Ayahnya memimpin perusahaan swasta terkenal di Jakarta, pekerjaan ibunya juga wiraswasta, mereka orang tua yang super sibuk. Kami kenalan dan aku diajak makan malam disana kata cowokku ini adalah acara yang jarang dia temui di rumah nya. Pada satu kesempatan aku diajak ngobrol sama Ayahnya, namanya Hendra, aku memanggilnya Om Hendra. Saat itu Ari sedang keluar rumah karena disuruh membelikan sesuatu oleh Ayahnya, karena aku sendirian sebagai gantinya Ayahnya menemaiku ngobrol di ruang tamu.

Dan pada saat ngobrol-ngobrol tersebut kami sempat menukar nomor HP. Kira-kira tiga hari kemudian, Om Hendra menelepon ke HPku.
“Hallo selamat sore, bisa bicara dengan Linda, ini dari Oom Hendra.”
“Ada apa Oom, kok tumben mau nelepon ke sini, aku kira sudah lupa.”
“Gimana kabar kamu, mana mungkin aku lupa. Hmm, Linda ada acara nggak malam minggu ini.”
Aku sempat kaget Oom Hendra mengajakku keluar malam minggu ini. Padahal aku adalah pacar anaknya, kok dia sudah berani mengajakku keluar. Ah, biarlah, Oom Hendra ini lebih enak diajak ngobrol dari pada anaknya sekaligus pacarku, juga lebih ganteng, cowok seperti ini memang idamanku.
“Hmmm… belum tau, mungkin nggak ada, dan mungkin juga ada,” jawabku.
“Kenapa bisa begitu,” balas Oom Hendra.
“Ya, emang kenapa Oom,” balasku lagi.
“Oom pingin ngajak kamu jalan-jalan, kalau gitu aku jemputnya ke rumahmu, sabtu sore, kita jalan-jalan aja. Di mana alamat rumahmu.”
“Ngga usah Oom.. nanti Linda yang ke rumah Oom saja…”
Kemudian aku memberikan alamat rumahku. Dan ternyata Oom Hendra tidak sedang bergurau dia datang ke rumahku. Ya, aku kaget juga, aku kira Oom Hendra bergurau.
Tepat hari sabtu sore, Oom Hendra datang dengan mobilnya dan parkir tepat di depan rumahku. Kira-kira sepuluh menit di rumah, ngobrol -ngobrol dan pamitan dengan orang rumah, akhirnya kami meninggalkan rumah dan belum tahu mau menuju ke mana. Di dalam mobil kami berdua, ngobrol sambil ketawa-ketawa dan tiba-tiba Oom Hendra menghentikan mobilnya di mall.
Oom Hendra, orangnya menyenangkan dan aku dibelikan apa saja yang aku suka. Aku sepertinya punya ayah yang sayang padaku. Kami terlihat akrab sekali. Setelah capek jalan-jalan di mall kami kembali ke parkiran dimana Oom Hendra memarkirkan mobilnya.
“Linda, kamu cantik sekali hari ini, boleh aku mencium kamu,” bisik Oom Hendra mesra.
“Oom, ciuman apa nih, dan Oom sudah tahu siapa aku dan aku punya pacar.”
“Kalo kamu sudah punya pacar, aku sudah tahu, aku ingin menciummu karena kamu cantik.”
Tiba-tiba tangan Oom Hendra memegang tanganku dan meremasnya kuat -kuat.”Aku sayang kamu Linda, begitu melihat kamu, aku langsung tertarik.”
Dan Oom Hendra menarik tanganku hingga badanku ikut tertarik, lalu Oom Hendra memelukku erat-erat dan mencium rambutku hingga telingaku. Aku merinding dan tiba-tiba tanpa kusadari bibir Oom Hendra sudah ada di depan mataku. Dan pelan-pelan Oom Hendra mencium bibirku. Pertama-tama, sempat kulepaskan. Karena inilah pertama kali aku dicium seorang laki-laki. Dan tanpa pikir panjang lagi, aku yang langsung menarik badan Oom Hendra dan mencium bibirnya. Ciuman Oom Hendra sudah ahli sekali dan membuatku begitu bernafsu untuk menarik lidahnya. Oh.. betapa nikmatnya malam ini. Dan, lama-kelamaan tangan Oom Hendra mulai meraba sekitar dadaku.
Aku biarkan Oom Hendra menciumku dan meremas dadaku, terus terang aku menikmati ciuman dan remasan itu. Semenjak pertama kali melihat Oom Hendra aku langsung tertarik, entah karena apa. Dan sekarang aku menikmati ciuman laki-laki yang tampan dan aku suka.
“Jangan Oom, aku tidak mau secepat ini, lagi pula aku kan pacar anak Oom,” jawabku.
Sebenarnya aku ingin dadaku diremas oleh Oom Hendra karena aku sudah mengidam-idamkan dan sudah membayangkan apa yang akan terjadi berikutnya.
“Linda, bagaimana kalau kita nonton aja. Sekarang masih jam setengah delapan dan film masih ada kok.”
Akhirnya aku setuju. Di dalam bioskop kami mencari tempat posisi yang paling bawah. Oom Hendra sepertinya sudah sangat pengalaman dalam memilih tempat duduk. Dan begitu film diputar, Oom Hendra langsung melumat bibirku yang tipis. Lidah kami saling beradu dan aku membiarkan tangan Oom Hendra meraba di sekitar dadaku. Walaupun masih ditutupi dengan baju.
Tiba-tiba Oom Hendra membisikkan sesuatu di telingaku, “Linda, kamu membuat nafsuku naik.”
“Aku juga Oom,” balasku manja.
Dan Oom Hendra menarik tanganku dan mengarahkan tanganku ke arah penisnya. “Astaga,” pikirku. Ternyata diluar dugaanku, penis Oom Hendra sudah sangat tegang sekali. Dan aku tidak menyia-nyiakan kesempatan yang pertama kali ini. “Teruskan Linda, remas yang kuat dan lebih kuat lagi.” Tak lama kemudian, tangan Oom Hendra sudah berhasil membuka bajuku. Kebetulan saat itu aku memakai kemeja kancing depan. Sehingga tidak terlalu susah untuk membukanya. Kebetulan aku memakai BH yang dibuka dari depan.
Akhirnya tangan Oom Hendra berhasil meremas susuku yang baru pertama kali ini dipegang oleh seorang laki-laki. Oom Hendra meremasnya dengan lembut sekali dan sekali-kali Oom Hendra memegang puting susuku yang sudah keras. “Teruskan Oom, aku rasakan enak sekali..” Dan tanpa sengaja aku pun sudah membuka reitsleting celananya, yang pada saat itu memakai celana kain. “Astaga,” pikirku sekali lagi, tanganku dibimbing Oom Hendra untuk memasuki celana dalam yang dipakainya. Dan sesaat kemudian aku sudah meremas-remas penis Oom Hendra yang sangat besar. Kami saling menikmati keadaan di bioskop waktu itu. “Teruskan Oom, enak sekali..” Tidak terasa film yang kami tonton berlalu dengan cepat. Dan akhirnya kami keluar dengan perasaan kecewa.
“Kita langsung pulang ya Linda sudah malam,” pinta Oom Hendra.
“Oom, sebenarnya aku belum mau pulang, lagian biasanya kakak-kakakku kalau malam mingguan pulangnya jam 11:30 malam, sekarang masih jam 10:15, kita keliling-keliling dulu ya.” bisikku mesra.
Sebenarnya dalam hatiku ingin sekali mengulang apa yang sudah kami lakukan tadi di dalam bioskop. Namun rasanya tidak enak bila kukatakan pada Oom Hendra. Mudah-mudahan Oom Hendra mengerti apa yang kuinginkan.
“Ya, jangan begitu, kakak-kakak kamu pulang jam 11:30 ya silakan tapi kamu jangan begitu, kita pulang saja ya? Aku ngga enak sama orang tuamu” balas Oom Hendra dengan nada menasehati.
Sampai di dekat rumahku, Oom Hendra memarkirkan mobilnya di bawah pohon dan sebetulnya masih jauh dari rumahku. Aku agak heran mengapa Oom Hendra menghentikan mobilnya, tiba-tiba Oom Hendra langsung menarik wajahku dan mencium bibirku. Kelihatannya Oom Hendra begitu bernafsu melihat bibirku. Sebenarnya inilah waktu yang kutunggu-tunggu. Kami saling melumat bibir dan permainan lidah yang kami lakukan membuat gairah kami tidak terbendung lagi.
Tiba-tiba Oom Hendra melepaskan ciumannya. “Linda, aku ingin mencium susumu, bolehkan..” Tanpa berkata sedikit pun aku membuka kancing kemejaku dan membuka kaitan BH yang kupakai. Terlihat dua gundukan yang sedang mekar -mekarnya dan aku membiarkannya terpandang sangat luas di depan mata Oom Hendra. Dan kulihat Oom Hendra begitu memperhatikan bentuk bulatan yang ada di depan matanya. Memang susuku belum begitu tumbuh secara keseluruhan, tapi aku sudah tidak sabar lagi untuk dicium oleh seorang lelaki.
“Linda, apa ini baru pertama kali ada yang memegang yang menciumi susumu,” bisik Oom Hendra.
“Iya, Oom, baru Oom yang pertama kali, aku memberikan ke orang yang benar -benar aku inginkan,” balasku manja.
Tak lama kemudian, Oom Hendra dengan lembutnya menciumi susuku dan memainkan lidahnya di seputar puting susuku yang sedang keras. Aduh enak sekali rasanya. Inilah waktu yang tunggu-tunggu sejak tadi. Nafsuku langsung naik pada saat itu.
“Jangan berhenti Oom, teruskan ya… aku enak sekali..” Dan tanganku pun dibimbing Oom Hendra untuk membuka reitsleting celananya. Dan aku membukanya. Kemudian Oom Hendra mengajak pindah tempat duduk dan kami pun pindah di tempat duduk belakang. Sepertinya di belakang kami bisa dengan leluasa saling berpelukan. Baju kemejaku sudah dilepas oleh Oom Hendra dan yang tertinggal hanya BH yang masih menggantung di lenganku. Reitsleting celana Oom Hendra sudah terbuka dan tiba-tiba Oom Hendra menurunkan celananya dan terlihat jelas ada tonjolan di dalam celana dalam Oom Hendra. Dan Oom Hendra menurunkan celana dalamnya. Terlihat jelas sekali penis Oom Hendra yang besar dan berwarna kecoklatan. Ditariknya tanganku untuk memegang penisnya. Dan aku tidak melepaskan kesempatan tersebut. Oom Hendra masih terus menjilati susuku dan sekali-kali Oom Hendra menggigit puting susuku.

“Oom, teruskan ya… jilat aja Oom, sesukamu..” desahku tak karuan.
Sementara aku masih terus memegang penis Oom Hendra. Dan sepertinya Oom Hendra makin bernafsu dengan permainan seksnya. Akhirnya Oom Hendra sudah tidak tahan lagi.
“Linda, kamu cantik… kamu seksi”
Sejujurnya aku merasa tersanjung dengan kata manisnya, tapi aku tak tahu apa yang dimaui Oom Hendra, maka aku menurut saja ketika Oom Hendra menyingkap rok miniku dan celana dalamku sudah dilepas. Dan Oom Hendra merubah posisi duduknya, Oom Hendra mengarahkan kepala penisnya hingga menempel di bibir memekku. Digesek-gesekkan kepala seperti topi baja itu ke klitorisku, hingga aku keenakan. Oom Hendra tahu kalau memekku sudah basah sekali. Perlahan-lahan kepala penis itu tenggelam ke lubang perawanku.
“Oom, sakit…. Oom…”
Oom Hendra, tiba-tiba menahan kepala penisnya masuk ke memekku lebih dalam dan menyuruhku berbenah. “Linda, jangan diteruskan…. , baju dan celanamu pakai lagi..” perintah Oom Hendra, dia juga membenahi pakaian yang hampir terlepas semua.
“Linda, maafkan aku ya..”
“Ngga pa pa Oom, aku yang minta maaf, Oom.”
“Tidak apa-apa Linda..”
Kemudian Oom Hendra menahan tanganku ketika menutup kancing bajuku, lalu menaruhkan tangannya ke susuku. Aku pun memperhatikan kelakuan Oom Hendra. Dan Oom Hendra mengelus-elus susuku. Akhirnya aku diantar oleh Oom Hendra ke pintu masuk rumah. Karena besoknya kami berjanji akan ketemu lagi. Malamnya entah mengapa aku sangat sulit sekali tidur. Karena pengalamanku yang pertama membuatku penasaran, entah apa yang akan kulakukan lagi bersama Oom Hendra esoknya. Dan, malam itu aku masih teringat akan penis Oom Hendra yang sempat menyentuh memekku. Ingin cepat-cepat kuulangi lagi peristiwa malam itu.
Besoknya dengan alasan ada tugas kelompok, aku akhirnya bisa keluar rumah. Akhirnya sesuai jam yang sudah ditentukan, Oom Hendra menjemputku dan Oom Hendra membawaku ke suatu tempat yang masih teramat asing buatku.
“Tempat apa ini Oom,” tanyaku.
“Linda, ini tempat kencan, daripada kita di mobil lebih bagus kita ke sini aja, dan lebih aman dan tentunya lebih leluasa. Kamu mau.”
“Entahlah Oom, aku masih takut tempat seperti ini.”
“Kamu jangan takut, kita tidak keluar dari mobil. Kita langsung menuju kamar yang kita pesan.”
Dan sampai di garasi mobil, kami keluar, dan di garasi itu hanya ada satu pintu. Sepertinya pintu itu menuju ke kamar. Benar dugaanku. Pintu itu menuju ke kamar yang sudah dingin dan nyaman sekali, tidak seperti yang kubayangkan. Terlihat ada kulkas kecil, kamar mandi dengan shower, dan TV 21, dan tempat tidur untuk kapasitas dua orang.
“Linda, kita santai di sini aja ya… mungkin sampai sore atau kita pulang setelah malam nanti, kamu mau..” pinta Oom Hendra.
“Aku setuju saja Oom, terserah Oom….”
Setelah makan siang, kami ngobrol-ngobrol dan Oom Hendra membaringkan badanku di tempat tidur. “Linda, kamu mau kan melakukannya sekali lagi untukku.” Aku setuju. Sebenarnya inilah yang membuatku berpikir malamnya apa yang akan kami lakukan berikutnya. Oom Hendra berdiri di depanku, dan melepaskan kancing kemejanya satu persatu, dan membuka celana panjang yang dipakainya. Terlihat sekali lagi dan sekarang lebih jelas lagi kepunyaan Oom Hendra daripada malam kemarin. Ternyata kepunyaan Oom Hendra lebih besar dari yang kubayangkan. Dan, dalam sekejap Oom Hendra sudah terlihat bugil di depanku. Oom Hendra memelukku erat-erat dan membangunkanku dari tempat tidur. Sambil mencium bibirku, Oom Hendra melepaskan kancing-kancing baju putih seragam sekolah yang kupakai. Dan memelukku sambil melepaskan ikatan BH yang kupakai. Dan pelan-pelan tangan Oom Hendra mengelus susuku yang sudah keras. Dan lama-kelamaan tangan Oom Hendra sudah mencapai reitstleting belakang rok abu-abu seragam sekolahku dan membuka rok abu-abu. Dan menurunkan celana dalamku. Aku masih posisi berdiri, dan Oom Hendra jongkok tepat di depan vaginaku. Oom Hendra memandangku dari arah bawah. Sambil tangannya memeluk pahaku.
“Linda, bodi kamu bagus sekali.”
Oom Hendra sekali lagi memperhatikan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat dan menciumi aroma vaginaku.
“Linda, seandainya hari ini perawanmu hilang, kamu bagaimana.”
“Terserah Oom saja, aku tidak peduli tentang perawanku, aku ingin menikmati hari ini, dengan Oom berdua, dan aku kepengen sekali melakukannya dengan Oom..”
Akhirnya aku pasrah apa yang dilakukan oleh Oom Hendra. Kemudian Oom Hendra meniduriku yang sudah tidak memakai apa-apa lagi. Kami sudah sama-sama bugil. Dan tidak ada batasan lagi antara kami. Oom Hendra bebas menciumiku dan aku juga bebas menciumi Oom Hendra. Kami melakukannya sama-sama dengan nafsu kami yang sangat besar. Baru pertama kali ini aku melakukannya seperti hubungan suami istri. Oom Hendra menciumi seluruh tubuhku mulai dari atas turun ke bawah. Begitu bibir Oom Hendra sampai di vaginaku yang sudah sangat basah, terasa olehku Oom Hendra membuka lebar vaginaku dengan jari-jarinya. Ah… nikmat sekali. Seandainya aku tahu senikmat ini, ingin kulakukan dari dulu. Ternyata Oom Hendra sudah menjilati klitorisku. Dengan permainan lidahnya di vaginaku dan tangan Oom Hendra sambil meremas susuku dan memainkan putingku, aku rasanya sudah sangat enak sekali. Sepertinya tidak kusia-siakan kenikmatan ini tiap detik. Oom Hendra sekali-kali memasukan jarinya ke vaginaku dan memasukkan lidahnya ke vaginaku.
Akhirnya dengan nafsu yang sudah tidak bisa kutahan lagi, kukatakan pada Oom Hendra. “Oom, masukkan punyamu ke punyaku ya… masukkannya pelan -pelan,” pintaku. Oom Hendra lalu bangkit dari arah bawah. Dan menciumi bibirku.
“Linda, kamu sudah siap aku masuki, apa kamu tidak menyesal nantinya.”
“Tidak Oom, aku tidak menyesal. Aku sudah siap melakukannya.”Lalu Oom Hendra melebarkan kakiku dan terlihat jelas sekali punya Oom Hendra yang sangat besar sudah siap-siap untuk masuk ke punyaku. Vaginaku sudah basah sekali. Dan kubimbing penis Oom Hendra agar tepat masuk di lubang vaginaku. Pertama-tama memang agak sakit, tapi punyaku sepertinya sudah tidak terasa lagi akan sakit yang ada, lebih banyak nikmatnya yang kurasakan. Dengan dorongan pelan dan pelan sekali, akhirnya punya Oom Hendra berhasil masuk ke dalam lorong kenikmatanku.
“Oh… enak sekali,” jeritku.
Terasa seluruh lorong dan dinding vaginaku penuh dengan penis besar kepunyaan Oom Hendra. Dengan sekali tekan dan dorongan yang sangat keras dari penis Oom Hendra, membuat hari itu aku sudah tidak perawan lagi. Oom Hendra membisikkan sesuatu di telingaku, “Linda, kamu sudah tidak perawan lagi.”
“Ngga apa-apa Oom, jangan dilepas dulu ya…”
“Terus Oom, pelan-pelan Oom, aku enak sekali..” Dengan posisi aku di bawah, Oom Hendra di atas, kami melakukannya lama sekali. Oom Hendra terus menciumi susuku yang sudah keras, penis Oom Hendra masih terbenam di vaginaku keluar masuk. Akhirnya puncak kenikmatanku yang pertama tercapai juga.
“Oom Hendra sepertinya aku sudah tidak tahan lagi… Oom.”
“Nikmati terus Linda, aku tidak akan melepaskan punyaku.”
“Oom, aku tidak tahan lagi… a..ahh… aaahh.. aku …. Oom, aku ooohhh.. Oom..enaak sekali, jangan berhenti, teruskan… aaaa… aaaa..” Pada saat orgasme yang pertama, Oom Hendra langsung menciumi bibirku. Oh… benar -benar luar biasa sekali enaknya.
Akhirnya aku menikmati kehangatan penis Oom Hendra dan aku masih memeluk badan Oom Hendra. Walaupun udara di kamar itu sangat dingin, tapi hawa yang kami keluarkan mengalahkan udara dingin.
“Linda, aku masih mau lagi, tidak akan kulepaskan… sekarang aku mau posisi lainnya. Kamu mau?”
Kemudian kami berubah posisi. Oom Hendra berbaring di belakangku, dia memeluk tubuhku sambil meremas susuku. Dan dibagian bawah kurasakan penis Oom Hendra kembali masuk ke vaginaku, tangan kanannya menyentuh kliotorisku sementara itu penis besar dan panjang keluar masuk mengocok vaginaku.
“Linda punyamu sempit sekali.”
“terus Oom, aku ingin orgasme sekali lagi dan berkali-kali.”
Kami melakukannya sangat lama sekali. Penis Oom Hendra yang sudah sangat keras sekali membuatku bernafsu untuk melawannya. Dan permainan Oom Hendra di vaginaku juga membuatku benar-benar terangsang dan sepertinya saat-saat seperti ini tidak ingin kuakhiri.
“Oom… aku mau … aaahhhh… lagi… aku tidak tahan lagi …”
“Tahan sebentar Linda, aku juga mau keluar..”
Tiba-tiba Oom Hendra langsung merubah posisi. Aku di bawah dan dia di atas. Dengan cepat Oom Hendra melebarkan kakiku, dan oh.. ternyata Oom Hendra ingin memasukkan penisnya ke vaginaku. Dan sekali lagi Oom Hendra memasukkan penisnya ke vaginaku. Walaupun masih agak sulit, tapi akhirnya lorong kenikmatanku dapat dimasuki oleh penis Oom Hendra yang besar.
“Dorong yang keras Oom, lebih keras lagi,” desahku. Oom Hendra menggoyangan badannya lebih cepat lagi.
“Iya Oom, … terus… aaa..aaa… enak sekali, aku mau melakukannya terus menerus dengan Oom..”
“Linda, aku sudah tidak tahan lagi… aku mau keluar…”
“Aku juga Oom, sedikit lagi, kita sama-sama ya… aaa..”
“Linda… aku keluar..”
“Aku juga Oom… aaa… aa… terasa Oom, terasa sekali hangat spermamu..”
“Aduh, Linda… goyang terus Linda, punyaku lagi keluar…”
“Aduh Oom… enak sekali…”
Bibirku langsung menciumi bibir Oom Hendra yang lagi dipuncak kenikmatan. Tak lama kemudian kami sama-sama terdiam dan masih dalam kehangatan pelukan. Akhirnya kami mencapai kenikmatan yang luar biasa. Dan sama-sama mengalami kenikmatan yang tidak bisa diukur.
“Linda… spermaku sekarang ada di dalam memekmu.”
“Ia Oom…”
Tidak lama kemudian, Oom Hendra membersihkan cairan spermanya di vaginaku.
“Linda, kalo kamu hamil, aku mau bertanggungjawab.”
“Iya Oom..” jawabku singkat.
Akhirnya kami mandi sama-sama. Di kamar mandi kami melakukannya sekali lagi, dan aku mengalami kenikmatan sampai dua kali. Sekali keluar pada saat Oom Hendra menjilati vaginaku dan sekali lagi pada saat Oom Hendra memasukkan penisnya ke vaginaku. Oom Hendra pun mengalami hal yang sama.
Sorenya kami melakukannya sekali lagi. Kami melakukannya berulang kali. Dan istirahat kami hanya sebentar, tidak sampai satu jam kami sudah melakukannya lagi. Benar-benar luar biasa. Aku pun tidak tahu kenapa nafsuku begitu bergelora dan tidak mau berhenti. Kalau dihitung-hitung dalam melakukan hubungan badan, aku sudah orgasme 8 kali orgasme. Dan kalau hanya sekedar diisap oleh Oom Hendra hanya 3 kali. Jadi sudah 11 kali aku orgasme. Sementara Oom Hendra sudah 3 kali.
Malamnya tepat jam 8.30 kami keluar dari penginapan. Padahal jika dipikir-pikir, hanya dalam waktu dua hari saja aku sudah melepaskan keperawananku ke seseorang. Dan sampai sekarang hubunganku dengan Oom Hendra bukan sifatnya pacaran, tapi hanya bersifat untuk memuaskan nafsu saja. Pacaran dengan Ari (anaknya Oom Hendra) masih jalan.
Dan, baru kali ini aku bisa merasakan tidur yang sangat pulas sesampainya di rumah. Besoknya aku harus sekolah seperti biasa dan tentunya dengan perasaan senang dan ingin melakukannya berkali-kali. Seperti biasa setiap tanggal 20, aku datang bulan. Dan kemarin (tanggal 20 Februari) ini aku masih dapat. Aku langsung menelepon Oom Hendra sepulang dari sekolah.
“Oom, aku dapat lagi, dan aku tidak hamil.”
“Iya Linda… syukurlah…”
“Oom, aku ingin melakukannya sekali lagi, Oom.. mau ya Oom..”
Dan, ternyata kami bisa melakukannya di mana saja. Kadang aku mengisap penis Oom Hendra sambil Oom Hendra menyetir mobil yang lagi di jalan tol. Dan setelah cairan sperma Oom Hendra keluar yang tentunya semua kutelan, karena sudah biasa, setelah itu tangan Oom Hendra memainkan vaginaku. Kadang juga sebelum pulang aku tidak lagi mencium bibir Oom Hendra, tapi aku mengisap kepunyaan Oom Hendra sebelum turun dari mobil, hanya sekitar 2 menit, Oom Hendra sudah keluar. Dan aku masuk rumah masih ada sisa-sisa aroma sperma di mulutku. Di tiap pertemuan kami berdua selalu berciuman saling merangsang. Jika kami ingin melakukan hubungan badan, biasanya kami menyewa penginapan dari siang sampai sore dan hanya dilakukan tiap hari sabtu karena pada saat itu sepulang sekolah Oom Hendra langsung mengajakku ke penginapan.
Inilah pengalamanku yang pertama. Jika ingin mengontakku silakan melalui email temanku (abgmmk@gmail.com), aku siap bertukar pikiran dan pengalaman. Aku tidak akan memberikan teleponku. Mengingat aku masih SMA, belum diperbolehkan oleh kakak-kakakku. Padahal tanpa sepengetahuan mereka, aku lebih jauh melakukannya daripada mereka.
Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar