Minggu, 30 Oktober 2011

Om Memang Luar Biasa

Tokoh Utama :
  1. Om Bimo
  2. Dilla
Tokoh Figuran :
  • Rudi
Keponakan Bimo yang bernama Rudi baru menikah, ia tinggal bersama Om Bimo karena mereka belum memiliki rumah sendiri. Tidak menjadi masalah bagi Om Bimo karena Om Bimo tinggal sendiri setelah lama bercerai dan Om Bimo tidak memiliki anak dari perkawinan yang gagal itu. Sebagai pengantin baru, tentunya Rudi dan istrinya, Dilla, lebih sering menghabiskan waktunya di kamar.
Pernah satu malam, Om Bimo mendengar erangan Dilla dari kamar mereka. Om Bimo mendekat ke pintu, terdengar Dilla mengerang-erang,
“Terus mas, enak mas, terus ……,
“Yah…. udah keluar ya mas, Dilla belum apa-apa”. Sepertinya Dilla tidak terpuaskan dalam ‘pertempuran itu karena suaminya keok duluan. Beberapa kali Om Bimo mendengar lenguhan dan diakhiri dengan keluhan senada. Kasihan juga Dilla.

Suatu sore, sepulang dari kantor, Om Bimo lupa membawa kunci rumah. Om Bimo mengetok pintu cukup lama sampai Dilla yang membukakan pintu. Om Bimo sudah lama terpesona dengan kecantikan dan bentuk tubuhnya. Tinggi tubuhnya sekitar 167 cm. Rambutnya tergerai sebahu. Wajahnya cantik dengan bentuk mata, alis, hidung, dan bibir yang indah. Dilla hanya mengenakan baju kimono yang terbuat dari bahan handuk sepanjang hanya 15 cm di atas lutut. Paha dan betis yang tidak ditutupi daster itu tampak amat mulus. Kulitnya kelihatan licin, dihiasi oleh rambut-rambut halus yang pendek. Pinggulnya yang besar melebar. Pinggangnya kelihatan ramping. Sementara kimono yang menutupi dada atasnya belum sempat diikat secara sempurna, menyebabkan belahan dada yang montok itu kelihatan oleh Om Bimo.

Lehernya jenjang dengan beberapa helai rambut terjuntai. Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari tubuhnya. Agaknya Dilla sedang mandi, atau baru saja selesai mandi. Tanpa sengaja, sebagai laki-laki normal, kontol Om Bimo berdiri melihat tubuhnya. Dari samping
dadanya begitu menonjol dari balik kimononya. Melihat Dilla sewaktu membelakangi Om Bimo, Om Bimo terbayang betapa nikmatnya bila tubuh tersebut digeluti dari arah belakang. Om Bimo berjalan mengikutinya menuju ruang makan. Om Bimo memperhatikan gerak tubuhnya dari belakang. Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah kakinya. Om Bimo Ingin mendekap erat-erat tubuh Dilla dari belakang. Tapi Om Bimo tak melaksanakannya, hanya angan-angan saja.
“Sori Dill, om lupa bawa kunci. Kamu terganggu mandinya ya”, kata Om Bimo.
“Udah selesai kok om”, jawabnya. Om Bimo duduk di meja makan. Dilla mengambilkan teh buat Om Bimo dan kemudian masuk ke kamarnya. Tak lama kemudian Dilla keluar hanya mengenakan daster tipis berbahan licin, mempertontonkan tonjolan susu yang membusung. Dilla tidak mengenakan bra, sehingga kedua pentilnya tampak jelas sekali tercetak di dasternya. Dilla beranjak dari duduknya dan mengambil toples berisi kue dari lemari makan. Pada posisi membelakangi, Om Bimo menatap tubuhnya dari belakang yang sangat merangsang.
Ketika Om Bimo dan Dilla ngobrol ngalor ngidul soal macem-macem. Mata Om Bimo tak lepas dari wajah Dilla yang cantik dan tubuh Dilla yang montok. Dilla tidak menyadari bahwa belahan daster di dadanya mempertontonkan susunya yang montok. kontol Om Bimo pun menegang. Akhirnya pembicaraan menyerempet soal sex.
“Dill, kamu gak puas ya sama suami kamu”, kata Om Bimo to the point.
Dilla tertunduk malu, mukanya semu kemerahan. “Kok om tau sih”, jawabnya lirih.
“Om kan pernah denger kamu melenguh awalnya, cuma akhirnya mengeluh. Suami kamu cepet mainnya ya”, kata Om Bimo lagi.
“Iya om, si mas cepet banget keluarnya. Dilla baru mulai ngerasa enak, dia udah keluar. Kesel deh jadinya, kaya Dilla cuma jadi pemuas napsunya aja”, Dilla mulai curhat. Om Bimo hanya mendengarkan curhatannya saja.
“Om, mandi dulu deh, udah waktunya makan. Dilla nyiapin makan dulu ya”, kata Dilla mengakhiri pembicaraan seru.
“Kirain Dilla nawarin mau mandiin”, goda Om Bimo.
“Ih si om, genit”, jawabnya tersipu.
“Kalo Dilla mau, om gak keberatan lo”, jawab Om Bimo lagi.
Dilla tidak menjawab hanya berlalu ke dapur, menyiapkan makan. Sementara itu Om Bimo masuk kamar dan mandi. Selesai mandi, Om Bimo hanya memakai celana pendek dan kaos, sengaja Om Bimo tidak memakai CD. Om Bimo berencana ngentotin Dilla malem ini. Apalagi suaminya sedang tugas keluar kota untuk beberapa hari. kontol Om Bimo masih ngaceng berat sehingga kelihatan jelas tercetak di celana pendeknya. Dilla diam saja melihat ngacengnya kontol Om Bimo dari luar celana pendek Om Bimo. Ketika makan malem, mereka ngobrol soal yang lain, Dilla berusaha tidak mengarahkan pembicaraan kearah yang tadi.
 Selesai makan, Dilla membereskan piring dan gelas. Sekembalinya dari dapur, Dilla terpeleset sehingga terjatuh. Rupanya ada air yang tumpah ketika Dilla membawa peralatan makan ke dapur. Betis kanan Dilla membentur rak kayu. “Aduh”, Dilla mengerang kesakitan. Om Bimo segera menolongnya. Punggung dan pinggulnya diraih Om Bimo. Om Bimo membopong Dilla kekamarnya. Lalu diletakkan Dilla di ranjang. Tercium bau harum sabun mandi memancar dari tubuhnya. Belahan daster terbuka lebih lebar sehingga Om Bimo dapat dengan leluasa melihat kemontokan dadanya. Nafsu Om Bimo pun naik. kontol Om Bimo semakin tegang. ketika Om Bimo menarik tangan dari pinggulnya, tangan Om Bimo tanpa sengaja mengusap paha Dilla yang tersingkap. Dilla berusaha meraih betisnya yang terbentur rak tadi. Om Bimo melihat bekas benturan tadi membuat sedikit memar di betis nya. Om Bimo pun berusaha membantunya. Om Bimo meraih betis tersebut seraya meraba dan mengurut bagian betis yang memar tersebut.
“Pelan om, sakit”, erangnya lagi. Lama-lama suaranya hilang. Sambil terus memijit betis Dilla, Om Bimo memandang wajahnya. Matanya sekarang terpejam. Nafasnya jadi teratur. Mungkin Dilla sudah terangsang dari pijitan di betis. Om Bimo memberanikan diri mencium bibir Dilla.
“Om, apa-apaan ini…”, katanya lirih.
Om Bimo terkejut dan segera menghentikan aksinya.
“Dill, om mau ngasih kenikmatan sama kamu, mau enggak”, kata Om Bimo perlahan sambil mencium dada nya yang montok. Dilla diam saja, matanya terpejam. Hidung Om Bimo mengendus-endus kedua buah dada yang berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahnya. Pentil susu kanan Dilla dilahap Om Bimo. Badan Dilla sedikit tersentak ketika pentil itu digencet perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atas Om Bimo.
“Om…”, rintihnya, rupanya tindakan Om Bimo membangkitkan napsu Dilla. Karena sangat ingin merasakan kenikmatan bersetubuh, Dilla diam saja membiarkan Om Bimo menjelajahi tubuhnya. Om Bimo menyedot-sedot pentil susunya secara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak diperkuat sedotan Om Bimo. Mimik wajah Dilla tampak sedikit berubah, seolah menahan suatu kenikmatan. Sambil terus menggumuli buah dada Dilla dengan bibir,, dan lidahnya, Om Bimo mulai menggesek-gesekkan kontolnya di paha dalamnya yang halus dan mulus. Om Bimo menikmati dan merangsang tubuh Dilla dari kedua belah gumpalan dada Dilla, perlahan-lahan bergerak ke arah bawah. Dengan nafsu yang menggelora Om Bimo memeluk pinggulnya secara perlahan-lahan. Kecupan Om Bimo pun berpindah ke CD tipis yang membungkus pinggulnya tersebut. Om Bimo menjilat CD pink itu di bagian belahan bibir memeknya. Dilla makin terengah menahan napsunya, sesekali terdengar lenguhannya menahan kenikmatan yang dirasakannya. Om Bimo melepas CD pembungkus memek Dilla, lalu dia bangkit. Om Bimo dan Dilla sudah sama-sama telanjang bulat tanpa sehelai benangpun.
Om Bimo pun mengambil posisi menindih tubuh Dilla, Om Bimo menggesek-gesekkan kepala kontol ke sekeliling bibir memeknya. Dilla merasakan geli dan nikmat. kepala kontol digerakkan agak ke arah lobang. Dan Om Bimo menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut lobang memek Dilla menjadi basah. Perlahan-lahan kontol Om Bimo terus memasuki lobang memek. Kini seluruh kepala kontol Om Bimo yang berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut memek Dilla. Jepitan mulut memek itu terasa hangat dan enak sekali. Kembali dari mulut Dilla keluar desisan kecil tanda nikmat tak terperi. kontol Om Bimo semakin tegang. Sementara dinding mulut memek Dilla terasa semakin basah. Perlahan-lahan kontol Om Bimo ditusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh batang yang tersisa di luar. Secara perlahan Om Bimo masukkan lagi kontolnya ke dalam memek. Terbenam sudah seluruh batang kontol Om Bimo di dalam memek Dilla. Sekujur batang kontol sekarang dijepit oleh memek Dilla dengan sangat enaknya. secara perlahan-lahan digerakkan keluar-masuk kontol Om Bimo ke dalam memek Dilla.
Om Bimo terus memasuk-keluarkan kontolnya ke lobang memek Dilla. Alis mata Dilla terangkat naik setiap kali kontol Om Bimo menusuk masuk memeknya secara perlahan. Bibir segarnya yang sensual sedikit terbuka, sedang giginya terkatup rapat. Dari mulut sexy itu keluar desis kenikmatan, “Sssh…sssh… hhh… hhh… ssh… sssh… Om Bimo terus ….
Enam menit sudah hal itu berlangsung. Om Bimo mempercepat gerakan keluar-masuk kontolnya pada memek Dilla. Om Bimo mendesis-desis, “Dill… memekmu luar biasa… nikmatnya…” Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit. rasa gatal-gatal enak mulai menjalar di sekujur kontol Om Bimo. Berarti beberapa saat lagi Om Bimo akan ngecret. Om Bimo mencopot kontolnya dari memek Dilla. Segera Om Bimo mencapai puncaknya. Om Bimo tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahanannya. “Dilla…!” pekik Om Bimo dengan tidak tertahankan. Mata Om Bimo membeliak-beliak saat menyemburkan pejuh. Crot! Crot! Crot! Crot! Pejuh Om Bimo menyemprot dengan derasnya. Sampai empat kali. Kuat sekali semprotannya, sampai menghantam rahang Dilla. Peju tersebut berwarna putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang peju mengalir turun ke arah leher Dilla. Peju yang tersisa di dalam kontol Om Bimo pun menyusul keluar dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini semprotannya lemah. Semprotan awal hanya sampai pangkal lehernya, sedang yang terakhir hanya jatuh di atas belahan buah dada Dilla. Om Bimo menikmati akhir-akhir kenikmatan.
“Luar biasa… Dilla, nikmat sekali tubuhmu…,” Om Bimo bergumam.
“Kok gak dikeluarin di dalem aja om”, kata Dilla lirih.
“Gak apa kalo om ngecret didalem Dilla ?”, Tanya Om Bimo.
“Gak apa om, Dilla pengen ngerasain kesemprot peju anget. Tapi Dilla ngerasa nikmat sekali om, belum pernah Dilla ngerasain kenikmatan seperti ini”, katanya lagi.
“Ini baru ronde pertama Dilla, mau lagi kan ronde kedua”, kata Om Bimo.
“Mau om, tapi ngecretnya didalem ya”, jawabnya.
“Kok tadi kamu diem aja Dilla”, kata Om Bimo lagi.
“Bingung om, tapi nikmat”, jawabnya sambil tersenyum. “Engh…” Dilla menggeliatkan badannya. Om Bimo segera mengelap kontol dengan tissue yang ada di atas meja, dan memakai celana pendek. Om Bimo mengambil beberapa lembar tissue untuk mengelap pejuh Om Bimo yang berleleran di rahang, leher, dan buah dada Dilla. Ada yang tidak dapat dilap, yakni cairan pejuh Om Bimo yang sudah terlajur jatuh di rambut kepalanya.
“Mau kemana om, katanya masih ronde pertama….”, tanyanya.
“Mau ambil minum dulu”, jawab Om Bimo.
“Kok celananya dipake, katanya mau ronde kedua”, katanya. Rupanya Dilla sudah pengen Om Bimo menggelutinya sekali lagi. Om Bimo kembali membawa gelas berisi air putih, Dilla yang langsung menenggaknya sampe habis. Om Bimo keluar lagi untuk mengisi gelas dengan air dan kembali lagi ke kekamar. Masih tidak puas Om Bimo memandangi toket indah yang terhampar di depan mata Om Bimo tersebut. Mata Om Bimo memandang ke arah pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang melebar indah. Terus tatapan Om Bimo jatuh ke memeknya yang dikelilingi oleh bulu jembut hitam yang lebat.
Betapa enaknya ngentotin Dilla. Aku  ingin mengulangi permainan tadi, menggeluti dan mendekap kuat tubuhnya. Mengocok memeknya dengan kontolku dengan irama yang menghentak-hentak kuat. Dan Aku dapat menyemprotkan pejuku di dalam memeknya” pikir Om Bimo  dengan nafsunya yang terbakar.
“Dilla…,” desah Om Bimo penuh nafsu. Bibir Om Bimo pun menggeluti bibir Dilla. Bibir sensual yang menantang itu dilumat-lumat oleh Om Bimo dengan ganasnya. Sementara Dilla pun tidak mau kalah. Bibirnya pun menyerang bibir Om Bimo dengan dahsyatnya, seakan tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibir Om Bimo. Kedua tangan Om Bimo pun menyusup diantara lengan tangannya. Tubuh Dilla sekarang berada dalam dekapan Om Bimo. Om Bimo mempererat dekapannya, sementara Dilla pun mempererat pelukannya pada tubuh Om Bimo. Kehangatan tubuh Dilla terasa merembes ke badan Om Bimo, dadanya yang membusung semakin menekan dada Om Bimo. Jari-jari tangan Dilla mulai meremas-remas kulit punggung Om Bimo. Dilla mencopot celana Om Bimo. Dilla pun merangkul punggung Om Bimo  lagi. Om Bimo kembali mendekap erat tubuh Dilla sambil melumat kembali bibirnya. Om Bimo terus mendekap tubuh Dilla sambil saling melumat bibir. Lalu bibir Om Bimo bergerak ke arah leher Dilla. diciumi, dihisap-hisap dengan mulut Om Bimo, dan dijilati dengan lidah. “Ah… geli… geli…,” desah Dilla sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai dagunya terbuka dengan luasnya. Dilla pun membusungkan dadanya dan melenturkan pinggangnya ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajah Om Bimo dalam keadaan menggeluti lehernya, tubuh mereka dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya. Dan tak ketinggalan pula batang panis Om Bimo sudah menancap penuh di lubang kenikmatan Dilla, sementara kedua tangan Om Bimo meremas-remas kedua belah susunya.
“Ah… ah… om… ah…,” Dilla mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Om Bimo memperkuat sedotannya. Sementara tangan Om Bimo  meremas kuat susu Dilla sebelah kanan. Dan kontolnya keluar masuk memek Dilla. “Om… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu… ngilu…” Om Bimo semakin ganas.
 “Om.. Batang kontolnya besar ya”, ucapnya.
Dilla pun menggelinjang ke kiri-kanan. “Ah… om… ngilu… terus om… terus… ah… geli… geli…terus… hhh… enak… enaknya… enak…,” Dilla merintih-rintih sambil terus berusaha mengimbangi gerakan kontol keluar masuk.
“Dilla… enak sekali Dilla… sssh… luar biasa… enak sekali…,” Om Bimo pun mendesis-desis keenakan.
“Om keenakan ya? Batang kontol om terasa besar dan keras sekali di dalam tubuh Dilla. Wow… kontol om terasa hangat om. tangan om nakal sekali ……,” rintih Dilla.
“Jangan mainkan hanya pentilnya saja… geli… remas seluruhnya saja…” Dilla semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan erat Om Bimo. Dia sudah makin liar saja desahannya, rupanya Dilla sangat menikmati gelutannya, lupa bahwa Om Bimo ini om dari suaminya.
“om.. enak sekali… om ….nakal sekali… Sssh… sssh… akumau nyampe …. aaahhhh… kontol om … besar sekali… ooommm hhhaaagggrrrhhh…” Dilla menarik wajah Om Bimo mendekat ke wajahnya. bibir Dilla melumat bibir Om Bimo dengan ganasnya. Om Bimo pun tidak mau kalah. Om Bimo melumat bibirDilla dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara Om Bimo membiarkan kontolnya terpendam dinikmati Dilla yang mencapai klimaks orgasmenya.
Setelah beberapa menit kemudian kontol Om Bimo bergerak naik turun di liang memeknya. diputar-putar, dikocok-kocok kontol Om Bimo di memek Dilla. Dilla mulai on kembali. “Om kontolnya besar dan keras sekali” katanya
 “Bagaimana Dill, sakit?” tanya Om Bimo.
“Sssh… enak sekali… enak sekali… kontol om besar dan panjang sekali… sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang memek Dilla..,” jawabnya. Om Bimo terus memompa memek Dilla dengan kontolnya perlahan-lahan. toketnya yang menempel di dada Om Bimo ikut terpilin-pilin oleh dada Om Bimo akibat gerakan memompa tadi. Kedua pentil susu Dilla yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dada Om Bimo. kontol Om Bimo serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot memeknya sejalan dengan genjotan Om Bimo tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kontol Om Bimo menyentuh suatu daging hangat di dalam memek Dilla. Dilla merasakan kepala kontol Om Bimo menuju rahim Dilla, sangat nikmat, tubuh Dilla terasa melayang-layang. Geli-geli nikmat. Om Bimo mengambil kedua kaki Dilla dan mengangkatnya.  Sambil menjaga agar kontol Om Bimo tidak tercabut dari lobang memek Dilla, Om Bimo mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Dilla ditumpangkan di atas bahu Om Bimo, sementara betis kirinya didekatkan ke wajah Om Bimo. Sambil terus mengocok memek Dilla perlahan dengan kontol, Om Bimo menciumi betis kiri Dilla yang amat indah itu dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang diciumi dan digeluti. Begitu hal tersebut dilakukan beberapa kali secara bergantian, sambil kontol Om Bimo maju-mundur perlahan di memek Dilla. Setelah puas dengan cara tersebut, tangan Om Bimo u meremas-remas toket montok Dilla. Kedua gumpalan daging kenyal itu diremas kuat-kuat secara berirama. Kedua pentil Dilla dipermainkan oleh tangan Om Bimo. Dilla pun merintih-rintih keenakan. Matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.
“Ah… om, geli… geli… … Ngilu om, ngilu… Sssh… sssh… terus om, terus…. kontol om membuat memek Dilla merasa enak sekali… Nanti jangan dingecretinkan di luar memek, ya om. Ngecret di dalam saja… ” Om Bimo mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontolnya di memek Dilla.
“Ah-ah-ah… bener, om. Bener… yang cepat… Terus om, terus… ” Om Bimo bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Dilla. Tenaga Om Bimo menjadi berlipat ganda. Meningkatlah kecepatan keluar-masuk kontol Om Bimo di memek Dilla. Terus dan terus. Seluruh bagian kontol Om Bimo serasa diremas-remas dengan cepatnya oleh memek Dilla. Mata Dilla menjadi merem-melek. Begitu juga Om Bimo pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.
 “Sssh… sssh… Dilla… enak sekali… enak sekali memekmu… enak sekali memekmu…”
“Ya om, Dilla juga merasa enak sekali… terusss… terus om, terusss…” Om Bimo meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontolnya pada memeknya.
“Omm… sssh… sssh… Terus… terus… Dilla hampir nyampe… sedikit lagi… sama-sama ya om…,” Dilla jadi mengoceh tanpa kendali. Om Bimo mengayuh terus. Om Bimo belum merasa mau ngecret. Namun Om Bimo harus membuatnya nyampe duluan. Memek Dilla berdenyut dengan hebatnya meremas-remas kontol Om Bimo.
“Om… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau nyampe om… mau nyampe..ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…” Tiba-tiba bibir dan otot memek Dilla menjepit kontol Om Bimo dengan sangat kuatnya. Di dalam memek, kontol Om Bimo disemprot oleh cairan yang keluar dari memek Dilla dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Dilla meremas lengan tangan Om Bimo dengan sangat kuatnya. Dilla pun berteriak tanpa kendali: “Aaaarrrrrgggghhh…keluarrr…!” Mata Dilla membeliak-beliak. Sekejap tubuh Dilla mengejang. Om Bimo pun menghentikan genjotannya, kontolnya yang tegang luar biasa dibiarkan tertanam dalam memek Dilla. Om Bimo memberikan kesempatan Dilla untuk menikmati kerasnya kontol saat orgasme. Dilla merasa sensasi yang sangat luar biasa. Mata Dilla memejam beberapa saat dalam menikmati puncaknya. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangan Dilla pada lengan Om Bimo perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajah Om Bimo. Sementara jepitan dinding memeknya pada kontolnya berangsur-angsur melemah, walaupun kontol Om Bimo masih tegang dan keras.
Kedua kaki Dilla lalu diletakkan kembali di atas ranjang dengan posisi agak membuka. Om Bimo kembali menindih tubuh telanjang Dilla dengan mempertahankan agar kontolnya masih tertanam di dalam memeknya tidak tercabut.
“Om… luar biasa… rasanya seperti ke langit ke tujuh,” kata Dilla dengan mimik wajah penuh kepuasan. kontol Om Bimo masih tegang di dalam memeknya. Om Bimo kembali mendekap tubuh Dilla. kontol Om Bimo mulai bergerak keluar-masuk lagi di memek Dilla, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding memek Dilla secara berangsur-angsur terasa mulai meremas-remas kontol Om Bimo. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kontol Om Bimo lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang disemprotkan oleh memek Dilla beberapa saat yang lalu.
”Ahhh… om… langsung mulai lagi… Sekarang giliran om.. semprotkan peju om di memek Dilla.. Sssh…,” Dilla mulai mendesis-desis lagi. Bibir Om Bimo mulai memagut bibir Dilla dan melumat-lumatnya dengan gemasnya, sementara kontol Om Bimo semakin cepat keluar masuk memek Dilla.
Pengaruh adanya cairan di dalam memek Dilla, keluar-masuknya kontol pun diiringi oleh suara, “srrot-srret srrrot-srrret srrot-srret…”
“Sssh… sssh… sssh… enak om, enak… Terus… teruss… terusss…,” desis Dilla. Sambil kembali bibir Dilla dan bibir Om Bimo saling melumat dengan kuatnya. Dilla tidak henti-hentinya merintih kenikmatan,
“Om… ah… ” desis Dilla, membuat kontol Om Bimo semakin tegang. Kedua tangan Om Bimo kini menyusup dari ketiak Dilla ke bawah dan memeluk punggungnya. Tangan Dilla pun memeluk punggung Om Bimo dan mengusap-usapnya. Om Bimo pun memulai serangan dahsyatnya. Keluar-masuknya kontol Om Bimo ke dalam memek Dilla sekarang berlangsung dengan cepat dan bertenaga. Setiap kali masuk, kontol dihunjamkan keras-keras agar menusuk memek Dilla sedalam-dalamnya. kontol Om Bimo bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding memek Dilla. Sampai di ruang terdalam, mata Dilla membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, “Akh!” Sementara daging pangkal paha Om Bimo bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak!
Dilla mendesah, “Hhh…” Om Bimo terus menggenjot memek Dilla
“Plak! Plak! Plak! Plak!” bunyi antara paha Om Bimo  dan paha Dilla
“srottt-srrrt… srottt-srrrt… srottt-srrrt…” bunyi pergeseran antara kontol dan memek
Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil Dilla:
 “Ak! Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…”
“Dill… Enak sekali Dill… memekmu enak sekali… memekmu hangat sekali… jepitan memekmu enak sekali…”
“Om… terus om…,” rintih Dilla, “enak om… enaaak… Ak! Hhh…”
Om Bimo pun mengocokkan kontolnya ke memek Dilla dengan semakin cepat dan kerasnya, menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi, dan ....
“Dilla… aku… arghhh…arrrgghhh .... ahhh.... ahhh...” Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa Om Bimo tidak mampu menyelesaikan ucapannya. Dilla pun ......
“Om, ...Dilla… mau nyampe lagi… Ak-ak-ak… aku nyam…”
 “Pruttt! Pruttt! Pruttt!” Kepala kontol Om Bimo terasa disemprot cairan memek Dilla.
 “…nyampee…!” Tubuh Dilla mengejang dengan mata membeliak-beliak.
“Dilla…!”
“Om ....!”
Peju Om Bimo bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding memek Dilla yang terdalam. kontol Om Bimo yang terbenam semua di dalam memek Dilla terasa berdenyut-denyut. Beberapa saat lamanya Om Bimo dan Dilla terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali. Om Bimo menghabiskan sisa-sisa peju dalam kontolnya. Cret! Cret! Cret! kontolnya menyemprotkan lagi peju yang masih tersisa ke dalam memek Dilla. Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan baik tubuh Dilla maupun tubuh Om Bimo tidak mengejang lagi. Om Bimo menciumi leher mulus Dilla dengan lembutnya, sementara tangan Dilla mengusap-usap punggung Om Bimo dan mengelus-elus rambut kepala Om Bimo.
Om Bimo dan Dilla merasa puas sekali bermain api perselingkuhan. Dan kegiatan serupa bukan hanya dilakukan hari itu juga, melainkan berlanjut pada hari-hari berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar