Minggu, 22 Juni 2014

Selingkuh dengan Adik Ipar

Tokoh Utama :

  1. Tutik
  2. Tanto

Tokoh Figuran : Mas Adi,

Dalam hal seks sebenarnya aku sudah puas sekali dipenuhi oleh Mas Adi (Suamiku). Aku punya adik ipar, yaitu adik dari Mas Adi yang tinggal dalam satu komplek dengan kami.  Adik kami itu juga sudah berkeluarga dan baru saja melahirkan. Karena dekat aku juga banyak membantu seperlunya. Suatu hari Mas Adi sedang tidak ada di rumah karena ada tugas ke luar kota selama seminggu dan anakku juga sedang ada di rumah neneknya. Kira-kira pukul 19.00 Adik Mas Adi itu, Tanto namanya, datang ke
rumahku. Aku agak nggak enak juga, malam-malam aku sedang sendirian kok dia datang ke rumahku. Nampaknya Tanto tahu bahwa aku sedang sendirian. Mula-mula dia bilang mau cari obat flu, tetapi setelah kuberi, dia tidak segera pulang juga. Pembaca harap ketahui bahwa keluarga Mas Adi itu orangnya memang cakep-cakep. Yang perempuan cantik-cantik. Tanto ini tidak kalah dengan Mas Adi. Orangnya tinggi semampai dan kuning. Wajahnya tidak ganteng tetapi cantik seperti wanita. Orangnya nampak lebih romantis daripada Mas Adi. Kami duduk di ruang tamu. Aku pamit ke dapur untuk membuat minum, Aku sedang menyeduh teh, ketika Tanto tiba-tiba sudah di belakangku. Sebelum kusadar apa yang terjadi, Tanto sudah mendekapku dari belakang.

"Tok, jangan.. jangan, nggak boleh.." kataku sambil berusaha melepaskan diri.
"Mbaak.. Mbaak Tutik", bisiknya sambil menciumi leherku dan telingaku.
"Mbaak aku kangen banget sama Mbaak. Kasihanilah aku Mbaak. Aku kangen banget", bisiknya sambil terus mendekapku erat-erat.
"Ingat Tokk aku ini kakakmu lhoo. istri kakakmu .. ini nggak boleh.." kataku sambil meronta-ronta.
"Aduhh. Mbaak jangan marah yaa. Aku nggak kuaat", bisiknya penuh nafsu.

Tangannya meremas buah dadaku, menciumi leher dan belakang telingaku. Tangan kirinya merangkulku dan tangan kanannya tahu-tahu sudah meraba vaginaku. Aduh, gilaa, malah bangkit nafsuku. Kalau tadi aku meronta, sekarang aku malah diam, pasrah, menikmati remasan di vaginaku. Aku dibaliknya menjadi berhadapan, aku didekapnya, dan diciumi wajahku. Dan akhirnya bibirku dikemotnya habis-habisan. Lidahnya masuk ke mulutku, dan aku tidak terasa lagi lidahku juga masuk ke mulutnya. Tanto ini menurutku saat itu agak kasar tetapi benar-benar romantis, aku benar-benar terhanyut. Sensasinya luar biasa. Mungkin orang diperkosa itu kalau situasinya memungkinkan malah menjadi nikmat untuk dinikmati. Aku membalas pelukannya, membalas ciumannya. Kami semakin liar. Tangan Tanto menyingkap dasterku dan merogoh ke dalam celana dalamku. vaginaku didekapnya dan dipijat-pijatnya, diremasnya, dimainkannya jarinya di belahan vaginaku dan menyentuh clitorisku. Kami tetap berdiri, aku didorongnya mepet menyandar ke tembok. Celana dalamku dipelorotkan di pahaku, sementara dia membuka celana dan memelorotkan celana dalamnya. Penisnya sudah tegang banget mencuat ke atas. Tangan kananku dibimbingnya untuk memegangnya. Aduuh besar sekali, lebih besar daripada punya Mas Adi. Secara reflek penisnya kupijat dan meremas-remas dengan gemas. Tanto semakin menekan penisnya ke vaginaku. Aku paskan di lubangku, dan akhirnya masuk, masuk semuanya ke dalam vaginaku. Tanto dengan sangat bernafsu mengocok penisnya keluar masuk. Benar-benar kasar gerakannya, tetapi gila aku sungguh menikmatinya. Penisnya terasa mengganjal dan nikmat banget. Aku pegang bokongnya dan kutekan-tekankan mepet ke pangkal pahaku, agar mencoblos lebih dalam lagi.

"Mbaak aku nggaakk taahaan lagii.." keluhnya.
"Di luar saja, di luar saja yaa.." bisikku dengan nafas memburu.
"Oooh.. Mbaakk..", cepat kudorong pinggulnya ke belakang, sehingga penisnya terlepas dari vaginaku. Tangan Tanto segera menggenggam penisnya dan spermanya muncrat mengenai perut, dasterku dan sebagian tumpah di lantai dapur. Kami berpelukan lagi sambil mengatur napas kami. Ya ampun, aku disetubuhi Tanto dengan berdiri, dipepetkan ke tembok. Gila, aku malah menikmatinya, aku orgasme, walaupun hanya dilakukan tidak lebih dari 10 menit saja. Setelah selesai Tanto kusuruh cepat-cepat pulang lewat pintu belakang. Setelah dia pulang aku jadi ketakutan setengah mati. Jangan-jangan ada orang yang tahu. Aduh bisa geger komplek ini. Malam itu aku langsung mandi keramas. Setelah mandi, sambil menonton TV di kamarku aku berpikir macam-macam. Aku telah selingkuh, apa aku ini diperkosa. Diperkosa? Aku justru menikmatinya. Tanto itu kurang ajar dan kasar. Tapi penisnya gede banget dan nikmat banget. Mengapa Tanto kurang ajar kepadaku? Mungkin dia sudah puasa tidak menyetubuhi istrinya selama sebulan lebih sampai istrinya melahirkan. Dan pasti dia sudah menaksirku sejak lama. Kalau nafsunya naik ke kepala, mengapa dilampiaskan kepadaku? Tetapi mengapa aku juga menikmatinya? Aku ketiduran sampai pagi.

Perselingkuhanku dengan Tanto berulang beberapa kali, selalu saat Mas Adi ke luar kota. Kami melakukan di kamar tidurku atau di sofa ruang tamuku. Aku seperti punya simpanan laki-laki, dan aku benar-benar menikmati persetubuhan colongan itu. Karena dilakukan dengan takut-takut ketahuan orang, akhirnya selalu terburu-buru, tetapi sensasinya luar biasa. Memabokkan, dan membuatku kecanduan. Hubunganku dengan Tanto berakhir, setelah dia mendapat tugas baru di kota lain. Sebelum dia pergi, aku sengaja menghindar untuk tidak menemuinya. Waktu dia pamit ke rumahku, aku pergi lewat pintu belakang pura-pura tidak tahu. Dia ditemui Mas Adi saja. Aku akan melupakannya. Harus melupakannya. Aku wajib menjaga keutuhan rumah tanggaku yang telah aku bina bertahun-tahun. Akhirnya aku melupakannya. Sekarang hanya penis Mas Adi yang memasuki vaginaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar