Tokoh
utama :
- Dewi
- Bambang
Tokoh
Figuran :
- Hendro, Pono, Yono, Dave, Pelacur, Erwin, Mira, Andri, Tomi
Sudah
3 hari ini Dewi tidak merasakan sodokan batang kemaluan lelaki di lubang
vaginanya, terakhir ia merasakan sodokan-sodokan kemaluan lelaki adalah saat
Pono dan Yono menggenjot dua lubangnya yaitu vagina dan anusnya, serta diakhiri
dengan sodokan penis Hendro suaminya sendiri di kamar mandi, dan yang terakhir
sodokan dari suaminya itu tidak memberikan kenikmatan bagi dia. Seperti
biasanya Hendro hanya bertahan sekitar 2 menitan saat mengaduk-aduk vaginanya.
Dewi
merasakan vaginanya gatal ingin segera merasakan sodokan-sodokan kemaluan
lelaki, tapi ia tidak berani nekat lagi untuk melakukannya selama keberadaan
suaminya di Jakarta. Suaminya hampir 2 kali memergoki ia bersetubuh dengan
laki-laki lain jika saja suaminya pulang lebih awal lagi, karena itu Dewi tidak
mau ambil resiko melakukan hubungan badan dengan laki-laki lain selama suaminya
di Jakarta, karena ia tahu keberuntungan tidak selalu berpihak kepadanya.
Hari
ini Yono (supir keluarga) tidak masuk karena sakit, sementara Dewi sendiri
ingin pergi belanja untuk menghilangkan stressnya. Setelah berpikir panjang
lebar, ia menelpon suaminya memberitahukan keinginannya untuk pergi berbelanja
dan ia juga memberitahukan kepada suaminya bahwa supirnya hari ini tidak masuk.
Hendro memberikan tawaran untuk memakai Bambang (supir kantor), karena ia
membutuhkan Bambang saat pulang kantor saja, dan Dewipun menyetujui usulan
suaminya. Setelah itu ia bergegas menuju kamar tidurnya untuk berganti pakaian
sambil menunggu kedatangan Bambang. Kira-kira 30 menit kemudian Bambangpun tiba
di rumah Hendro, ia melihat nyonya majikannya sedang duduk di teras. Saat itu
Dewi yang mengenakan rok terusan berwarna biru muda dengan bentuk V di bagian
depan yang cukup sangat terbuka sehingga menampakkan belahan payudaranya yang
putih, serta bagian punggung yang sangat terbuka sehingga kemulusan punggungnya
terpampang seolah menantang untuk dielus, dan di bagian punggungnya itu
terlihat tidak ada ikatan BH, dan memang Dewi saat itu tidak mengenakan BH, ia
hanya mengandalkan bajunya yang agak tebal dan sedikit berkerut sehingga
menutupi kedua putingnya agar tidak menonjol, bagian bawahnyapun cukup pendek
dan longgar kira-kira sedikit di atas tengah pahanya, sehingga kalau misalnya
membungkuk untuk mengambil sesuatu akan nampak CDnya bagi orang yang berada di
belakangnya.
Mata
Bambang hampir tidak berkedip melihat penampilan nyonya majikannya ini. Keseksian
Dewi membuat birahinya bangkit, pikiran kotornya mulai menjalari otaknya,
hatinya membatin kalau saja ia dapat menikmati tubuh nyonyanya ini, sungguh
beruntungnya ia. Bambangpun turun untuk membukakan pintu bagi nyonyanya ini,
dan harum tubuh Dewi yang tercium olehnya membuat birahinya semakin meninggi,
matanyapun mencoba untuk mencuri-curi lihat kearah payudara Dewi yang hanya
ditutupi oleh bajunya dan ia melihat belahan payudara Dewi yang montok dan
mengkal serta putih mulus, dan saat Dewi sedikit membungkukkan tubuhnya pada
waktu naik keatas mobil, Bambang melihat payudara Dewi dari balik bajunya yang
terbuka itu. Matanya melotot tanpa ia sadari, ia melihat payudara Dewi seolah
tidak ada yang menahan menggantung dengan indahnya, hanya sayang putingnya
tidak nampak karena masih terhalang oleh baju dan ia melihatnya juga dari
samping. Bambangpun menelan ludah, birahinya semakin memuncak. Dalam perjalanan
kearah Mall yang disebutkan oleh Dewi, beberapa kali Bambang mencuri pandang
lewat spion, seolah menanti keajaiban mendapatkan penampakan yang lebih dari
tadi yang ia sempat lihat, tapi harapan tinggal harapan doanya tidak terkabul
karena sampai di depan Mall, Bambang tidak mendapatkan penampakan yang indah
dan seksi yang dapat membangkitkan gairah lelakinya. Setelah nyonya majikannya
turun dari mobil, iapun mencari parkiran mobil, sambil menunggu nyonya
majikannya selesai belanja, iapun mengkhayalkan tubuh Dewi terutama payudaranya
yang sempat ia lihat tadi. Walaupun hanya dari samping ia melihat keindahan
payudara Dewi yang menggantung itu. Bambang membayangkan seandainya payudara
Dewi yang ranum itu terpampang di hadapannya pasti ia akan langsung
menerkamnya, ia akan hisap, remas dan jilati payudara tersebut. Pikirannya
menerawang akan tubuh Dewi dan penisnya semakin mengeras seiring dengan pikiran
mesumnya itu. Bambang berpikir bagaimana caranya ia dapat menikmati tubuh indah
dan seksi nyonya majikannya tersebut, dan memasukkan penisnya yang perkasa
kedalam lubang vaginanya, sambil terus berpikir mencari jalan untuk dapat
menikmati tubuh nyonya majikannya itu. Saat otaknya masih berputar mencari
jalan kotor untuk dapat menikmati tubuh Dewi, Bambang dikagetkan oleh bunyi
HPnya, ternyata nyonya majikannya yang memanggil dan menyuruh ia menunggu di pintu
keluar. Bambang segera mengiakan serta merasa kaget, karena tanpa terasa sudah
2 jam ia menunggu nyonyanya belanja, dan sampai saat sekarang ia tidak dapat
menemukan jalan untuk menikmati nyonyanya tersebut. Dalam perjalanan pulang
kembali Bambang mencoba keberuntungannya dengan mencuri pandang lewat spionnya
untuk melihat kemulusan tubuh Dewi, ternyata kali ini iapun harus menelan pil
kecewa karena sampai di depan rumah pemandangan yang ia harapkan tidak kunjung
tiba.
“Bang, tolong bawakan belanjaan saya yach,”kata Dewi.
“Iyaa.. Bu, baik… bu”jawab Bambang kaget dan terbata-bata, karena saat itu ia sedang menantikan penampakan indah.
“Bang, tolong bawakan belanjaan saya yach,”kata Dewi.
“Iyaa.. Bu, baik… bu”jawab Bambang kaget dan terbata-bata, karena saat itu ia sedang menantikan penampakan indah.
Setelah
memberi perintah kepada Bambang, Dewipun melangkah masuk kedalam rumah dan
menuju ke kamar tidurnya. Tidak lama Dewi berada dalam kamarnya muncul Bambang
dengan seluruh belanjaan Dewi,
“Mau ditaruh dimana ini semua, Bu,” jawab Bambang sambil otaknya berpikir apa sekarang saatnya untuk dapat menikmati tubuh nyonyanya ini, mumpung keadaan rumah saat ini sepi kalau ia kuperkosa pasti tidak ada yang tahu, paling besok aku tidak bekerja lagi sama suaminya.
“Di situ saja,” jawab Dewi sambil menunjukkan tempatnya di dekat meja riasnya, dan ia tidak mengetahui bahwa supir suaminya ini punya maksud jelek terhadap dirinya.
“Baik, Bu,”jawab Bambang, sambil menaruh semua belanjaan Dewi di dekat meja rias.
“Ada lagi yang bisa saya bantu, Bu,” tanya Bambang setelah selesai menaruh belanjaan tersebut, sambil otaknya berpikir untuk bagaimana caranya ia dapat menikmati tubuh Dewi, jika ia terkam sekarang terlalu bahaya dan jauh, bisa-bisa bukan tubuh Dewi yang ia dapat tapi bogem mentah yang ia dapat.
“Oh tidak ada, makasih banyak, kamu langsung ke kantor aja,” kata Dewi.
Bambangpun mengiakan lalu ia melangkah kearah pintu kamar dan saat itu ia melirik ke arah Dewi. Ia melihat Dewi beranjak ke ruangan yang lain, dan saat itu juga Bambang melihat kesempatan untuk dapat menikmati tubuh Dewi. Ditutupnya pintu kamar tersebut dengan keras, sehingga Dewi yang mendengar pintu kamar tertutup merasa yakin bahwa Bambang sudah keluar dari kamarnya, ia tidak tahu bahwa Bambang menutup pintu kamar tersebut dari dalam kamarnya sendiri dan tidak ia ketahui juga bahwa pintu kamar tersebut telah dikunci oleh Bambang. Setelah mengunci pintu kamar Bambang menuju ke arah ruangan yang dimasuki oleh Dewi tadi, iapun mengintip ke dalam ruangan tersebut. Di sana terlihat Dewi sedang berdiri di depan lemari yang terbuka dan nampaknya sedang mencari baju ganti yang hendak ia kenakan, posisi Dewi yang menyamping dari arah posisi Bambang tidak mengetahui kehadiran Bambang. Setelah mendapatkan baju gantinya Dewipun mulai membuka bajunya, tangannya menggapai lehernya untuk melepaskan ikatan bajunya yang terletak di leher bagian belakangnya tersebut, ikatan bajunya terlepas dan Dewipun melepaskan bajunya kearah bawah dan dengan tubuh yang agak sedikit membungkuk sehingga kedua bukit kembarnya yang sudah tidak tertutupi oleh sehelai kainpun terlihat dengan jelas oleh Bambang.
“Mau ditaruh dimana ini semua, Bu,” jawab Bambang sambil otaknya berpikir apa sekarang saatnya untuk dapat menikmati tubuh nyonyanya ini, mumpung keadaan rumah saat ini sepi kalau ia kuperkosa pasti tidak ada yang tahu, paling besok aku tidak bekerja lagi sama suaminya.
“Di situ saja,” jawab Dewi sambil menunjukkan tempatnya di dekat meja riasnya, dan ia tidak mengetahui bahwa supir suaminya ini punya maksud jelek terhadap dirinya.
“Baik, Bu,”jawab Bambang, sambil menaruh semua belanjaan Dewi di dekat meja rias.
“Ada lagi yang bisa saya bantu, Bu,” tanya Bambang setelah selesai menaruh belanjaan tersebut, sambil otaknya berpikir untuk bagaimana caranya ia dapat menikmati tubuh Dewi, jika ia terkam sekarang terlalu bahaya dan jauh, bisa-bisa bukan tubuh Dewi yang ia dapat tapi bogem mentah yang ia dapat.
“Oh tidak ada, makasih banyak, kamu langsung ke kantor aja,” kata Dewi.
Bambangpun mengiakan lalu ia melangkah kearah pintu kamar dan saat itu ia melirik ke arah Dewi. Ia melihat Dewi beranjak ke ruangan yang lain, dan saat itu juga Bambang melihat kesempatan untuk dapat menikmati tubuh Dewi. Ditutupnya pintu kamar tersebut dengan keras, sehingga Dewi yang mendengar pintu kamar tertutup merasa yakin bahwa Bambang sudah keluar dari kamarnya, ia tidak tahu bahwa Bambang menutup pintu kamar tersebut dari dalam kamarnya sendiri dan tidak ia ketahui juga bahwa pintu kamar tersebut telah dikunci oleh Bambang. Setelah mengunci pintu kamar Bambang menuju ke arah ruangan yang dimasuki oleh Dewi tadi, iapun mengintip ke dalam ruangan tersebut. Di sana terlihat Dewi sedang berdiri di depan lemari yang terbuka dan nampaknya sedang mencari baju ganti yang hendak ia kenakan, posisi Dewi yang menyamping dari arah posisi Bambang tidak mengetahui kehadiran Bambang. Setelah mendapatkan baju gantinya Dewipun mulai membuka bajunya, tangannya menggapai lehernya untuk melepaskan ikatan bajunya yang terletak di leher bagian belakangnya tersebut, ikatan bajunya terlepas dan Dewipun melepaskan bajunya kearah bawah dan dengan tubuh yang agak sedikit membungkuk sehingga kedua bukit kembarnya yang sudah tidak tertutupi oleh sehelai kainpun terlihat dengan jelas oleh Bambang.
Bambang
melihat pemandangan yang indah yang tidak akan ia lupakan seumur hidupnya,
kedua payudara Dewi yang montok, padat, mulus, putih dan dihiasi oleh kedua
putingnya yang berwarna merah muda menggantung dengan indahnya di tubuh Dewi
yang juga mulus dan putih, CDnya yang hitam sungguh sangat kontras dengan
tubuhnya yang putih mulus. Beberapa kali Bambang menelan ludahnya melihat
pemandangan tersebut, tapi ia tidak mau terburu-buru dengan sabar ia menantikan
tindakan Dewi selanjutnya dan ia sendiri juga mulai melepaskan pakaian yang
dikenakannya sehingga telanjang bulat, terlihat penisnya sudah berdiri dengan
gagahnya, siap untuk mendobrak lubang vagina Dewi. Bambang sengaja melepaskan
pakaiannya agar saat ia menerkam Dewi nanti tidak lagi perlu bersusah payah
membukai pakaian yang dikenakannya. Saat itu ia melihat Dewi melemparkan
bajunya ke dalam keranjang pakaian kotor yang ada dalam ruangan tersebut, dan
Dewi juga belum menyadari bahwa Bambang sedang menyaksikan semuanya. Kedua
tangannya mulai beralih ke CDnya dan mulai menurunkan ke bawah. Kembali Bambang
disuguhi pemandangan payudara Dewi yang bergoyang, ingin rasanya Bambang
menerkam kedua payudara Dewi yang bergoyang-goyang menantang itu. Dewi lalu
melemparkan CDnya tersebut ke dalam keranjang. Setelah melepaskan penutup
tubuhnya yang terakhir, dengan sedikit membungkuk dan dengan posisi yang
membelakangi posisi tempat mengintip Bambang nampak Dewi seperti mencari
sesuatu di laci lemari pakaiannya, Bambang yang melihat belahan vagina Dewi
terpampang dengan jelas sudah tidak dapat lagi menahan nafsu birahinya yang
sudah membumbung tinggi, kemudian ia mendekati tubuh Dewi perlahan-lahan, dan
didekapnya tubuh Dewi dari belakang serta salah satu tangannya membekap mulut
Dewi agar tidak dapat berteriak. Sergapan Bambang membuat Dewi terkejut,
apalagi keadaannya yang sedang telanjang bulat. Ia pun berusaha meronta, tapi
tenaganya tidak dapat melawan tenaga Bambang yang mempunyai postur tubuh yang
kekar, karena sedang didekap dari belakang Dewi tidak mengetahui siapa yang
menyergapnya ini, tapi yang ia tahu yang menyergap dia seorang lelaki karena
selain tenaga dan tangannya yang kuat, Dewi juga merasakan sesuatu yang keras
menempel di punggungnya. Bambang yang berhasil menyergap Dewi lalu membawa
tubuh Dewi ke tempat tidurnya dengan berjalan mundur sehingga tubuh Dewi agak
sedikit terseret.
Ditelungkupkannya
tubuh Dewi diatas tempat tidur dengan kaki yang menjuntai ke lantai, Bambangpun
melepaskan tangan kanannya yang mendekap tubuh Dewi, sementara tangan kirinya
masih membekap mulut Dewi. Tubuh Dewi yang tertelungkup ditindih oleh tubuhnya
sehingga membuat Dewi sama sekali tidak dapat bergerak, sementara itu tangan
kanannya mengarahkan penisnya ke lubang vagina Dewi. Dewi yang tidak dapat
menggerakkan tubuh atasnya karena tindihan Bambang berusaha meronta-ronta
dengan menggoyang-goyangkan pantatnya sehingga membuat Bambang kesulitan untuk
mengarahkan dan menyelipkan penisnya di vagina Dewi. Bambangpun tidak mau kalah
akal dihimpitnya salah satu paha Dewi dengan pahanya, sehingga rontaan Dewi
menjadi terbatas, dengan sedikit memiringkan tubuhnya. Bambang kembali
mengarahkan penisnya ke vagina Dewi sambil kaki kanannya mengganjal paha kanan
Dewi agar tidak dapat menutup, sehingga posisi vagina Dewi agak sedikit
terbuka, dan Sleeepppp….. akhirnya setelah dengan susah payah kepala penisnya
mulai terselip di lubang vagina Dewi. Tanpa membuang waktu lagi dan karena
sudah tidak dapat lagi menahan nafsunya, dengan sekali sentakan kuat Bambang
menancapkan pedang pusakanya ke dalam lubang senggama Dewi, Dewipun mengerang kuat,
suara erangannya terdengar lirih karena bekapan tangan Bambang.
Bleeeeeesssssss……
“hhhhhhmmmmppppppp……,”erang Dewi.
“Uuuggghhhh…..sempit sekali vaginamu…. dan peret… sekalii.. ,”erang Bambang yang hampir tak terdengar.
Dewi merasakan sakit di lubang vaginanya karena terjangan batang kemaluan Bambang yang besar dan panjang, jika seandainya Dewi mendapatkan oral seks terlebih dahulu sehingga vaginanya mengeluarkan cairan pelician mungkin vaginanya tidak akan mengalami kesakitan seperti sekarang ini. Dewi sekarang dapat merasakan bahwa diperkosa itu sakit dan tidak enak. Bambang merasakan jepitan vagina Dewi sangat ketat sekali menjepit penisnya, dan ia juga dapat merasakan vagina Dewi yang sedang berkedut-kedut lembut, seolah-olah ingin menyesuaikan dengan besarnya penis Bambang. Sambil tangan kanannya meraih tangan Dewi satu persatu dan ditaruh ke depan, lalu kedua tangan Dewi tersebut dipegangi dengan tangan kanannya tersebut. Sampai saat ini Dewi belum juga mengetahui siapa gerangan lelaki yang sedang mendobrak lubang senggamanya, matanya hanya dapat melihat tangan kanan lelaki itu yang sedang memegangi kedua tangannya dan juga ia hanya dapat merasakan betapa besar penisnya yang saat ini sedang terbenam di lubang senggamanya.
“hhhhhhmmmmppppppp……,”erang Dewi.
“Uuuggghhhh…..sempit sekali vaginamu…. dan peret… sekalii.. ,”erang Bambang yang hampir tak terdengar.
Dewi merasakan sakit di lubang vaginanya karena terjangan batang kemaluan Bambang yang besar dan panjang, jika seandainya Dewi mendapatkan oral seks terlebih dahulu sehingga vaginanya mengeluarkan cairan pelician mungkin vaginanya tidak akan mengalami kesakitan seperti sekarang ini. Dewi sekarang dapat merasakan bahwa diperkosa itu sakit dan tidak enak. Bambang merasakan jepitan vagina Dewi sangat ketat sekali menjepit penisnya, dan ia juga dapat merasakan vagina Dewi yang sedang berkedut-kedut lembut, seolah-olah ingin menyesuaikan dengan besarnya penis Bambang. Sambil tangan kanannya meraih tangan Dewi satu persatu dan ditaruh ke depan, lalu kedua tangan Dewi tersebut dipegangi dengan tangan kanannya tersebut. Sampai saat ini Dewi belum juga mengetahui siapa gerangan lelaki yang sedang mendobrak lubang senggamanya, matanya hanya dapat melihat tangan kanan lelaki itu yang sedang memegangi kedua tangannya dan juga ia hanya dapat merasakan betapa besar penisnya yang saat ini sedang terbenam di lubang senggamanya.
Bambang
mulai menjilati belakang telinga Dewi bergantian kiri dan kanan juga leher Dewi
tak luput dari jilatannya. Sementara lidahnya sibuk menjilati Dewi, pantatnya
mulai bergerak maju mundur, penisnya yang besar itu pun mulai bergerak keluar
masuk di vagina Dewi. Bambang yang dari tadi memang sudah sangat bernafsu ingin
mengentot Dewi, dengan gerakan yang cepat dan kasar penisnya dikeluar masukkan
di lubang senggama Dewi yang masih peret dan sempit itu. Terjangan batang
kemaluan Bambang yang kasar itu membuat Dewi merasakan vaginanya perih dan
sakit, karena sampai saat ini vaginanya belum mengeluarkan cairan pelicinnya.
Sssssrtttttt…. bleeesss…ssrrtttt… bleesss… ssrtttt… bleesssss…. penisnya
Bambang keluar masuk di vagina dengan cepat dan kasar. Bambang menghujamkan
penisnya dalam-dalam dan keras saat ia menekan masuk penisnya tersebut yang
membuat Dewi selalu terhenyak saat merasakan lesakan penis tersebut dalam-dalam
di lubang vaginanya, Dewi merasakan kepala penisnya itu menyentuh dinding
rahimnya.
“hhhmmmmpppppp…..hhhmmmpppp…hhhmmmppp,”erang Dewi karena tangan Bambang yang masih membekap mulutnya.
Terlihat mata Dewi terbeliak saat Bambang yang dengan kasar menekan penisnya dalam-dalam di vaginanya, tubuhnya tersentak maju saat Bambang menghentakkan penisnya ke dalam lubang vaginanya, air matanya menitik merasakan siksaan penisnya Bambang yang besar, keras dan panjang di lubang vaginanya. Dewi pertama kali ini merasakan sakit saat bersenggama selama ini ia selalu menikmati persetubuhan yang dilakukannya juga saat pertama kali ia kehilangan perawannya oleh suaminya tidak terlalu sakit seperti yang ia alami saat ini. Gerakan maju mundur penisnya Bambang di vagina Dewi mulai agak leluasa setelah Dewi mulai membuka kedua kakinya lebar-lebar. Dewi melakukan hal ini untuk mengurangi sakit yang diderita oleh vaginanya, dan betul saja rasa sakit dan perihnya mulai berkurang dengan terbuka lebar kedua kakinya. Bambangpun semakin mantap mengeluar masukkan penisnya. Setelah meregangkan kedua kakinya Dewi mulai mencoba untuk menikmati sodokan-sodokan penisnya Bambang di lubang senggamanya, supaya lubang vaginanya mulai mengeluarkan cairan pelican, ia memejamkan matanya dan mulai menikmati sodokan-sodokan kasar penisnya Bambang. Perlahan-lahan vagina Dewi mulai mengeluarkan cairan pelicin, cairan pelicin Dewi mulai membasahi batang kemaluan Bambang sedikit demi sedikit. Dengan perlahan-lahan Dewi mulai dapat menikmati genjotan kasar Bambang seiring dengan semakin sering cairan pelicinnya keluar dari vaginanya dan membasahi penis Bambang, Bambangpun semakin bertambah leluasa mengeluar masukkan penisnya di lubang senggama Dewi, dan Bambang dapat merasakan bahwa Dewi mulai menikmati sodokan-sodokan penisnya, ia tahu dari gerakan tubuh Dewi yang tadi berusaha untuk melepaskan tindihannya, kepalanya yang bergoyang ingin melepaskan bekapan tangannya serta kedua tangan Dewi yang berusaha untuk melepaskan dari cengkraman tangannya, tapi sekarang Bambang merasakan tubuh Dewi berhenti meronta dan kepala serta tangannya tidak berusaha melepaskan dari sekapan tangannya, kemudian ia melepaskan bekapan di mulut serta cengkraman di tangan Dewi.
“hhhmmmmpppppp…..hhhmmmpppp…hhhmmmppp,”erang Dewi karena tangan Bambang yang masih membekap mulutnya.
Terlihat mata Dewi terbeliak saat Bambang yang dengan kasar menekan penisnya dalam-dalam di vaginanya, tubuhnya tersentak maju saat Bambang menghentakkan penisnya ke dalam lubang vaginanya, air matanya menitik merasakan siksaan penisnya Bambang yang besar, keras dan panjang di lubang vaginanya. Dewi pertama kali ini merasakan sakit saat bersenggama selama ini ia selalu menikmati persetubuhan yang dilakukannya juga saat pertama kali ia kehilangan perawannya oleh suaminya tidak terlalu sakit seperti yang ia alami saat ini. Gerakan maju mundur penisnya Bambang di vagina Dewi mulai agak leluasa setelah Dewi mulai membuka kedua kakinya lebar-lebar. Dewi melakukan hal ini untuk mengurangi sakit yang diderita oleh vaginanya, dan betul saja rasa sakit dan perihnya mulai berkurang dengan terbuka lebar kedua kakinya. Bambangpun semakin mantap mengeluar masukkan penisnya. Setelah meregangkan kedua kakinya Dewi mulai mencoba untuk menikmati sodokan-sodokan penisnya Bambang di lubang senggamanya, supaya lubang vaginanya mulai mengeluarkan cairan pelican, ia memejamkan matanya dan mulai menikmati sodokan-sodokan kasar penisnya Bambang. Perlahan-lahan vagina Dewi mulai mengeluarkan cairan pelicin, cairan pelicin Dewi mulai membasahi batang kemaluan Bambang sedikit demi sedikit. Dengan perlahan-lahan Dewi mulai dapat menikmati genjotan kasar Bambang seiring dengan semakin sering cairan pelicinnya keluar dari vaginanya dan membasahi penis Bambang, Bambangpun semakin bertambah leluasa mengeluar masukkan penisnya di lubang senggama Dewi, dan Bambang dapat merasakan bahwa Dewi mulai menikmati sodokan-sodokan penisnya, ia tahu dari gerakan tubuh Dewi yang tadi berusaha untuk melepaskan tindihannya, kepalanya yang bergoyang ingin melepaskan bekapan tangannya serta kedua tangan Dewi yang berusaha untuk melepaskan dari cengkraman tangannya, tapi sekarang Bambang merasakan tubuh Dewi berhenti meronta dan kepala serta tangannya tidak berusaha melepaskan dari sekapan tangannya, kemudian ia melepaskan bekapan di mulut serta cengkraman di tangan Dewi.
“Oooohhh…ssshhhh….aaaaahhhh….ooooohhhh….ssshhhhh,”
rintihan Dewi mulai terdengar saat Dewi mulai dapat menikmati permainan kasar
Bambang.
Kedua tangan Bambang mulai menyelusup ketubuh Dewi dan meraih kedua payudara Dewi yang dari tadi sudah sangat menggemaskan dia, diremas-remas dengan kasar kedua payudara Dewi tersebut, perbuatan kasar Bambang di kedua payudaranya membuat Dewi semakin merintih-rintih, untuk pertama kalinya Dewi merasakan remasan kasar di payudaranya, membuat sensasi kenikmatan yang dialaminya berbeda dari kenikmatan-kenikmatan yang pernah ia rengkuh. Terlihat kedua payudara Dewi memerah akibat remasan kasar Bambang, Dewipun sedikit mengangkat tubuhnya dengan ditopang oleh kedua tangannya untuk memudahkan Bambang meremas-remas teteknya, Bambang semakin buas menggerayangi tetek Dewi, dan mulutnyapun ikut beraksi, punggung, leher dan telinga Dewi bergantian dijilati, membuat birahi Dewi semakin melambung tinggi, kenikmatan yang Dewi rasakan saat ini berbeda dengan kenikmatan yang pernah ia rasakan. Sementara tangan dan mulutnya beraksi, gocekan-gocekan penisnya di vagina Dewi semakin cepat dan hujaman serta tekanan penisnya lebih dalam lagi di vagina Dewi, gerakannya tidak berubah, irama keluar masuknya tetap, Dewi semakin merintih-rintih dibuatnya.
“Ooohhhh…enaaak…terusss… tekaaann… yang keras..yang cepat…aaaahhhh… ssshhhh….ooohhh.. kontolnya…enaak..aaaahhh…besar dan panjang…,”rintih Dewi menikmati sodokan-sodokan kasar Bambang, dan sampai saat sekarang Dewi belum mengetahui siapa gerangan lelaki yang sedang mengaduk-aduk vaginanya itu, tapi ia tidak perduli dengan semua itu yang penting ia merasakan kenikmatan yang berbeda, dan juga ia dapat merasakan kemaluan yang besar serta panjang.
“Terussss…aaaaccchh…remas.remas…aaaahhh….tekan yang dalam kontolmu… ooohhh.,.. terus yang kuat…terjang memekku dengan kontol gedemu itu… oooohhh nikmat… enaaakk… kamu hebat…. Oohhhh…,” Dewi merintih-rintih keenakan.
“Hhhmmm…sssshhh..kontolku enaaakk…eeehhh…memekmu juga legit dan sempit nikmatnya…ngeeenttoottmu…aaaagghhh…ooohh…ssshhh,” Bambang mengerang keenakan merasakan jepitan vagina Dewi di batang penisnya.
Penisnya semakin ia hujamkan lebih dalam lagi sehingga terbenam seluruhnya di lubang vagina Dewi, akibatnya tubuh Dewi tersentak-sentak dengan hujaman kasar Bambang itu, Dewi semakin menikmati permainan kasar yang dilakukan oleh Bambang. Rintihan kenikmatan semakin sering terdengar, rintihannya yang didengar oleh Bambang semakin membuatnya bertambah buas menggenjot vaginanya. Remasan tangannya di payudara Dewipun semakin menjadi apalagi saat ia menghentakkan penisnya dalam-dalam, kedua tangannya mencengkram kuat payudara Dewi seolah-olah kedua tangannya itu menjadi tumpuan untuk lebih dalam lagi menghujamkan penisnya kedalam vagina Dewi.
“Enaaakkk…kontolku…. apa enak sama punya suamimu…eeehhh… aaaahhh… ini terima kontolku…ssshhh…ooohhh,” erang Bambang sambil menanyakan keenakan penisnya yang sedang mengaduk-aduk lubang senggama Dewi, Bambang tidak tahu bahwa selain kemaluan suaminya sendiri, vagina Dewi sudah menerima sodokan batang kemaluan lelaki lain selain suaminya.
Kedua tangan Bambang mulai menyelusup ketubuh Dewi dan meraih kedua payudara Dewi yang dari tadi sudah sangat menggemaskan dia, diremas-remas dengan kasar kedua payudara Dewi tersebut, perbuatan kasar Bambang di kedua payudaranya membuat Dewi semakin merintih-rintih, untuk pertama kalinya Dewi merasakan remasan kasar di payudaranya, membuat sensasi kenikmatan yang dialaminya berbeda dari kenikmatan-kenikmatan yang pernah ia rengkuh. Terlihat kedua payudara Dewi memerah akibat remasan kasar Bambang, Dewipun sedikit mengangkat tubuhnya dengan ditopang oleh kedua tangannya untuk memudahkan Bambang meremas-remas teteknya, Bambang semakin buas menggerayangi tetek Dewi, dan mulutnyapun ikut beraksi, punggung, leher dan telinga Dewi bergantian dijilati, membuat birahi Dewi semakin melambung tinggi, kenikmatan yang Dewi rasakan saat ini berbeda dengan kenikmatan yang pernah ia rasakan. Sementara tangan dan mulutnya beraksi, gocekan-gocekan penisnya di vagina Dewi semakin cepat dan hujaman serta tekanan penisnya lebih dalam lagi di vagina Dewi, gerakannya tidak berubah, irama keluar masuknya tetap, Dewi semakin merintih-rintih dibuatnya.
“Ooohhhh…enaaak…terusss… tekaaann… yang keras..yang cepat…aaaahhhh… ssshhhh….ooohhh.. kontolnya…enaak..aaaahhh…besar dan panjang…,”rintih Dewi menikmati sodokan-sodokan kasar Bambang, dan sampai saat sekarang Dewi belum mengetahui siapa gerangan lelaki yang sedang mengaduk-aduk vaginanya itu, tapi ia tidak perduli dengan semua itu yang penting ia merasakan kenikmatan yang berbeda, dan juga ia dapat merasakan kemaluan yang besar serta panjang.
“Terussss…aaaaccchh…remas.remas…aaaahhh….tekan yang dalam kontolmu… ooohhh.,.. terus yang kuat…terjang memekku dengan kontol gedemu itu… oooohhh nikmat… enaaakk… kamu hebat…. Oohhhh…,” Dewi merintih-rintih keenakan.
“Hhhmmm…sssshhh..kontolku enaaakk…eeehhh…memekmu juga legit dan sempit nikmatnya…ngeeenttoottmu…aaaagghhh…ooohh…ssshhh,” Bambang mengerang keenakan merasakan jepitan vagina Dewi di batang penisnya.
Penisnya semakin ia hujamkan lebih dalam lagi sehingga terbenam seluruhnya di lubang vagina Dewi, akibatnya tubuh Dewi tersentak-sentak dengan hujaman kasar Bambang itu, Dewi semakin menikmati permainan kasar yang dilakukan oleh Bambang. Rintihan kenikmatan semakin sering terdengar, rintihannya yang didengar oleh Bambang semakin membuatnya bertambah buas menggenjot vaginanya. Remasan tangannya di payudara Dewipun semakin menjadi apalagi saat ia menghentakkan penisnya dalam-dalam, kedua tangannya mencengkram kuat payudara Dewi seolah-olah kedua tangannya itu menjadi tumpuan untuk lebih dalam lagi menghujamkan penisnya kedalam vagina Dewi.
“Enaaakkk…kontolku…. apa enak sama punya suamimu…eeehhh… aaaahhh… ini terima kontolku…ssshhh…ooohhh,” erang Bambang sambil menanyakan keenakan penisnya yang sedang mengaduk-aduk lubang senggama Dewi, Bambang tidak tahu bahwa selain kemaluan suaminya sendiri, vagina Dewi sudah menerima sodokan batang kemaluan lelaki lain selain suaminya.
“Oooohhh…enak
kontolmu…ssshhh…iya…tekan yang dalam…yang kuat…
enak…penismu…betul-betul…enak….aaaaghhhh,”Dewi merintih menjawab pertanyaan
Bambang.
“Ssshhh…aaakuu…mmau…keluar….ooohhh kontol hebat…panjang…dan.. besar…”Dewi kembali merintih.
“keluarkan….jangan ditahan….aaaahhh…tetekmu,..besaar…mengkalll…,”Bambang mengerang.
“Oooohhhh…. Aaaaakkuuu…. Keluuaaarr….ooooohhh… nikmat.. enak,.. entotanmu betul-betul enaaaakk… aaaahhhh…. ,” Dewi mengerang menikmati puncak kenikmatannya.
Ssrrrrr… sssrrrr.. sssrrrr… sssrrrr… vaginanya menyemburkan lahar kenikmatannya dan membasahi batang kemaluan Bambang yang masih gencar mengaduk-aduk vaginanya.
Saat vagina Dewi menyemburkan lahar kenikmatannya, Bambang tidak menghentikan sodokan-sodokan penisnya tapi malah menambah cepat keluar masuk penisnya,
Bleeesss…..ssrrrtttt….bleeesss….sssrrrtttt…
“Ooohhh…. vaginamu…. enak… enaak… aakuu jugaa keluarrr…ooohhh,”erang Bambang yang menikmati penisnya menyemburkan sperma di lubang vagina Dewi.
Creeeettt..ccreeett..creeettt…creeett.. air mani Bambang menyembur keluar dengan kuat menghantam dinding rahim Dewi. Ia membenamkan penisnya dalam-dalam dilubang senggama Dewi. Dewi merasakan air mani Bambang yang hangat menyirami dinding rahimnya, keduanya hampir berbarengan menyemburkan lahar kenikmatan mereka. Erangan dan rintihan kenikmatan merekapun keluar hampir bersamaan, mereka berdua berhasil merengkuh puncak kenikmatan mereka. Bambang merasa sangat beruntung dapat menikmati tubuh seksi nyonya majikannya ini. Setelah badai nafsu birahinya mereda dan setelah puas merasakan jepitan vagina Dewi. Bambangpun mencabut penisnya dari cengkraman lubang vagina Dewi. Dewi yang merasakan tubuh Bambang sudah tidak menindih tubuhnya lagi, iapun membalikkan badannya ingin mengetahui siapa gerangan yang sudah mengaduk-aduk lubang senggamanya.
“Ooohhh…ternyata kamu, bukannya kamu tadi sudah keluar?” kata Dewi kaget saat mengetahui orang tersebut adalah Bambang.
“Hehehe…saya tidak keluar, Bu. Saya hanya menutup pintu kamar dan menguncinya,” jawab Bambang tertawa, “tapi kontolku enakkan, Bu..,”lanjut Bambang.
“Tau…aachh,”Dewi berkata jengah karena Bambang mengetahui bahwa ia menikmati perkosaan yang baru saja dilakukannya.
“Ssshhh…aaakuu…mmau…keluar….ooohhh kontol hebat…panjang…dan.. besar…”Dewi kembali merintih.
“keluarkan….jangan ditahan….aaaahhh…tetekmu,..besaar…mengkalll…,”Bambang mengerang.
“Oooohhhh…. Aaaaakkuuu…. Keluuaaarr….ooooohhh… nikmat.. enak,.. entotanmu betul-betul enaaaakk… aaaahhhh…. ,” Dewi mengerang menikmati puncak kenikmatannya.
Ssrrrrr… sssrrrr.. sssrrrr… sssrrrr… vaginanya menyemburkan lahar kenikmatannya dan membasahi batang kemaluan Bambang yang masih gencar mengaduk-aduk vaginanya.
Saat vagina Dewi menyemburkan lahar kenikmatannya, Bambang tidak menghentikan sodokan-sodokan penisnya tapi malah menambah cepat keluar masuk penisnya,
Bleeesss…..ssrrrtttt….bleeesss….sssrrrtttt…
“Ooohhh…. vaginamu…. enak… enaak… aakuu jugaa keluarrr…ooohhh,”erang Bambang yang menikmati penisnya menyemburkan sperma di lubang vagina Dewi.
Creeeettt..ccreeett..creeettt…creeett.. air mani Bambang menyembur keluar dengan kuat menghantam dinding rahim Dewi. Ia membenamkan penisnya dalam-dalam dilubang senggama Dewi. Dewi merasakan air mani Bambang yang hangat menyirami dinding rahimnya, keduanya hampir berbarengan menyemburkan lahar kenikmatan mereka. Erangan dan rintihan kenikmatan merekapun keluar hampir bersamaan, mereka berdua berhasil merengkuh puncak kenikmatan mereka. Bambang merasa sangat beruntung dapat menikmati tubuh seksi nyonya majikannya ini. Setelah badai nafsu birahinya mereda dan setelah puas merasakan jepitan vagina Dewi. Bambangpun mencabut penisnya dari cengkraman lubang vagina Dewi. Dewi yang merasakan tubuh Bambang sudah tidak menindih tubuhnya lagi, iapun membalikkan badannya ingin mengetahui siapa gerangan yang sudah mengaduk-aduk lubang senggamanya.
“Ooohhh…ternyata kamu, bukannya kamu tadi sudah keluar?” kata Dewi kaget saat mengetahui orang tersebut adalah Bambang.
“Hehehe…saya tidak keluar, Bu. Saya hanya menutup pintu kamar dan menguncinya,” jawab Bambang tertawa, “tapi kontolku enakkan, Bu..,”lanjut Bambang.
“Tau…aachh,”Dewi berkata jengah karena Bambang mengetahui bahwa ia menikmati perkosaan yang baru saja dilakukannya.
Bambangpun
duduk di samping Dewi yang sedang duduk di tepian ranjang, tangannya mulai
meremas-remas payudara Dewi lagi, lalu tanpa membuang waktu lagi mulutnya mulai
menciumi dan menggigit-gigit kedua putingnya. Dewi kaget dengan perbuatan
Bambang yang sangat mendadak tersebut dan juga merasakan geli, sakit, dan enak
saat Bambang menggigit-gigit kedua putingnya tersebut.
“Eeehhhh… mau apa lagi, kamu…aaaaaagghhh…,”Dewipun mengerang.
“Hehehehe…mau ngentotin ibu lagi, habis vagina ibu enak sih,”jawab Bambang.
“Kamu…kamu…masih bisa…?,”tanya Dewi heran.
“Ibu tidak lihat kontolku masih berdiri dengan gagahnya siap untuk ngentotin ibu lagi,”jawab Bambang.
Dewipun baru menyadari saat ia melihat ke selangkangan Bambang, dan ia melihat penisnya Bambang masih berdiri dengan gagahnya. Ia pun tersenyum dan mengangguk pertanda bahwa ia mau untuk disetubuhi untuk kedua kalinya oleh Bambang, dan Dewipun menyadari bahwa penisnya Bambang lebih besar dan panjang dari seluruh lelaki yang pernah menyetubuhinya kecuali penisnya Dave. Diraihnya batang kemaluan Bambang tersebut dan dengan gemas iapun meremas-remas batang kemaluan tersebut. Dewipun merasa aman bermain dengan Bambang, karena Bambang adalah supir suaminya dan suaminya tidak mungkin pulang awal jika Bambangnya masih bersamanya. Dengan penuh semangat Dewipun melayani nafsu seksnya Bambang sampai ia sendiri merasa puas dan kelelahan melayani nafsu Bambang yang luar biasa. Sore ini Dewipun merasakan kepuasan bersetubuh dengan Bambang tanpa merasa takut akan suaminya pulang lebih awal.
“Eeehhhh… mau apa lagi, kamu…aaaaaagghhh…,”Dewipun mengerang.
“Hehehehe…mau ngentotin ibu lagi, habis vagina ibu enak sih,”jawab Bambang.
“Kamu…kamu…masih bisa…?,”tanya Dewi heran.
“Ibu tidak lihat kontolku masih berdiri dengan gagahnya siap untuk ngentotin ibu lagi,”jawab Bambang.
Dewipun baru menyadari saat ia melihat ke selangkangan Bambang, dan ia melihat penisnya Bambang masih berdiri dengan gagahnya. Ia pun tersenyum dan mengangguk pertanda bahwa ia mau untuk disetubuhi untuk kedua kalinya oleh Bambang, dan Dewipun menyadari bahwa penisnya Bambang lebih besar dan panjang dari seluruh lelaki yang pernah menyetubuhinya kecuali penisnya Dave. Diraihnya batang kemaluan Bambang tersebut dan dengan gemas iapun meremas-remas batang kemaluan tersebut. Dewipun merasa aman bermain dengan Bambang, karena Bambang adalah supir suaminya dan suaminya tidak mungkin pulang awal jika Bambangnya masih bersamanya. Dengan penuh semangat Dewipun melayani nafsu seksnya Bambang sampai ia sendiri merasa puas dan kelelahan melayani nafsu Bambang yang luar biasa. Sore ini Dewipun merasakan kepuasan bersetubuh dengan Bambang tanpa merasa takut akan suaminya pulang lebih awal.
******************
Seminggu
lebih kemudian
Rasa perih di vagina Dewi akibat terjangan paksa penisnya Bambang sudah hilang, yang tinggal sekarang adalah rasa gatal di vaginanya yang ingin merasakan garukan-garukan batang kemaluan lelaki. Sudah 3 hari ini Dewi kembali tidak dapat merasakan kunjungan batang kemaluan lelaki di vaginanya, selain karena suaminya yang masih berada di Jakarta tapi karena vaginanya yang terasa perih akibat sodokan-sodokan penis Bambang. Hari ini rasa perihnya berganti dengan rasa gatal yang sangat, tapi apa daya suaminya berada di Jakarta dan ia tidak berani untuk melakukan hal tersebut, karena takut suaminya tahu akan perbuatan dia. Dewi ingin merasakan lagi kebuasan Bambang dalam menyetubuhinya tapi ia tidak mungkin meminta kepada suaminya agar Bambang bisa mengantarnya belanja lagi, karena Yono hari ini masuk kerja dan suaminya tahu tentang ini. Kalaupun ia lakukan di luar, tetap saja ia takut ketahuan. Seandainya ia sedang asyik bermain dengan Bambang di hotel tiba-tiba suaminya pulang dan tidak mendapati dirinya ada dirumah, akan banyak pertanyaan yang terlontar dari suaminya, Dewipun semakin gelisah memikirkan semua ini.
Rasa perih di vagina Dewi akibat terjangan paksa penisnya Bambang sudah hilang, yang tinggal sekarang adalah rasa gatal di vaginanya yang ingin merasakan garukan-garukan batang kemaluan lelaki. Sudah 3 hari ini Dewi kembali tidak dapat merasakan kunjungan batang kemaluan lelaki di vaginanya, selain karena suaminya yang masih berada di Jakarta tapi karena vaginanya yang terasa perih akibat sodokan-sodokan penis Bambang. Hari ini rasa perihnya berganti dengan rasa gatal yang sangat, tapi apa daya suaminya berada di Jakarta dan ia tidak berani untuk melakukan hal tersebut, karena takut suaminya tahu akan perbuatan dia. Dewi ingin merasakan lagi kebuasan Bambang dalam menyetubuhinya tapi ia tidak mungkin meminta kepada suaminya agar Bambang bisa mengantarnya belanja lagi, karena Yono hari ini masuk kerja dan suaminya tahu tentang ini. Kalaupun ia lakukan di luar, tetap saja ia takut ketahuan. Seandainya ia sedang asyik bermain dengan Bambang di hotel tiba-tiba suaminya pulang dan tidak mendapati dirinya ada dirumah, akan banyak pertanyaan yang terlontar dari suaminya, Dewipun semakin gelisah memikirkan semua ini.
******************
Selama
tiga hari berada di Jakarta ini, Hendro sama sekali tidak memberikan nafkah
batin kepada istrinya Dewi, sebenarnya Hendro ingin sekali melakukan hubungan
seks dengan istrinya tersebut, tetapi setiap kali ia berhubungan dengan
istrinya, ia hanya dapat bertahan paling lama 5 menit saja. Hendro sendiri
merasa heran karena setiap ia berhubungan badan dengan istrinya tidak pernah
bisa lama, tetapi jika ia melakukannya dengan wanita lain ia bisa melakukan
hubungan seks sekitar 15-30 menitan lamanya. Setelah dipikir-pikir lagi oleh
Hendro saat ia melakukan hubungan seks dengan istrinya lalu ia bandingkan
dengan saat menyetubuhi wanita lain, ia menyadari bahwa jika ia melakukan seks
dengan istrinya, ia tidak pernah melakukan foreplay terlebih dahulu, yang ada
begitu istrinya sudah telanjang langsung penisnya dimasukkan kedalam lubang
vagina istrinya Dewi, karena setiap ia melihat Dewi telanjang penisnya langsung
menegang ditambah jika ia sedang menggenjot Dewi. Dewi sendiri hanya diam saja,
tidak melakukan gerakan apapun, seolah-olah ia sedang menyetubuhi boneka hidup,
sementara jika ia melakukannya dengan wanita lain, ia selalu melakukan
warming-up terlebih dahulu, saling jilat saling sedot,
ditambah para wanita itu tidak berdiam seperti patung saja, para wanita itu
selalu bergoyang kadang diatas, kadang dari belakang ia sodokkan penisnya, dan
juga suara erangan-erangan para wanita itu membuat ia selalu bersemangat.
Sementara itu Dewi tidak pernah sekalipun mengeluarkan suara erangan-erangan.
Ingin rasanya Hendro meminta Dewi untuk mengulum-ngulum penisnya terlebih
dahulu sementara ia menjilati vagina Dewi, tapi Hendro takut Dewi akan
tersinggung dengan permintaannya itu. Setahunya Dewi mempunyai pikiran kolot
bila melakukan hubungan badan. Dalam pikiran Hendro, Dewi adalah seorang istri
yang hanya menerima saat melakukan hubungan badan dan tidak mau yang
macam-macam. Hendro tidak tahu bahwa Dewi adalah pakarnya dalam melakukan
aktivitas seks, dan dalam hal mengulum-ngulum batang kemaluan lelaki. Ada dalam
pikiran Hendro ingin melihat istrinya tersebut disetubuhi oleh lelaki lain dan
dilakukan di depan matanya, ia ingin melihat istrinya terangsang, ia ingin
melihat lelaki itu menjilati vaginanya Dewi sehingga Dewi terangsang, Hendro
sering melakukan hal tersebut dengan Erwin. Mereka berdua sering menggarap para
wanita, dan saat melakukan hal tersebut stamina Hendropun semakin bertambah. Ia
semakin bersemangat melakukan hubungan seks. Tapi keinginannya itu tidak pernah
terucapkan kepada Dewi, ia takut Dewi marah, ia takut Dewi mengira ia mempunyai
penyakit, tapi ia ingin sekali memberikan kepuasan kepada istrinya, ia ingin
mendengar istrinya mengerang-ngerang keenakan menikmati sodokan-sodokan
penisnya. Sering ia berkeluh kesah kepada Erwin tentang kehidupan seksnya
dengan Dewi, dan mengutarakan maksudnya menyetubuhi Dewi berdua dengan Erwin.
Erwin hanya tersenyum mendengar hal itu karena ia pernah menyetubuhi istri
koleganya itu, dan sangat bertolak belakang dengan yang diceritakan oleh
koleganya.
******************
Hari
ini di kantor sambil mengerjakan pekerjaannya, pikirannya kembali membayangkan
seandainya ia dan Erwin menggarap tubuh Dewi. Ia membayangkan secara bergantian
ia dan Erwin membuat Dewi mengerang-ngerang keenakan menikmati sodokan-sodokan
penis mereka, ingin rasanya ia melakukan hal tersebut. Saat itu terdengar suara
ketukan di pintu ruangan Hendro. Hendropun menyuruh masuk orang yang mengetuk
pintu itu, saat pintu terbuka Hendro melihat sosok Erwin. Hendropun bangkit
dari tempat duduknya menyambut kedatangan Erwin, lalu ia mengajaknya untuk
duduk di atas sofa yang berada di ruangannya itu.
“Sudah beres masalah perusahaan ini?”tanya Erwin.
“Sudah, tapi kita butuh seseorang yang bisa dipercaya untuk memimpin perusahaan ini, karena kita kan selalu sibuk di daerah,” jawab Hendro sambil menjelaskan.
“hhhmmm…siapa kira-kira, yang bisa kita andalkan dan dipercaya?,”gumam Erwin.
“Itu yang kumaksud sampai saat ini aku belum menemukan orangnya,” lanjut Hendro.
Keduanya asyik berpikir mencari tahu siapa kira-kira yang tepat menduduki jabatan direktur operasional diperusahaan mereka, posisi itu sangat diperlukan karena Hendro dan Erwin tidak selalu berada di Jakarta, tapi orang tersebut harus yang bisa dipercaya dan diandalkan.
“Aaahh…aku tahu, ini ideku saja, entah kamu setuju atau tidak,”seru Erwin.
“Siapa…siapa…orangnya yang menurut kamu pantas dan bisa diandalkan,”tanya Hendro.
“hehehehe…istrimu…dia kan masih keluarga disebutnya dan kita bisa percaya sama dia, karena dia kan istrimu,”kata Erwin.
“Ooohhh…iya..kenapa aku gak sampai kesana yach,”sahut Hendro membenarkan.
“Tapi masalahnya, istriku mau tidak, dipusingkan dengan urusan kantor,”gumam Hendro.
“Kamu jelasin saja ke dia permasalahan yang sedang kita hadapi sekarang,”lanjut Erwin.
“Itu yang sulit, aku takut dia nolak, soalnya dia kan sudah lebih 10 tahun jadi ibu rumah tangga, kamu bantuin jelasin gimana?”kata Hendro.
“hhhmmm… baiklah nanti kita berdua bicara sama dia, kita jelaskan masalah yang sedang dihadapi oleh perusahaan ini,”kata Erwin.
“Good…ada satu lagi yang aku butuhkan bantuan darimu, Win,”kata Hendro
“Apa,”sahut Erwin
“Bagaimana kalau kamu juga bantuin aku untuk ngerjain istriku,”kata Hendro
“Aaahh…gila, gak aku gak mau,”seru Erwin terkejut mendengar permintaan Hendro, padahal dalam hatinya ia ingin bertemu dengan Dewi lagi dan melakukan persetubuhan lagi dengan Dewi, tapi tidak di depan suaminya.
“Ayo dong Win, kamu kan sudah kuanggap seperti adikku sendiri, kamukan tahu ceritaku, jika aku berhubungan dengan istriku itu tidak pernah bisa lama, sementara dengan wanita lain aku bisa bertahan, kamu kan tahu kitakan sering main bersama,” Hendro melanjutkan permintaannya
“Iya..tapi aku gak bisa, mas. Gak kubayangkan kita melakukan hal tersebut kepada istrimu, bisa-bisa istrimu mencak-mencak, dan gak kebayang olehku aku bisa melakukan hal begituan dengan istrimu sendiri,”kata Erwin.
“Kalau soal istriku gampang aja, kita buat dia terangsang, pakai ini,” kata Hendro sambil memperlihatkan botol kecil berisi cairan.
“Apa itu,”tanya Erwin pura-pura bego, tapi ia tahu bahwa itu adalah obat perangsang yang berbentuk cairan dan sangat ampuh, karena barang itu ia pernah gunakan saat mengerjai Dewi dulu.
“Obat perangsang, Win, obat perangsang dan yang ini kualitas no 1, dijamin ampuh, jadi setelah istriku minum ini, dijamin pasti ia terangsang, dan aku juga ingin melihat dia melakukan seks yang liar seperti wanita-wanita yang pernah kita kerjai,”Hendro menjelaskan
“Terserah mas deh, aku nunut aja, tapi aku takut hubungan kita bakalan berantakan gara-gara ini,”sahut Erwin pura-pura terpaksa, tapi dalam hatinya ia bersorak girang karena ia bakalan dapat merasakan lagi jepitan vagina Dewi.
“Gak usah takut Win, hubungan kitakan berantakan gara-gara ini, kan aku yang minta sama kamu, kecuali kamu melakukan hal itu diluar sepengetahuanku, aku penasaran apa istriku bisa liar kalau kukasih obat ini,”kata Hendro
“Terus rencananya gimana,”tanya Erwin
“Gini, kita pura-pura buat pesta untuk mengucapkan selamat atas penunjukkan dia sebagai direktur, dan pesta ucapan selamat bergabung dengan perusahaan ini,”Hendro menjelaskan.
“Masa pesta cuman kita bertiga saja, nanti dia curiga, apalagi kulihat istri mas bukan orang bodoh,” Erwin meragukan rencana Hendro.
“hhhmmmm…bagaimana kalau kita ajak Mira, sekretarisku, kan dia nanti juga akan jadi sekretarisnya istriku,”usul Hendro.
“hhhmmm…boleh, tapi nanti hubungan kerjanya gimana kalau tahu,” Erwin meragukan usulan tersebut.
“Sudah beres masalah perusahaan ini?”tanya Erwin.
“Sudah, tapi kita butuh seseorang yang bisa dipercaya untuk memimpin perusahaan ini, karena kita kan selalu sibuk di daerah,” jawab Hendro sambil menjelaskan.
“hhhmmm…siapa kira-kira, yang bisa kita andalkan dan dipercaya?,”gumam Erwin.
“Itu yang kumaksud sampai saat ini aku belum menemukan orangnya,” lanjut Hendro.
Keduanya asyik berpikir mencari tahu siapa kira-kira yang tepat menduduki jabatan direktur operasional diperusahaan mereka, posisi itu sangat diperlukan karena Hendro dan Erwin tidak selalu berada di Jakarta, tapi orang tersebut harus yang bisa dipercaya dan diandalkan.
“Aaahh…aku tahu, ini ideku saja, entah kamu setuju atau tidak,”seru Erwin.
“Siapa…siapa…orangnya yang menurut kamu pantas dan bisa diandalkan,”tanya Hendro.
“hehehehe…istrimu…dia kan masih keluarga disebutnya dan kita bisa percaya sama dia, karena dia kan istrimu,”kata Erwin.
“Ooohhh…iya..kenapa aku gak sampai kesana yach,”sahut Hendro membenarkan.
“Tapi masalahnya, istriku mau tidak, dipusingkan dengan urusan kantor,”gumam Hendro.
“Kamu jelasin saja ke dia permasalahan yang sedang kita hadapi sekarang,”lanjut Erwin.
“Itu yang sulit, aku takut dia nolak, soalnya dia kan sudah lebih 10 tahun jadi ibu rumah tangga, kamu bantuin jelasin gimana?”kata Hendro.
“hhhmmm… baiklah nanti kita berdua bicara sama dia, kita jelaskan masalah yang sedang dihadapi oleh perusahaan ini,”kata Erwin.
“Good…ada satu lagi yang aku butuhkan bantuan darimu, Win,”kata Hendro
“Apa,”sahut Erwin
“Bagaimana kalau kamu juga bantuin aku untuk ngerjain istriku,”kata Hendro
“Aaahh…gila, gak aku gak mau,”seru Erwin terkejut mendengar permintaan Hendro, padahal dalam hatinya ia ingin bertemu dengan Dewi lagi dan melakukan persetubuhan lagi dengan Dewi, tapi tidak di depan suaminya.
“Ayo dong Win, kamu kan sudah kuanggap seperti adikku sendiri, kamukan tahu ceritaku, jika aku berhubungan dengan istriku itu tidak pernah bisa lama, sementara dengan wanita lain aku bisa bertahan, kamu kan tahu kitakan sering main bersama,” Hendro melanjutkan permintaannya
“Iya..tapi aku gak bisa, mas. Gak kubayangkan kita melakukan hal tersebut kepada istrimu, bisa-bisa istrimu mencak-mencak, dan gak kebayang olehku aku bisa melakukan hal begituan dengan istrimu sendiri,”kata Erwin.
“Kalau soal istriku gampang aja, kita buat dia terangsang, pakai ini,” kata Hendro sambil memperlihatkan botol kecil berisi cairan.
“Apa itu,”tanya Erwin pura-pura bego, tapi ia tahu bahwa itu adalah obat perangsang yang berbentuk cairan dan sangat ampuh, karena barang itu ia pernah gunakan saat mengerjai Dewi dulu.
“Obat perangsang, Win, obat perangsang dan yang ini kualitas no 1, dijamin ampuh, jadi setelah istriku minum ini, dijamin pasti ia terangsang, dan aku juga ingin melihat dia melakukan seks yang liar seperti wanita-wanita yang pernah kita kerjai,”Hendro menjelaskan
“Terserah mas deh, aku nunut aja, tapi aku takut hubungan kita bakalan berantakan gara-gara ini,”sahut Erwin pura-pura terpaksa, tapi dalam hatinya ia bersorak girang karena ia bakalan dapat merasakan lagi jepitan vagina Dewi.
“Gak usah takut Win, hubungan kitakan berantakan gara-gara ini, kan aku yang minta sama kamu, kecuali kamu melakukan hal itu diluar sepengetahuanku, aku penasaran apa istriku bisa liar kalau kukasih obat ini,”kata Hendro
“Terus rencananya gimana,”tanya Erwin
“Gini, kita pura-pura buat pesta untuk mengucapkan selamat atas penunjukkan dia sebagai direktur, dan pesta ucapan selamat bergabung dengan perusahaan ini,”Hendro menjelaskan.
“Masa pesta cuman kita bertiga saja, nanti dia curiga, apalagi kulihat istri mas bukan orang bodoh,” Erwin meragukan rencana Hendro.
“hhhmmmm…bagaimana kalau kita ajak Mira, sekretarisku, kan dia nanti juga akan jadi sekretarisnya istriku,”usul Hendro.
“hhhmmm…boleh, tapi nanti hubungan kerjanya gimana kalau tahu,” Erwin meragukan usulan tersebut.
“Hehehehe…kan
dua-duanya kita kerjain,” Hendro tertawa sambil mengacungkan botol kecil tadi.
“Terus, siapa lagi?”tanya Erwin.
“Hhmmmm..gak tahu aku, gak mungkinkan kubawa orang kantor yang lainnya,” kata Hendro sambil menggelengkan kepalanya.
“Kalau kuundang si Andri dan …. Hhmmmm…aaahhh… Tomi, bagaimana, biar lebih kelihatan kita melakukan pesta,” usul Erwin
“Andri dan Tomi, dua-duanya kan klien kita, boleh…boleh…tapi kita harus bilang sama mereka tentang hal ini dan kita tegaskan kepada mereka untuk tidak menyinggung atau mengulangi tanpa ada kita,” kata Hendro.
“Pasti, untuk masalah mereka biar aku yang tangani, urusan si Mira, hehehehe.. mas Hendro kan bossnya, jadi tugas mas Hendro,” Erwin menyanggupi untul mengatakannya kepada Andri dan Tomi.
“Beres, akan kuundang Mira, tanpa perlu menjelaskan biar berjalan apa adanya, jadi malam ini kita buat pesta seks kecil-kecilan,” kata Hendro
“Oh ya, kita adakan di kamar hotelmu saja, Win, kamu pindah ke suite yang lebih luas biar lebih enak,” usul Hendro.
“Beres, No problem,”sahut Erwin, sambil langsung menelpon hotel tempat ia menginap untuk minta pindah kamar.
Kemudian Hendro beranjak menuju meja kerjanya diambilnya secarik kertas. Terlihat ia menulis sesuatu di atas kertas tersebut sambil menanyakan nomor kamar hotel kepada Erwin, yang kebetulan saat itu sudah selesai menelepon ke hotel tempat ia menginap dan telah mendapatkan kepastian nomor kamarnya. Erwinpun memberitahukan ke Hendro nomor kamarnya, kemudian kertas tersebut dimasukkannya ke dalam amplop. Di depan amplopnya nama Dewi ia tulis, kemudian ia suruh sekretarisnya untuk diberikan kepada Bambang untuk disampaikan kepada istrinya dan juga agar Bambang menunggui istrinya.
“Nanti aku ikut denganmu, Win, begitu juga Mira, biar istriku dijemput Bambang dan langsung menuju hotel,” kata Hendro.
“OK, no problem,” Erwin menyanggupi.
Mereka berdua kemudian pergi untuk makan siang dan kembali lagi ke kantor meneruskan pekerjaan mereka. Jam 6 sore mereka bertiga meninggalkan kantor, setelah terlebih dahulu menjelaskan kepada Mira bahwa mereka akan mengadakan pesta kecil untuk menyambut bergabungnya direktur operasional, dan tanpa curiga Mirapun mengikuti Erwin dan Hendro. Setelah terlebih dahulu menelepon kepada suaminya dirumah untuk mengatakan bahwa ia akan pulang larut malam karena ada pesta penyambutan direktur operasional yang baru.
“Terus, siapa lagi?”tanya Erwin.
“Hhmmmm..gak tahu aku, gak mungkinkan kubawa orang kantor yang lainnya,” kata Hendro sambil menggelengkan kepalanya.
“Kalau kuundang si Andri dan …. Hhmmmm…aaahhh… Tomi, bagaimana, biar lebih kelihatan kita melakukan pesta,” usul Erwin
“Andri dan Tomi, dua-duanya kan klien kita, boleh…boleh…tapi kita harus bilang sama mereka tentang hal ini dan kita tegaskan kepada mereka untuk tidak menyinggung atau mengulangi tanpa ada kita,” kata Hendro.
“Pasti, untuk masalah mereka biar aku yang tangani, urusan si Mira, hehehehe.. mas Hendro kan bossnya, jadi tugas mas Hendro,” Erwin menyanggupi untul mengatakannya kepada Andri dan Tomi.
“Beres, akan kuundang Mira, tanpa perlu menjelaskan biar berjalan apa adanya, jadi malam ini kita buat pesta seks kecil-kecilan,” kata Hendro
“Oh ya, kita adakan di kamar hotelmu saja, Win, kamu pindah ke suite yang lebih luas biar lebih enak,” usul Hendro.
“Beres, No problem,”sahut Erwin, sambil langsung menelpon hotel tempat ia menginap untuk minta pindah kamar.
Kemudian Hendro beranjak menuju meja kerjanya diambilnya secarik kertas. Terlihat ia menulis sesuatu di atas kertas tersebut sambil menanyakan nomor kamar hotel kepada Erwin, yang kebetulan saat itu sudah selesai menelepon ke hotel tempat ia menginap dan telah mendapatkan kepastian nomor kamarnya. Erwinpun memberitahukan ke Hendro nomor kamarnya, kemudian kertas tersebut dimasukkannya ke dalam amplop. Di depan amplopnya nama Dewi ia tulis, kemudian ia suruh sekretarisnya untuk diberikan kepada Bambang untuk disampaikan kepada istrinya dan juga agar Bambang menunggui istrinya.
“Nanti aku ikut denganmu, Win, begitu juga Mira, biar istriku dijemput Bambang dan langsung menuju hotel,” kata Hendro.
“OK, no problem,” Erwin menyanggupi.
Mereka berdua kemudian pergi untuk makan siang dan kembali lagi ke kantor meneruskan pekerjaan mereka. Jam 6 sore mereka bertiga meninggalkan kantor, setelah terlebih dahulu menjelaskan kepada Mira bahwa mereka akan mengadakan pesta kecil untuk menyambut bergabungnya direktur operasional, dan tanpa curiga Mirapun mengikuti Erwin dan Hendro. Setelah terlebih dahulu menelepon kepada suaminya dirumah untuk mengatakan bahwa ia akan pulang larut malam karena ada pesta penyambutan direktur operasional yang baru.
******************
Bambang yang mendapat perintah untuk pergi ke rumah tuannya itu, dan untuk menunggui istri tuannya yang seksi itu, girang bukan kepalang, hatinya membatin moga-moga ia dapat menikmati lagi tubuh seksi nyonyanya itu, apalagi ia tahu bahwa ia mempunyai waktu luang yang cukup banyak untuk mengerjai nyonyanya itu. Sekarang jam 11.30 siang, sementara nyonyanya itu harus sudah berada di hotel jam 7 malam, jadi kalau berangkat jam 6 sore dari rumah maka nyonyanya itu akan tiba di hotel jam 7-an malam. Otaknya sibuk menghitung-hitung waktu luang yang ia punyai. Sambil mengemudi mobil menuju rumah Hendro, pikiran Bambang sudah dipenuhi dengan bayangan-bayangan tubuh Dewi yang seksi, kedua payudaranya yang besar, dan lubang vaginanya yang sempit. Semua bayangan itu membuat batang kemaluannya menggeliat, celananya sesak dirasakan oleh Bambang.
Bambang yang mendapat perintah untuk pergi ke rumah tuannya itu, dan untuk menunggui istri tuannya yang seksi itu, girang bukan kepalang, hatinya membatin moga-moga ia dapat menikmati lagi tubuh seksi nyonyanya itu, apalagi ia tahu bahwa ia mempunyai waktu luang yang cukup banyak untuk mengerjai nyonyanya itu. Sekarang jam 11.30 siang, sementara nyonyanya itu harus sudah berada di hotel jam 7 malam, jadi kalau berangkat jam 6 sore dari rumah maka nyonyanya itu akan tiba di hotel jam 7-an malam. Otaknya sibuk menghitung-hitung waktu luang yang ia punyai. Sambil mengemudi mobil menuju rumah Hendro, pikiran Bambang sudah dipenuhi dengan bayangan-bayangan tubuh Dewi yang seksi, kedua payudaranya yang besar, dan lubang vaginanya yang sempit. Semua bayangan itu membuat batang kemaluannya menggeliat, celananya sesak dirasakan oleh Bambang.
******************
Jam di dinding rumah Hendro menunjukkan tepat pukul 12.15, saat itu Dewi mendengar suara mobil suaminya, Dewi menghela nafas mendengar itu,
“mas Hendro pulang, heeh… untung saja, coba kalau tadi aku manggil Pono atau Yono untuk memuaskan aku, bisa berabe,” batin Dewi.
Saat itu Dewi sedang berada di ruangan keluarga menyaksikan siaran TV, sementara keadaan rumah saat itu memang sedang sepi. Para pembantunya jam-jam segini sedang pada istirahat, sementara Yono tadi minta ijin untuk pulang ke rumah, dan Pono juga minta ijin untuk ikut dengan Yono. Sambil menyaksikan TV Dewipun menunggu kedatangan suaminya Hendro masuk ke dalam rumah. Alangkah kagetnya Dewi saat melihat Bambang yang muncul di hadapannya sambil ketawa cengengesan, dan ia melihat Bambang membawa sebuah amplop.
“Tuanmu mana, Bang? dan itu amplop apa?,” tanya Dewi beruntun.
“hehehe…tuan masih di kantor, ini amplop untuk nyonya, dan saya disuruh menunggui nyonya,” kata Bambang sambil cengar cengir, matanya kelayapan di tubuh Dewi.
Saat itu Dewi mengenakan baju tank top, dengan bagian depannya yang cukup terbuka sehingga terlihat belahan payudaranya yang montok, sementara bagian bawahnya ia mengenakan rok mini longgar yang berlipat-lipat. Mata Bambang nanar melihat pemandangan itu, biarpun Bambang pernah melihat tubuh Dewi secara jelas tapi tetap saja melihat pemandangan ini mata Bambang hampir tidak berkedip. Dewipun mengambil amplop di tangan Bambang, lalu membuka serta membacanya. Di dalam surat itu suaminya berkata bahwa ia ditunggu di kamar hotel jam 7 malam ini, karena suaminya mengadakan pesta untuk menyambut bergabungnya direktur operasional perusahaan yang baru, setelah selesai membaca surat itu, Dewipun tersenyum,
“Suamiku tidak akan pulang malahan ia menungguku di hotel nanti malam, sementara dihadapanku berdiri Bambang, berarti dalam beberapa jam ke depan aku bakalan puas menikmati kontolnya mengaduk-aduk memekku,”batin Dewi.
Lalu ia beranjak dari duduknya dan melangkah ke dalam kamar tidurnya serta tidak lupa menyuruh Bambang mengikutinya. Bambang tersenyum girang mendengar ajakan tersebut,
“Akhirnya aku dapat lagi menikmati tubuh nyonyaku ini, asyik..,”batin Bambang bersorak girang.
Jam di dinding rumah Hendro menunjukkan tepat pukul 12.15, saat itu Dewi mendengar suara mobil suaminya, Dewi menghela nafas mendengar itu,
“mas Hendro pulang, heeh… untung saja, coba kalau tadi aku manggil Pono atau Yono untuk memuaskan aku, bisa berabe,” batin Dewi.
Saat itu Dewi sedang berada di ruangan keluarga menyaksikan siaran TV, sementara keadaan rumah saat itu memang sedang sepi. Para pembantunya jam-jam segini sedang pada istirahat, sementara Yono tadi minta ijin untuk pulang ke rumah, dan Pono juga minta ijin untuk ikut dengan Yono. Sambil menyaksikan TV Dewipun menunggu kedatangan suaminya Hendro masuk ke dalam rumah. Alangkah kagetnya Dewi saat melihat Bambang yang muncul di hadapannya sambil ketawa cengengesan, dan ia melihat Bambang membawa sebuah amplop.
“Tuanmu mana, Bang? dan itu amplop apa?,” tanya Dewi beruntun.
“hehehe…tuan masih di kantor, ini amplop untuk nyonya, dan saya disuruh menunggui nyonya,” kata Bambang sambil cengar cengir, matanya kelayapan di tubuh Dewi.
Saat itu Dewi mengenakan baju tank top, dengan bagian depannya yang cukup terbuka sehingga terlihat belahan payudaranya yang montok, sementara bagian bawahnya ia mengenakan rok mini longgar yang berlipat-lipat. Mata Bambang nanar melihat pemandangan itu, biarpun Bambang pernah melihat tubuh Dewi secara jelas tapi tetap saja melihat pemandangan ini mata Bambang hampir tidak berkedip. Dewipun mengambil amplop di tangan Bambang, lalu membuka serta membacanya. Di dalam surat itu suaminya berkata bahwa ia ditunggu di kamar hotel jam 7 malam ini, karena suaminya mengadakan pesta untuk menyambut bergabungnya direktur operasional perusahaan yang baru, setelah selesai membaca surat itu, Dewipun tersenyum,
“Suamiku tidak akan pulang malahan ia menungguku di hotel nanti malam, sementara dihadapanku berdiri Bambang, berarti dalam beberapa jam ke depan aku bakalan puas menikmati kontolnya mengaduk-aduk memekku,”batin Dewi.
Lalu ia beranjak dari duduknya dan melangkah ke dalam kamar tidurnya serta tidak lupa menyuruh Bambang mengikutinya. Bambang tersenyum girang mendengar ajakan tersebut,
“Akhirnya aku dapat lagi menikmati tubuh nyonyaku ini, asyik..,”batin Bambang bersorak girang.
Setibanya
di kamar dan setelah mengunci pintu kamarnya, Dewi tidak mau membuang waktu
lagi, seluruh pakaiannya ia lucuti sehingga tubuhnya seksi terpampang di depan
mata si sopir. Melihat itu Bambang juga mengikuti dengan membuka seluruh
pakaiannya. Dewi melihat penis Bambang sudah berdiri dengan gagahnya, sudah
siap untuk bertempur. Kemudian Dewi berjongkok di hadapan Bambang, dengan penuh
nafsu penis itu mulai dikulum-kulumnya, dijilatinya dan dihisap-hisapnya.
Akibat perlakuan Dewi tersebut Bambang merem melek jadinya, mulutnya
mendesah-desah menikmati selomotan mulut Dewi, kedua tangan Bambang
meremas-remas rambut dan kepala Dewi, pantatnya terlihat berkedut-kedut menahan
rasa nikmat yang luar biasa saat mulut Dewi menghisap penisnya. Selama ini
Bambang belum pernah merasakan penisnya dihisap, dikulum dan dijilati. Istrinya
tidak pernah mau melakukan hal itu, jorok katanya, tapi hari ini akhirnya ia
dapat mengalaminya. Dengan tidak merasa jijik Dewi, nyonya majikannya ini
mengemut-ngemut dan menjilati penisnya. Tak lama kemudian Dewi berdiri, dan
melangkahkan kakinya ke tempat tidur sambil tangannya menarik batang kemaluan
Bambang. Di samping tempat tidurnya Dewi mulai mengangkangkan kakinya tubuhnya
ia condongkan ke depan sehingga menempel di tempat tidur, lalu ia menyuruh
Bambang untuk menyodokkan penisnya dari belakang, Bambang mengikuti kemauan
Dewi tersebut, iapun mulai mengarahkan kepala rudalnya ke vagina Dewi dan
menyelipkannya di sana. Sleeeeeepppp…..kepala rudalnya mulai terselip di vagina
Dewi, Dewipun melenguh saat merasakan lesakan kepala penis itu. Dengan perlahan-lahan
Bambang mulai mendorong masuk penisnya ke dalam lubang vagina Dewi,
Bllleeeeeeessssss…….bleeeeesssss……bleeesssssss….sampai seluruh batang
kemaluannya itu tenggelam di dalam lubang senggama Dewi. Dengan berpegangan dan
sambil meremas-remas bongkahan pantat Dewi, Bambang mulai mengeluar-masukkan
penisnya itu, sssrtttttt…..bleeessss….ssrrtttt
…..bleeesssss….sssrrrttt….bleeeessss….Suara erangan Bambang dan Dewi hampir
bersamaan keluar dari mulut mereka merasakan enaknya pergesekan kemaluan
mereka,
“sssshhh…aaaahhh….oooohhh…sshhh…aaahhh….oooohhhh…, ”Dewi merintih-rintih keenakan.
“Uuugghhh…oooohhh….aaaagghhh…oooohhhh,” Bambangpun melenguh nikmat.
Irama genjotan Bambang mulai meningkat, yang tadinya dengan perlahan-lahan ia mengeluar masukkan rudalnya di lubang vagina Dewi. Ia tambah ritme kecepatan keluar masuk batangnya itu, ditambahi dengan tekanan yang lebih saat ia mendorong masuk batangnya, akibatnya tubuh Dewipun tersentak-sentak, aksi Bambang yang sedikit kasar itu membuat Dewi semakin merintih-rintih.
“sssshhh…aaaahhh….oooohhh…sshhh…aaahhh….oooohhhh…, ”Dewi merintih-rintih keenakan.
“Uuugghhh…oooohhh….aaaagghhh…oooohhhh,” Bambangpun melenguh nikmat.
Irama genjotan Bambang mulai meningkat, yang tadinya dengan perlahan-lahan ia mengeluar masukkan rudalnya di lubang vagina Dewi. Ia tambah ritme kecepatan keluar masuk batangnya itu, ditambahi dengan tekanan yang lebih saat ia mendorong masuk batangnya, akibatnya tubuh Dewipun tersentak-sentak, aksi Bambang yang sedikit kasar itu membuat Dewi semakin merintih-rintih.
“Oooohhhh….aaaaahhh…ssshhh…
tekan yang dalam….aaaahhh… ssshhhh… yang
kuat….terusss…yaaahhh…sshhh…aaahhh…,”rintih Dewi
Gerakan Bambang semakin menjadi, hentakan-hentakannya semakin membuat tubuh Dewi tersentak-sentak. Kedua tangannya mulai merayap ke payudara Dewi. Dewi yang merasakan tangan Bambang mulai mengelus-elus pinggiran payudaranya mulai sedikit mengangkat tubuh bagian dadanya dengan bertumpu pada kedua sikunya. Bambang tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini dengan gesit tangannya langsung meremas-remas kedua payudara Dewi. Remasan tangan Bambang agak sedikit kasar dirasakan oleh Dewi, terutama saat Bambang mencengkram payudaranya seiring dengan tekanan masuk penisnya, seolah-olah kedua payudaranya itu menjadi tempat pegangan Bambang untuk melesakkan penisnya masuk lebih dalam di rongga vaginanya.
“Ooooohhhh…sssshhh…aaaahhhh….remas Bang, remas tetekku…aaaahhh… yang dalam…entot aku yang dalam…aaaahhhh…ssshhh….. yang kuat…tekan yang kuat ooohhhhh….Bang, enak…nikmat….ssshhhh…,”Dewi semakin merintih-rintih
“Bu…oooohhh…vaginamu….legit…Bu,..ssshhh…aaahhh….begini….dalamnya… aaahhh….mentokk….Bu….,” Bambangpun mengerang keenakan.
Birahi keduanya semakin menggelegak, nafas keduanya semakin memburu, erangan dan rintihan keduanya semakin sering terdengar, irama keluar-masuk penis Bambangpun semakin bertambah cepat. Tangan Bambang semakin kasar mencengkram dan meremas-remas kedua payudara Dewi. Terlihat kedua bola mata Dewi sudah tidak nampak hitamnya lagi. Irama genjotan Bambang sudah mulai tidak beraturan, nampaknya Bambang hampir mencapai puncak kenikmatannya, ia merasakan desakan arus sperma di penisnya hampir tidak dapat di tahan lagi. Bambangpun semakin mempercepat gerakan keluar masuk penisnya, sementara itu Dewipun merasakan hal yang sama. Desakan cairan birahinya sudah tidak mampu ia bendung lagi, vaginanya sudah siap untuk meledakkan cairan birahinya itu. Dengan waktu yang bersamaan mereka berdua mengerang menyambut pecahnya birahi mereka. Creeeettttt…..sssssrrrrrrr…..ccreeeeeettt…ssssrrrr rr….ccreeeettttt….ssssrrrrrrr
Kedua kemaluan mereka saling berbalasan menyemburkan cairan birahi mereka.
Gerakan Bambang semakin menjadi, hentakan-hentakannya semakin membuat tubuh Dewi tersentak-sentak. Kedua tangannya mulai merayap ke payudara Dewi. Dewi yang merasakan tangan Bambang mulai mengelus-elus pinggiran payudaranya mulai sedikit mengangkat tubuh bagian dadanya dengan bertumpu pada kedua sikunya. Bambang tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini dengan gesit tangannya langsung meremas-remas kedua payudara Dewi. Remasan tangan Bambang agak sedikit kasar dirasakan oleh Dewi, terutama saat Bambang mencengkram payudaranya seiring dengan tekanan masuk penisnya, seolah-olah kedua payudaranya itu menjadi tempat pegangan Bambang untuk melesakkan penisnya masuk lebih dalam di rongga vaginanya.
“Ooooohhhh…sssshhh…aaaahhhh….remas Bang, remas tetekku…aaaahhh… yang dalam…entot aku yang dalam…aaaahhhh…ssshhh….. yang kuat…tekan yang kuat ooohhhhh….Bang, enak…nikmat….ssshhhh…,”Dewi semakin merintih-rintih
“Bu…oooohhh…vaginamu….legit…Bu,..ssshhh…aaahhh….begini….dalamnya… aaahhh….mentokk….Bu….,” Bambangpun mengerang keenakan.
Birahi keduanya semakin menggelegak, nafas keduanya semakin memburu, erangan dan rintihan keduanya semakin sering terdengar, irama keluar-masuk penis Bambangpun semakin bertambah cepat. Tangan Bambang semakin kasar mencengkram dan meremas-remas kedua payudara Dewi. Terlihat kedua bola mata Dewi sudah tidak nampak hitamnya lagi. Irama genjotan Bambang sudah mulai tidak beraturan, nampaknya Bambang hampir mencapai puncak kenikmatannya, ia merasakan desakan arus sperma di penisnya hampir tidak dapat di tahan lagi. Bambangpun semakin mempercepat gerakan keluar masuk penisnya, sementara itu Dewipun merasakan hal yang sama. Desakan cairan birahinya sudah tidak mampu ia bendung lagi, vaginanya sudah siap untuk meledakkan cairan birahinya itu. Dengan waktu yang bersamaan mereka berdua mengerang menyambut pecahnya birahi mereka. Creeeettttt…..sssssrrrrrrr…..ccreeeeeettt…ssssrrrr rr….ccreeeettttt….ssssrrrrrrr
Kedua kemaluan mereka saling berbalasan menyemburkan cairan birahi mereka.
“Ooooohhhh…Bu,
aku keluaaaarrrr….Bu,…aaaaaahhhhh….eeenaaaakkk…. vagina
ibuuuuu…betul-betul…eenaaaakkk….sssssshhhh…ooooohhhh…aaahhh,”Bam bang mengerang
menikmati puncak kenikmatan yang berhasil ia rengkuh, penisnya menyemprotkan
air maninya dengan kuat, sehingga Dewi dapat merasakan semburan air mani itu di
dinding rahimnya.
“Aaakkkuuuu….juga…mbaaaangg, ….oooohhh…sshhhh…oooohhh… keluaaaarrr.. ssshhh….aakkuu…ooooohhh…nikmaaatt….eenaaaakkk…oooo ohhh.. kontolmu… mbang, besaarrr….. enaaaakkkk….,” Dewipun merintih dengan tubuh kelojotan sambil vaginanya menyemburkan cairan birahinya
“Aaakkkuuuu….juga…mbaaaangg, ….oooohhh…sshhhh…oooohhh… keluaaaarrr.. ssshhh….aakkuu…ooooohhh…nikmaaatt….eenaaaakkk…oooo ohhh.. kontolmu… mbang, besaarrr….. enaaaakkkk….,” Dewipun merintih dengan tubuh kelojotan sambil vaginanya menyemburkan cairan birahinya
Saat
itu juga Bambang merasakan penisnya menjadi hangat dan ia juga merasakan
dinding vagina Dewi berkedut-kedut. Di wajah Dewi tersungging senyum kepuasan
setelah berhasil menuntaskan hasrat seksualnya yang selama 3 hari ini tidak
pernah terlampiaskan. Sementara Bambangpun tersenyum bangga karena berhasil
kembali menikmati tubuh nyonyanya yang seksi ini. Bambang merasakan penisnya
perlahan-lahan mulai menciut, dan kemudian dengan sendirinya terlepas dari
jepitan vagina Dewi, saat itu ia melihat air maninya mulai mengalir keluar
perlahan-lahan dari vagina Dewi, lalu iapun merebahkan tubuhnya di atas tempat
tidur, Dewi yang masih tertelungkup dan merasakan penisnya Bambang terlepas
dari jepitan vaginanya. Iia merasakan aliran air mani Bambang bercampur dengan
cairan birahinya perlahan-lahan mengalir keluar dari vaginanya. Dengan tubuh
masih menelungkup di atas tempat tidur, Dewipun memejamkan matanya untuk
menikmati rasa puas yang barusan saja berhasil ia rengkuh, selang tak lama
Dewipun beranjak ke kamar mandinya untuk membasuh dirinya. Melihat itu
Bambangpun mengikutinya, merekapun mandi bersamaan..Dewi menyabuni tubuh
Bambang, Bambangpun menyabuni tubuh Dewi, akhirnya tongkat wasiat Bambangpun
kembali menegang dan mereka kembali melakukan persetubuhan itu di kamar mandi.
Sampai
jam 5 sore, Dewi berhasil mencapai kepuasannya sebanyak 4 kali, begitu juga
Bambang, Dewipun segera berpakaian setelah membersihkan dirinya untuk ketiga
kalinya dan juga setelah kenyang menikmati tongkat wasiat Bambang, sementara
itu Bambang setelah berpakaian segera menyalakan mobilnya dan menunggu
nyonyanya selesai berdandan, hari ini Bambang merasa puas luar biasa, penisnya
4 kali berhasil menerobos masuk di lubang senggama nyonyanya itu dan
memuntahkan air maninya. Bambang merasa lelah di tubuhnya dan juga lututnya,
tapi semua itu tertutup oleh rasa puasnya. Dalam perjalanan ke hotel, Dewi dan
Bambang tidak bercakap-cakap sedikitpun, apalagi Dewi duduk di belakang,
seolah-olah tidak terjadi apa-apa di antara mereka berdua, Dewipun melangkahkan
kakinya menuju kamar hotel yang ada di surat suaminya tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar