Senin, 02 Januari 2012

Swinger ML - Ngeseks Tukar Pasangan


Tokoh Utama :

  1. Anna
  2. Dicky
  3. Sinta
  4. Agus

Tokoh Figuran :
  • none

Empat orang, Anna, Dicky, Sinta, dan Agus duduk di ruang makan menikmati jamuan yang disediakan tuan rumah. Hidangan penutup dan buah-buahan segar membuat mereka sangat menikmati jamuan tersebut. Dari ruang makan, mereka beranjak ke ruang keluarga. Anna menyetel musik klasik, sedangkan Dicky mengambil minuman, ia menuangkan tequila buat Anna dan Sinta, sedangkan untuknya dan Agus, masing-masing segelas anggur Prancis, agak keras alkoholnya. Rona merah membayang pada wajah mereka berempat,  akibat pengaruh minuman yang mereka teguk. Percakapan mereka yang semula ringan-ringan di seputar
kerja dan kuliah Sinta makin beralih pada hal-hal erotis, apalagi waktu Anna melihat ke arah Agus dan berkata,
“Wah, pengaruh anggur Prancis sudah membangunkan makhluk hidup di paha Agus. Lihat nggak tuh Sin?” Sinta menengok ke bagian bawah tubuh Agus dan membandingkan dengan Dicky,
“Lho, yang satu ini pun sudah mulai bangkit dari kubur, hi… hi….hi…”
Sinta yang duduk di dekat Agus menyenderkan kepalanya pada bahu kanan Agus. Anna mengajak suaminya berdiri dan berdansa mengikuti irama lagu The Blue Danube-nya Strauss. Entah pernah kursus atau karena pernah di luar negeri, mereka berdua benar-benar ahli melakukan dansa. Setelah lagu tersebut berlalu, terdengar alunan Liebestraum. Dicky melepaskan pelukannya pada pinggang Anna dan mendekati Sinta, lalu dengan gaya seorang pangeran, meminta kesediaan Sinta menggantikan Anna menemaninya melantai, sementara Anna mendekati Agus.
Agus yang tak begitu pandai berdansa menolak dan menarik tangan Anna agar duduk di sampingnya memandang suaminya berdansa dengan keponakannya. Rupanya Sinta pun tidak jelek berdansa, meskipun tak sebagus Tantenya, ia mampu mengimbangi gerakan Dicky. Saat alunan lagu begitu syahdu, mereka berdua saling merapatkan tubuh, sehingga dada Dicky menekan payudara Sinta. Di tengah-tengah alunan lagu, wajah Dicky mendekati telinga Sinta dan dengan bibirnya, ia mengelus-elus rambut di samping telinga Sinta dan dengan kedua bibirnya sesekali cuping telinga Sinta ia belai. Tatapan Sinta semakin sayu mendapati dirinya dipeluk Dicky sambil dimesrai begitu. Lalu bibir Dicky turun ke dagu Sinta, menciumi lehernya. Desahan Sinta keluar dari bibirnya yang separuh terbuka. Lalu Sinta dengan masih berada pada pelukan Dicky di pinggangnya, mengarahkan ciuman pada bibir Dicky. Mereka berpagutan sambil berpelukan erat, kedua tangan Dicky melingkari pinggul Sinta, sedangkan kedua tangan Sinta memeluk leher Dicky. Permainan lidah mereka pun turut mewarnai ciuman panas itu.
Dicky lalu membuka gaun Sinta hingga terbuka dan melewati kedua pundaknya jatuh ke lantai. Kini Sinta hanya mengenakan kutang dan celana dalam berwarna merah muda. Tangan Sinta ikut membalas gerakan Dicky dan membuka bajunya, kemudian kulihat jari-jarinya bergerak ke pinggang Dicky membukai ikat pinggang dan risleting celana Dicky. Maka terlepaslah celana Dicky, ia hanya tinggal memakai celana dalam. Lalu jari-jari Sinta bergerak ke belakang tubuhnya, membuka tali kutangnya, hingga menyembullah keluar kedua payudaranya yang sintal. Keduanya masih saling berpelukan, melantai dengan terus berciuman. Namun tangan keduanya tidak lagi tinggal diam, melainkan saling meraba, mengelus; bahkan tangan Dicky mulai mengelus-elus bagian depan celana dalam Sinta. Sinta mendesah mendapat perlakuan Dicky dan mengelus-elus penis Dicky dari luar celana dalamnya, lalu dengan suatu tarikan, ia melepaskan pembungkus penis tersebut sehingga penis Dicky terpampang jelas memperlihatkan kondisinya yang sudah terangsang. Dicky mengarahkan penisnya ke vagina Sinta dan melakukan tekanan berulang-ulang hingga Sinta semakin liar menggeliatkan pinggulnya, apalagi ciuman Dicky pada payudaranya semakin ganas, dengan isapan, remasan tangan dan pilinan lidahnya pada putingnya. Sinta terduduk ke karpet diikuti oleh Dicky yang kemudian meraih tubuh Sinta dan membaringkannya di sofa panjang. Dengan jari-jari membuka celah-celah celana dalam Sinta, mulutnya kemudian menciumi vagina Sinta. Erangan Sinta semakin meninggi berganti dengan rintihan.
Oom, ayo sayang ….. ooooohhhh …. Yahhh, gitu sayang, adddduhhhh … nikmat sekali ….. aaakkkhhhh …. ”
Setelah beberapa saat mengerjai vagina Sinta, Dicky berlutut dekat Sinta dengan kaki kanan bertelekan di lantai, sedangkan kaki kirinya naik ke atas sofa, ia arahkan penisnya ke vagina Sinta dari celah-celah celana dalam Sinta. Lalu perlahan-lahan ia masukkan penisnya ke vagina Sinta dan mulai melakukan tekanan, maju mundur, sehingga penisnya masuk keluar vagina Sinta.
Anna yang duduk di sebelah kiri Agus terangsang melihat Dicky dan Sinta, lalu mencium bibir Agus. Agus membalas ciumannya dengan tak kalah hebat sambil mengusap-usap punggungnya yang terbuka. Anna memegangi kedua rahang Agus sambil menciumi seluruh wajah Agus, lidahnya bermain di sana-sini, membuat birahi Agus semakin naik, apalagi ketika lidahnya turun ke leher Agus dan dibantu tangannya berusaha membuka kaosnya. Agus menghentikan gerakan Anna, meskipun ia membantah,
“Ayo dong Gus?”
“Tenang sayang …. ” Agus mencium bibirnya sambil menunduk dan dengan tangan kiri menahan lehernya, tangan kanan Agus mengangkat kakinya hingga ia jatuh ke dalam bopongan Agus dan Agus menggendong menuju kamar tidur mereka. Agus dan Anna tak pedulikan lagi Dicky dan Sinta yang semakin jauh saling merangsang. Agus merebahkan tubuh Anna di ranjang dan Agus membuka seluruh pakaiannya.
“Cepet banget Gus, udah sampai ke ubun-ubun ya, sayang?” tanya Anna menggoda sambil berbaring.
“Udah berapa minggu nich, kangen pada tubuhmu …” jawab Agus sambil mendekati Anna.
Kembali Agus melabuhkan ciuman pada bibirnya sambil jari-jarinya mengelus pundak Anna yang terbuka sambil membukai kedua tali di pundaknya. Lidah Agus mencari payudaranya dan mengisap putingnya. Isapan mulut Agus pada putingnya membuat Anna mengerang dan menggelinjang, apalagi ketika sesekali Agus menggigit lembut daging payudaranya dan putingnya yang indah, yang sudah tegang. Mungkin karena pengaruh minuman keras dan tontonan yang disajikan Sinta dan Dicky barusan, mereka berdua pun semakin liar saling mencium tubuh yang lain satu sama lain. Pakaian mereka sudah terlempar kesana kemari. Ciuman bibir, elusan jari-jari dan bibir, remasan tangan, jilatan lidah menyertai erangan Anna dan Agus. Mereka berdua seolah-olah berlomba untuk saling memberikan kepuasan kepada yang lain. Apalagi ketika Anna menindih tubuh Agus dari atas dengan posisi kepala Anna tepat pada paha Agus dan mengerjai penisnya dengan ganasnya. Agus menciumi dan menjilati apa yang tepat ada di atas wajahnya, Agus menggarap klitorisnya dengan lidah dan Agus menggunakan bibirnya untuk mengisap klitoris yang semakin tegang itu. Setelah tak tahan lagi, Anna segera bangkit lalu menungging di depan Agus. Rupanya ia mau minta Agus melakukan doggy style posisi yang sangat ia sukai. Dari ruang keluarga, terdengar rintihan Sinta dan erangan Dicky. Mungkin mereka sudah semakin hebat melakukan persetubuhan.
Agus mengarahkan penisnya ke vagina Anna. Agus menggesek-gesekkan kepala penis hingga ia kembali merintih,
“Guuussss, jangan permainkan aku! Ayo masukin dong, aku nggak tahan lagi, sayaaaanngg!” pintanya.
Penis Agus mulai masuk sedikit demi sedikit ke dalam . Agus memegang pinggul Anna dan memaju-mundurkan tubuhnya mengikuti alunan penis masuk keluar . Sekitar lima menit Agus melakukan gerakan begitu, Anna belum juga orgasme, begitu pula Agus. Kemudian Agus meraba kedua payudara Anna yang menggantung indah dari belakang. Agus meremas-remas sambil merapatkan dadanya ke punggung Anna.
“Ahhhh ….. sshsshh, ouuughhhh, nikmatnyaaaa …… sayangkuuuuu. ….” Anna mengerang, mendesah dan merintih. Mendengar suara itu dan merasakan geliat tubuh Anna, membuat Agus makin terangsang. Lalu Agus menarik kedua tangan Anna ke belakang tubuhnya. Agus memegang lengan Anna dengan sentakan kuat ke arah tubuh Agus hingga Anna mendongakkan kepalanya. Kedua tanganAnna berusaha menggapai payudaranya dan meremas-remas payudaranya sendiri. Agus dan Anna kini dalam posisi missionaris, Anna tiduran telentang dengan kaki mengankang dan Agus meniduri tubuh Anna, ia tidak lagi menungging, Agus membenamkan penis dalam-dalam ke vagina Anna . Rintihan Anna semakin tinggi dan saat Agus menghentakkan beberapa kali penisnya ke dalam tubuh Anna, ia menjerit orgasme.
“Aaaaahhhhhh ….. oooooggghhh …..” Anna memeluk erat tubuh Agus, kakinya mengait pantat Agus, vagina Anna berdenyu meremas-remas penis Agus. Sehingga Agus tak kuat lagi menahan nafsunya dan menyusul Anna mencapai puncak kenikmatan. Anna merasa lemas, Agus masih menindih tubuh Anna yang sesekali masih memaju-mundurkan penisnya di dalam . Keringat bercucuran di tubuh mereka, meskipun pendingan kamar itu cukup dingin.
Kemudian mereka melepas pelukan, Agus merebahkan tubuhnya di samping Anna. . Tanpa sadar, Agus tertidur, juga Anna.
Sementara di ruang tengah suara Dicky dan Sinta masih bersaut-sautan, pada waktu yang bersamaan dengan pergulatan Agus dan Anna di dalam kanar tadi. Dicky melepas celana dalam Sinta dan menciumi paha Sinta, lalu kembali penis Dicky itu memasuki vagina Sinta. Dicky dan Sinta sama-sama telanjang bulat. Dicky masih terus menciumi payudara. Sinta memegang tangan Dicky dan meminta Dicky meremas-remas payudaranya yang satunya dan memilin putingnya. Desahan Sinta semakin kuat disertai geliat tubuhnya, apalagi saat penis Dicky memasuki vagina Sinta yang sudah basah. Dicky kemudian memaju-mundurkan tubuhnya hingga penis itu masuk keluar vagina Sinta. Sinta mengerang dan meracau dengan tatapan mata sayu. Dicky mendekati wajahnya dan memagut bibirnya sambil membelai payudaranya. Dicky mengangkangkan pahanya di luar paha Sinta, lalu menujukan penis ke dalam vagina Sinta. Setelah penis tersebut masuk, kedua pahanya bergerak ke arah dalam ke bawah kedua paha Sinta, sehingga kedua paha Sinta semakin rapat mengunci penis yang sudah masuk dengan mantap ke dalam vagina Sinta. Sedangkan di bawah, kedua tungkai Dicky mengunci kedua tungkai Sinta. Kini kaki Dicky sudah mengunci paha dan kaki Sinta dengan ketatnya. Mulut Dicky mengarah pada payudara Sinta dan melumat habis kedua payudara keponakannya.
Erangan Sinta semakin dahsyat, terdengar semakin berubah menjadi rintihan. Apalagi semakin cepat menggerakkan penis ke dalam vagina Sinta. Beberapa kali ia malah menghentakkan dalam-dalam penis tersebut ke vagina Sinta. Mungkin sekitar lima menit diserang begitu, Sinta tak kuasa lagi bertahan, ia merintih lirih,
Ooom Dickyyyyyyy, aku dapet ….. aaahhhhhh …… nikmattt …… sssshhhhh .…… ooouuugghhh ….. aaaakkkhhh.”
Dicky masih terus merojok vagina Sinta, hingga Sinta semakin dahsyat merasakan orgasmenya, Dicky tak peduli ia terus memasuk keluar kan batang penisnya ke dalam vagina Sinta. Dicky mencium bibir Sinta dengan lembut. Keduanya berciuman agak lama dan kembali berbaring terlentang berdampingan. Aku dan mengambil tempat di samping mereka berdua.
Setelah itu, Sinta meminta Dicky menyetubuhinya dengan posisi ia di atas dan Dicky berbaring di bawah, kemudian Sinta memegang dan memasukkan penis Dicky ke dalam vaginanya. Tubuh telanjang berkeringat Sinta menduduki perut Dicky sambil melakukan gerakan seakan-akan sedang menunggang kuda. Desahan Sinta semakin kuat sebab penis itu benar-benar masuk hingga pangkalnya ke dalam vaginanya. Dicky tidak banyak bergerak, hanya pasif, Dicky memeluk Sinta dari belakang punggungnya, sedangkan Sinta dari arah atas tubuh Dicky, terus naik turun, kadang menggoyang memutar.
Oom, ….uhhh …..ooohhhh….., dapet lagi Om….. oooohhhh, nikmatnya” desahnya.
Sinta mencapai puncak orgasme yang kedua, tubuh Sinta lemas, lalu ambruk di atas tubuh Dicky. Karena Dicky belum sampe maka tubuh  Sinta direbahkan diatas sofa. Lalu Dicky memposisikan di atas tubuh Sinta, dann memasukkan penisnya ke dalam vaginanya. Dicky menggerakkan penisnya maju mundur,  dan tangan Dicky meremas-remas kedua payudara Sinta. Rintihan perempuan itu semakin kuat terdengar. Sinta tidak lagi mengerang atau mendesah, melainkan merintih-rintih dan bahkan sesekali menjerit kuat.
“Auuuhhh …. Ooooohhhhh …. gila ….. Oom Dicky  benar-benar gila! Uuuukhhhh ….. sssshhhhh ….. aakkkkhhhh …..” rintihnya sambil menggeliat-geliatkan tubuhnya menerima serangan Dicky . Pagutan bibir Dicky menutup rintihannya dengan lilitan lidah yang menjulur memasuki rongga mulutnya. Sinta merapatkan tubuhnya ke tubuh Dicky dan kedua tangannya meremas-remas punggung Dicky. Sinta merintih menikmati serangan di bagian vitalnya. Entah sudah berapa puluh kali penis Dicky bergerak masuk keluar vagina Sinta. Sementara Dicky memusatkan pikiran pada gerakan penisnya yang semakin cepat di dalam vagina Sinta yang sudah semakin becek.
Rintihan Sinta semakin tinggi berubah menjadi jeritan. Ia memekik nikmat, ketika mencapai orgasme yang k etiga. Dicky menyusul orgasme, ia menghentakkan penisnya kuat-kuat ke dalam vagina Sinta, muncratlah sperma Dicky memasuki vagina Sinta, kedua tangan Sinta menahan pantat Dicky, agar tetap melabuhkan penisnya di dalam vagina. Ia seakan tidak rela penis itu keluar dari vaginanya, meskipun ia sudah orgasme. Tak lama kemudian, Dicky mencabut penisnya. Karena energi mereka terkuras, maka Dicky dan Sinta pun tertidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar