Tokoh
Utama :
- Randy (43 tahun)
- Rika (45 tahun)
Tokoh
Figuran :
- Anak Monica, Anak Rika, Monica (45 tahun), Nita
Perkenalkan namaku Randy, ‘cerita panas’ ini
terjadi beberapa tahun yang lalu, begitu panasnya cerita ini sampai sekarang
aku belum bisa melupakannya. Langsung saja begini ceritanya, aku
mempunyai saudara sepupu cewek bernama Monica yang umurnya mendekati 45
tahun. Monica adalah seorang janda semenjak 3 tahun yang lalu karena
ditinggal cerai suaminya yang terpikat cewek lain. Saat ini dia
tinggal di salah satu perumahan yang tidak terlalu besar di sebuah kota yang berhawa
panas di Jawa Tengah. Kebetulan
anak dari sepupuku ini sudah ditempat kost, karena mereka lebih dekat dari
tempat kuliahnya. Aku kadang-kadang mampir ketempatnya, untuk mengobrol maupun
mendengar keluh kesah curhatan dia, karena dari kecil kami memang sudah sangat
akrab.
Suatu hari aku main ke rumahnya, terlihat beberapa teman
sepupuku yang sedang bertamu. Biasanya aku langsung ke ruang tamu dibelakang,
membaca koran, majalah atau menonton televisi. Karena aku pikir mereka sedang
mengobrol seputar cowok atau mengenai salon. Lalu aku dipanggil oleh sepupuku
untuk diperkenalkan kepada teman-temannya.
“Kenalin nich Mbak Rika dan Mbak Nita” kata
sepupuku.
Aku menjabat tangan satu persatu teman sepupuku
ini. Karena mereka sepertinya sangat santai sekali cara mengobrolnya, aku agak
sungkan lalu aku ke belakang kembali. Kudengar cara mereka bicara seperti
anak-anak seumur tujuh belas tahun, mungkin bila di depan anak-anak mereka,
tidak begitu cara mereka berbicara. Mereka tinggal di perumahan Bintaro, bila
dengar cerita sepupuku Mbak Rika baru enam bulan ini ditinggal oleh suaminya
karena kecelakaan pesawat terbang, sedangkan Mbak Nita adalah seorang istri
pejabat yang sering ditinggal suaminya keluar negeri. Mbak Rika mempunyai tubuh
padat, kulit putih, tinggi kurang lebih 165 cm. Sedangkan Mbak Nita agak
langsing dengan payudara yang agak lumayan menonjol serta mempunyai warna kulit
yang sama dengan Mbak Rika.
“Mon aku pulang dulu yach, tuch sudah dijemput
anakku, masalahnya aku mau ke Bogor ada acara arisan” kata Mbak Nita.
“Lho aku pulang dengan siapa nich” sela Mbak
Rika.
“Gampang nanti diantar oleh adik gue” jawab
Monica seraya menepuk bahuku.
“Wach enggak ngerepotin nich Mas” kata Mbak Rika
kembali.
“Enggak koq Mbak” jawabku.
Lalu aku disuruh menemani Mbak Rika mengobrol,
karena sepupuku Monica hendak mandi. Kulihat Mbak Rika memakai rok hitam serta
blazer berwarna pink, duduk santai dikarpet membaca majalah sambil meluruskan
kakinya. Kulihat begitu bening kulit dipahanya. Lalu kami mengobrol panjang
lebar, tapi kulihat dari pandangan Mbak Rika agak sedikit genit, sehingga
membuatku pusing juga. Setelah Monica selesai mandi, Mbak Rika mohon pamit.
“Mas tolongin dong, maklum nich sudah tua” sambil
minta tolong kepadaku supaya meraih kedua tangannya untuk berdiri.
“Ha ha ha Rika.. Rika.. Makanya minum jamu dong”
ledek Monica terhadapnya.
“Aduch.. Koq begini yach pinggangku” jawab Mbak Rika sambil menunduk memegang pinggangnya.
“Nach lho.. Kenapa nich” tanya Monica.
“Aduch.. Koq begini yach pinggangku” jawab Mbak Rika sambil menunduk memegang pinggangnya.
“Nach lho.. Kenapa nich” tanya Monica.
“Enggak tahu nich” jawab Mbak Rika.
Lalu aku tuntun Mbak Rika ke dalam mobil.
“Ok. Mon.. Sampai lusa yach bye.. bye.. ”
Dalam perjalanan Mbak Rika duduk di depan,
menemaniku membawa mobil, dia juga minta izin kalau dia mau rebahan sambil
menurunkan sandaran jok kebelakang. Kadang kucuri pandang paha Mbak Rika yang
agak tersingkap dari roknya.
“Mas sepertinya pinggangku agak salah urat nich saat duduk di karpet tadi”“Wach itu harus cepat-cepat diurut lho.. Mbak” kataku.
“Tapi mau cari tukang urut dimana, malam-malam begini” kata Mbak Rika.
“Memang anak-anak Mbak enggak ada yang bisa mengurut Mbak?” tanyaku memancing.
“Mereka semua di Jogya Mas, kuliah disana” jawabnya.
“Yach kalau enggak keberatan, aku bisa sich mengurut pinggang Mbak Rika” pancingku lagi.
“Yach udach.. ” jawabnya mengangguk.
Singkat cerita aku menunggu Mbak Rika diruang
tamu, karena dia sedang ganti baju sambil membuatkan aku teh manis. Mbak Rika
keluar dari ruang tengah sambil membawa cangkir minuman untukku, dengan hanya
mengenakan daster yang amat tipis, sehingga secara samar-samar terlihat BH
serta celana dalamnya. Wach tambah pusing aku dibuatnya.
“Minum dulu dech Mas” sapa dia.
Lalu aku diajak ke dalam kamar Mbak Rika, untuk
diurut.
“Mas bagian sini nich” sambil Mbak Rika
mengangkat dasternya hingga kebahunya dalam keadaan terlungkup ditempat tidur.
Memang Mbak Rika ini mempunyai tubuh yang padat,
hingga kedua belah bagian pantatnya tampak tersembul ke atas, dan yang lebih
gilanya dia memakai celana dalam yang model belakangnya hanya seutas tali yang
menyelip diantara kedua belah pantatnya. Tak disangka hari ini aku menikmati
pemandangan yang luar biasa indahnya. Lalu aku mengambil minyak dari keranjang
yang telah dia sediakan, didalam keranjang itu juga ada beberapa botol
alat-alat untuk mandi. Aku mulai menggosok bagian pinggangnya dan kadang-kadang
tanganku kusentuh pada bongkahan daging pada kedua belah pantatnya. Dia rupanya
sangat menikmati urutan tanganku dipinggangnya, hingga dia terlelap tidur.
“Mbak gimana sudah agak enakan enggak?” tanyaku.Dia kaget terbangun lalu, dia berkata “Mas bisa tolong sekalian betis kakiku enggak, masalahnya agak pegal-pegal juga nich”
“Yups.. ” jawabku singkat.
Tampak Mbak Rika agak merenggangkan kedua belah
kakinya dan tetap dalam posisi terlungkup, tampak sekilas kulihat pinggiran
lubang vagina Mbak Rika tersembul diantara celana dalamnya yang memang hanya
berbentuk segitiga pada bagian depannya. Aku lalu menukar minyak gosok dengan
body oil dalam keranjang diatas meja dekat tempat tidur Mbak Rika. Aku mulai
menggosok dari betis ke arah paha dengan melumurkan body oil agak banyak. Terus
kuurut kedua belah betis Mbak Rika hingga sampai kedua belah pahanya.
“Mas urutnya agak ditekan sedikit dibagian sini
Mas, soalnya pegel amat sich” kata Mbak Rika sambil menunjuk antara paha dan
pantatnya dibagian belakang, lalu dia juga membuka tali dari celana dalamnya
dan menariknya lalu ditaruhnya dekat bantal dikepalanya. Makin jelas sudah
kulihat vagina Mbak Rika dari bagian belakang dan tampaknya bulu-bulu jembutnya
dicukur bersih olehnya. Aku mulai menekan pantatnya dengan kedua jempolku, dan
kadang-kadang aku sentuh lubang anus Mbak Rika dengan sentuhan halus.
“Och..” tampak Mbak Rika mulai mendesah.
Aku tuang body oil banyak-banyak dikedua
bongkahan daging dipantatnya, lalu aku mulai menggosoknya turun naik dari kedua
pahanya. Lalu Mbak Rika menyuruhku menaruh body oil ditelapak tanganku, lalu
dipegangnya tanganku dan ditaruh disela-sela lubang kemaluannya.
“Mas tolong gosok dibagian ini yach Mas”
pintanya.
Lalu aku mulai menggosok bibir kemaluannya mulai
dari lubang anus Mbak Rika.
“Och.. Mas teruskan Mas.. Och.. ”
Kulihat Mbak Rika mulai terangsang oleh
sentuhan-sentuhan kelima jariku. Tanpa buang waktu sambil menggosok body oil
kumasukan jari tengahku ke dalam lubang kemaluannya, terus kulalukan beberapa
kali, dan kulihat kedua tangan Mbak Rika meramas keras sprei ditempat tidurnya.
Tiba-tiba Mbak Rika bangun dari tempat tidurnya lalu menyerangku dengan ciuman
dibibirku sambil mempermainkan lidahnya. Dan dia berbisik.
“Mas aku buka bajunya yach”
Aku hanya mengangguk tanda setuju. Dilepaskannya
baju dan celanaku, hingga tak selembarpun benang menempel ditubuhku.
“Daster Mbak aku buka juga yach”
Diapun mengangguk setuju. Aku disuruhnya duduk
disamping tempat tidurnya, lalu disodorkan kedua belah buah dadanya ke mulutku, dan aku sambut dengan melumat
kedua belah bongkahan daging kenyal di dadanya.
Tangan kananku juga sudah bermain disekitar vagina Mbak Rika, tampaknya bekas
body oil yang tadi sudah bercampur dengan cairan bening dilubang kemaluan Mbak
Rika. Dia makin mendekap kepalaku kedadanya, dan kadang-kadang pinggulnya
menghentak-hentak ke arahku, saat jari-jariku keluar masuk ke dalam lubang
kemaluannya.
Lalu dia jongkok di hadapanku dan mulai memasukan penisku ke dalam mulutnya, tampak
penisku hilang ditelan oleh gumulan mulutnya hingga masuk menyentuh
tenggorokannya. Rasa nikmat mulai menjalar keubun-ubun kepalaku. Lalu dia
permainkan lidahnya pada ujung bagian bawah penisku. Wach sangat pintar sekali
pikirku Mbak Rika ini cara merangsang laki-laki.
“Mas mau khan gantian” pintanya.
Aku mengerti bahwa Mbak Rika minta dijilati
vaginanya. Lalu dia mengambil handuk kecil, disemprotnya handuk tersebut dengan
minyak wangi, yang kutahu bukan minyak wangi lokal, lalu dibersihkan
selangkangannya dengan handuk tersebut. Lalu diapun tidur terlentang dengan
mengganjal pantatnya dengan dua buah bantal tidurnya. Maka tampak jelas lubang
kemaluan Mbak Rika yang telah mempunyai bibir disisi kanan kirinya dengan warna
merah kecoklat-coklatan. Dan tampak pula lubang anus Mbak Rika yang sudah
berwarna coklat tua, pasti dia pernah bermain anal sex juga nich pikirku. Dan
memang tidak terlihat sehelai rambutpun disekitar kemaluan dan anusnya.
Lalu aku mulai jilat bibir kemaluan Mbak Rika,
dan memang tidak tercium bau yang aneh-aneh, berarti memang Mbak Rika sangat
rajin merawat tubuhnya. Dia mulai menggelinjang diatas tempat tidurnya, saat
kusapu kemaluannya dengan lidahku. Lalu aku oleskan telunjukku dengan body oil,
dan kumasukan pelan-pelan ke dalam lubang anusnya, berbarengan dengan lidahku
mempermainkan kelentitnya.
“Och.. Och.. Och..!!”
Tampak teriakan Mbak Rika sepertinya tidak
menghiraukan akan ada orang lain yang mendengarkannya.
“Teruskan Mas.. Jangan berhenti.. Och.”
Terus kupermainkan kedua lubang Mbak Rika,
akhirnya dia memintaku untuk memasukkan penisku ke dalam lubang kemaluannya.
“Mas.. Pakai kondom yach.., itu ambil didalam
laci”
Ternyata didalam laci kulihat bukan hanya kondom,
tetapi ada beberapa penis yang terbuat dari karet elastis juga terdapat
didalamnya. Setelah kupakai kondom, kumasukan penisku ke dalam kemaluannya,
langsung aku hentak keras beberapa kali lubang kemaluannya. Iapun mengimbangi
dengan mengangkat pantatnya tinggi-tinggi, terus kulakukan permainan keras
tersebut selama tiga puluh menit, hingga kulihat Mbak Rika sudah lemes beberapa kali mengejang mencapai
orgasmenya dan tidak lagi melakukan perlawanan. Sedangkan penisku belum
ada tanda-tanda mau mengeluarkan pejuhnya, lalu aku cabut penisku dari lubang kemaluan Mbak Rika.
Perlahan-lahan aku masukan ke dalam lubang anus Mbak Rika sambil meneteskan
body oil dibagian atas penisku.
“Pelan-pelan Mas..”
Terus aku tekan penisku hingga terpendam habis
dilubang anus Mbak Rika, dan pelan-pelan juga aku tarik, lalu aku masukan
kembali, sampai Mbak Rika tidak membuat reaksi tanda sakit dilubang anusnya.
Aku mulai menggenjot tanpa henti penisku ke dalam lubang anusnya, dan karena
tidak selonggar lubang kemaluan Mbak Rika, pejuku mulai berlomba-lomba ingin
keluar.
Dan saat pejuhku hendak muncrat kutekan penisku dalam-dalam sambil mencium
bibir dan merangkul tubuh Mbak Rika kuat-kuat. Setelah keluar semua air maniku, aku terkulai
disisi tubuh Mbak Rika. Dan kulihat Mbak Rika mencabut kondomku lalu
membersihkan penisku dengan handuk kecilnya. Lalu iapun merangkul diriku,
sambil berbisik.
“Jaga rahasia kita berdua ini yach Mas..”
Akupun mengangguk lalu kukecup keningnya, sambil
merangkulnya erat-erat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar