Tokoh Utama :
- Om Bimo
- Dilla
Tokoh Figuran :
- Rudi
Keponakan Bimo
yang bernama Rudi baru menikah, ia tinggal bersama Om Bimo karena mereka belum memiliki rumah
sendiri. Tidak menjadi masalah bagi Om Bimo karena Om Bimo tinggal sendiri setelah
lama bercerai dan Om Bimo tidak memiliki anak dari perkawinan yang gagal itu.
Sebagai pengantin baru, tentunya Rudi dan istrinya, Dilla, lebih sering menghabiskan
waktunya di kamar.
Pernah satu
malam, Om Bimo mendengar
erangan Dilla dari kamar mereka. Om Bimo mendekat ke pintu, terdengar Dilla
mengerang-erang,
“Terus mas,
enak mas, terus ……,”
“Yah…. udah keluar ya mas, Dilla belum apa-apa”. Sepertinya Dilla tidak terpuaskan
dalam ‘pertempuran’ itu karena suaminya keok duluan. Beberapa kali Om Bimo mendengar
lenguhan dan diakhiri dengan keluhan senada. Kasihan juga Dilla.
Suatu sore, sepulang dari kantor, Om Bimo lupa membawa kunci rumah. Om Bimo mengetok pintu cukup lama sampai Dilla yang membukakan pintu. Om Bimo sudah lama terpesona dengan kecantikan dan bentuk tubuhnya. Tinggi tubuhnya sekitar 167 cm. Rambutnya tergerai sebahu. Wajahnya cantik dengan bentuk mata, alis, hidung, dan bibir yang indah. Dilla hanya mengenakan baju kimono yang terbuat dari bahan handuk sepanjang hanya 15 cm di atas lutut. Paha dan betis yang tidak ditutupi daster itu tampak amat mulus. Kulitnya kelihatan licin, dihiasi oleh rambut-rambut halus yang pendek. Pinggulnya yang besar melebar. Pinggangnya kelihatan ramping. Sementara kimono yang menutupi dada atasnya belum sempat diikat secara sempurna, menyebabkan belahan dada yang montok itu kelihatan oleh Om Bimo.
Lehernya jenjang dengan beberapa helai rambut terjuntai. Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari tubuhnya. Agaknya Dilla sedang mandi, atau baru saja selesai mandi. Tanpa sengaja, sebagai laki-laki normal, kontol Om Bimo berdiri melihat tubuhnya. Dari samping
dadanya begitu menonjol dari balik kimononya. Melihat Dilla sewaktu membelakangi Om Bimo, Om Bimo terbayang betapa nikmatnya bila tubuh tersebut digeluti dari arah belakang. Om Bimo berjalan mengikutinya menuju ruang makan. Om Bimo memperhatikan gerak tubuhnya dari belakang. Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah kakinya. Om Bimo Ingin mendekap erat-erat tubuh Dilla dari belakang. Tapi Om Bimo tak melaksanakannya, hanya angan-angan saja.
“Sori Dill,
om lupa bawa kunci. Kamu terganggu mandinya ya”, kata Om Bimo.
“Udah
selesai kok om”, jawabnya. Om Bimo duduk di meja makan. Dilla mengambilkan teh
buat Om Bimo dan kemudian masuk ke kamarnya. Tak lama kemudian Dilla keluar
hanya mengenakan daster tipis berbahan licin, mempertontonkan tonjolan susu yang membusung. Dilla tidak
mengenakan bra, sehingga kedua pentilnya tampak jelas sekali tercetak di
dasternya. Dilla beranjak dari duduknya dan mengambil toples berisi kue dari
lemari makan. Pada posisi membelakangi, Om Bimo menatap tubuhnya dari belakang
yang sangat merangsang.
Ketika Om Bimo dan Dilla ngobrol ngalor ngidul soal macem-macem. Mata Om Bimo tak lepas
dari wajah Dilla yang cantik dan tubuh Dilla yang montok. Dilla tidak menyadari bahwa belahan
daster di dadanya mempertontonkan susunya yang montok. kontol Om Bimo pun
menegang. Akhirnya pembicaraan menyerempet soal sex.
“Dill, kamu
gak puas ya sama suami kamu”, kata Om Bimo to the point.
Dilla
tertunduk malu, mukanya semu kemerahan. “Kok om tau sih”, jawabnya lirih.
“Om kan
pernah denger kamu melenguh awalnya, cuma akhirnya mengeluh. Suami kamu cepet mainnya ya”, kata Om Bimo lagi.
“Iya om, si
mas cepet banget keluarnya. Dilla baru mulai ngerasa enak, dia udah keluar.
Kesel deh jadinya, kaya Dilla cuma jadi pemuas napsunya aja”, Dilla mulai
curhat. Om Bimo hanya mendengarkan curhatannya saja.
“Om, mandi
dulu deh, udah waktunya makan. Dilla nyiapin makan dulu ya”, kata
Dilla mengakhiri
pembicaraan seru.
“Kirain Dilla
nawarin mau mandiin”, goda Om Bimo.
“Ih si om,
genit”, jawabnya tersipu.
“Kalo Dilla
mau, om gak keberatan lo”, jawab Om Bimo lagi.
Dilla tidak
menjawab hanya berlalu ke dapur, menyiapkan makan. Sementara itu Om Bimo masuk
kamar dan mandi. Selesai mandi, Om Bimo hanya memakai celana pendek dan kaos,
sengaja Om Bimo tidak memakai CD. Om Bimo berencana ngentotin Dilla malem ini. Apalagi
suaminya sedang tugas keluar kota untuk beberapa hari. kontol Om Bimo masih
ngaceng berat sehingga kelihatan jelas tercetak di celana pendeknya. Dilla diam saja melihat ngacengnya
kontol Om Bimo dari luar celana pendek Om Bimo. Ketika makan malem, mereka ngobrol soal yang lain, Dilla
berusaha tidak mengarahkan pembicaraan kearah yang tadi.
Selesai makan, Dilla membereskan piring dan
gelas. Sekembalinya dari dapur, Dilla terpeleset sehingga terjatuh. Rupanya ada
air yang tumpah ketika Dilla membawa peralatan makan ke dapur. Betis kanan Dilla
membentur rak kayu. “Aduh”, Dilla mengerang kesakitan. Om Bimo segera
menolongnya. Punggung dan pinggulnya diraih Om Bimo. Om Bimo membopong Dilla kekamarnya. Lalu
diletakkan Dilla di
ranjang. Tercium bau harum sabun mandi memancar dari tubuhnya. Belahan daster
terbuka lebih lebar sehingga Om Bimo dapat dengan leluasa melihat kemontokan dadanya. Nafsu Om Bimo pun naik. kontol Om
Bimo semakin tegang. ketika Om Bimo menarik tangan dari pinggulnya, tangan Om
Bimo tanpa sengaja mengusap paha Dilla yang tersingkap. Dilla berusaha meraih betisnya yang
terbentur rak tadi. Om Bimo melihat bekas benturan tadi membuat sedikit memar di betis nya.
Om Bimo pun berusaha membantunya. Om Bimo meraih betis tersebut seraya meraba dan mengurut bagian betis yang memar tersebut.
“Pelan om,
sakit”, erangnya lagi. Lama-lama suaranya hilang. Sambil terus memijit betis Dilla,
Om Bimo memandang wajahnya. Matanya sekarang terpejam. Nafasnya jadi teratur. Mungkin
Dilla sudah terangsang
dari pijitan di betis. Om
Bimo memberanikan diri mencium bibir Dilla.
“Om, … apa-apaan ini…”, katanya lirih.
Om Bimo terkejut
dan segera menghentikan aksinya.
“Dill, om mau
ngasih kenikmatan sama kamu, mau enggak”, kata Om Bimo perlahan sambil mencium dada nya yang montok. Dilla diam saja,
matanya terpejam. Hidung Om Bimo mengendus-endus kedua buah dada yang berbau harum sambil sesekali
mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahnya. Pentil susu kanan Dilla dilahap Om Bimo. Badan
Dilla sedikit tersentak
ketika pentil itu digencet perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atas Om
Bimo.
“Om…”,
rintihnya, rupanya tindakan Om Bimo membangkitkan napsu Dilla. Karena sangat ingin merasakan
kenikmatan bersetubuh, Dilla diam saja membiarkan Om Bimo menjelajahi tubuhnya. Om
Bimo menyedot-sedot pentil susunya secara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak diperkuat sedotan Om Bimo. Mimik wajah Dilla
tampak sedikit berubah, seolah menahan suatu kenikmatan. Sambil terus
menggumuli buah dada Dilla dengan bibir,, dan lidahnya, Om Bimo mulai menggesek-gesekkan kontolnya di paha dalamnya yang halus dan mulus. Om Bimo menikmati dan
merangsang tubuh
Dilla dari kedua belah
gumpalan dada Dilla, perlahan-lahan bergerak ke arah bawah. Dengan nafsu yang menggelora Om
Bimo memeluk pinggulnya secara perlahan-lahan. Kecupan Om Bimo pun berpindah ke
CD tipis yang membungkus pinggulnya tersebut. Om Bimo menjilat CD pink itu di bagian belahan
bibir memeknya. Dilla makin terengah menahan napsunya, sesekali terdengar
lenguhannya menahan kenikmatan yang dirasakannya. Om Bimo melepas
CD pembungkus memek Dilla, lalu dia bangkit. Om Bimo dan Dilla sudah
sama-sama telanjang bulat tanpa sehelai benangpun.
Om Bimo pun
mengambil posisi menindih tubuh Dilla, Om Bimo menggesek-gesekkan kepala kontol ke
sekeliling bibir memeknya. Dilla merasakan geli dan nikmat. kepala kontol digerakkan agak ke arah lobang. Dan Om Bimo
menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut lobang memek Dilla menjadi basah. Perlahan-lahan kontol Om Bimo terus
memasuki lobang memek. Kini seluruh kepala kontol Om Bimo yang berhelm pink
tebenam dalam jepitan mulut memek Dilla. Jepitan mulut memek itu terasa hangat
dan enak sekali. Kembali dari mulut Dilla keluar desisan kecil tanda nikmat tak
terperi. kontol Om Bimo semakin tegang. Sementara dinding mulut memek Dilla
terasa semakin basah. Perlahan-lahan kontol Om Bimo ditusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal
separuh batang yang tersisa di luar. Secara perlahan Om Bimo masukkan lagi
kontolnya ke dalam memek. Terbenam sudah
seluruh batang kontol Om Bimo di dalam memek Dilla. Sekujur batang kontol
sekarang dijepit oleh memek Dilla dengan sangat enaknya. secara perlahan-lahan digerakkan keluar-masuk kontol Om Bimo
ke dalam memek Dilla.
Om Bimo terus
memasuk-keluarkan kontolnya ke lobang memek Dilla. Alis mata Dilla terangkat naik setiap kali kontol Om Bimo menusuk masuk memeknya secara
perlahan. Bibir segarnya yang sensual sedikit terbuka, sedang giginya terkatup
rapat. Dari mulut sexy itu keluar desis kenikmatan, “Sssh…sssh… hhh… hhh… ssh…
sssh… Om Bimo terus ….”
Enam menit
sudah hal itu berlangsung. Om Bimo mempercepat gerakan keluar-masuk kontolnya pada memek Dilla. Om Bimo mendesis-desis, “Dill… memekmu
luar biasa… nikmatnya…” Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung
sampai sekitar empat menit. rasa gatal-gatal enak mulai menjalar di sekujur
kontol Om Bimo. Berarti beberapa saat lagi Om Bimo akan ngecret. Om Bimo mencopot kontolnya dari memek Dilla. Segera Om Bimo
mencapai puncaknya. Om Bimo tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul
pertahanannya. “Dilla…!” pekik Om Bimo dengan tidak tertahankan. Mata Om Bimo membeliak-beliak saat
menyemburkan pejuh. Crot! Crot! Crot! Crot! Pejuh Om Bimo menyemprot dengan derasnya. Sampai empat kali. Kuat
sekali semprotannya, sampai menghantam rahang Dilla. Peju tersebut berwarna
putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang peju mengalir turun ke arah
leher Dilla. Peju yang tersisa di dalam kontol Om Bimo pun menyusul keluar
dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini semprotannya lemah. Semprotan
awal hanya sampai pangkal lehernya, sedang yang terakhir hanya jatuh di atas
belahan buah dada Dilla. Om Bimo menikmati akhir-akhir kenikmatan.
“Luar biasa…
Dilla, nikmat
sekali tubuhmu…,” Om Bimo bergumam.
“Kok gak
dikeluarin di dalem aja om”, kata Dilla lirih.
“Gak apa
kalo om ngecret didalem Dilla ?”, Tanya Om Bimo.
“Gak apa om,
Dilla pengen ngerasain kesemprot peju anget. Tapi Dilla ngerasa nikmat sekali
om, belum pernah Dilla ngerasain kenikmatan seperti ini”, katanya lagi.
“Ini baru
ronde pertama Dilla, mau lagi kan ronde kedua”, kata Om Bimo.
“Mau om,
tapi ngecretnya didalem ya”, jawabnya.
“Kok tadi
kamu diem aja Dilla”, kata Om Bimo lagi.
“Bingung om,
tapi nikmat”, jawabnya sambil tersenyum. “Engh…” Dilla menggeliatkan badannya. Om
Bimo segera mengelap kontol dengan tissue yang ada di atas meja, dan memakai
celana pendek. Om Bimo mengambil beberapa lembar tissue untuk mengelap pejuh Om Bimo yang berleleran di rahang,
leher, dan buah dada Dilla. Ada yang tidak dapat dilap, yakni cairan pejuh Om Bimo yang sudah terlajur jatuh di
rambut kepalanya.
“Mau kemana om, katanya
masih ronde pertama….”,
tanyanya.
“Mau ambil minum dulu”, jawab Om Bimo.
“Kok
celananya dipake, katanya mau ronde kedua”, katanya. Rupanya Dilla sudah pengen
Om Bimo menggelutinya sekali lagi. Om Bimo kembali membawa gelas berisi air
putih, Dilla yang langsung menenggaknya sampe habis. Om Bimo keluar lagi untuk
mengisi gelas dengan air dan kembali lagi ke kekamar. Masih tidak puas Om Bimo memandangi
toket indah yang terhampar di depan mata Om Bimo tersebut. Mata Om Bimo memandang ke arah pinggangnya
yang ramping dan pinggulnya yang melebar indah. Terus tatapan Om Bimo jatuh ke
memeknya yang dikelilingi oleh bulu jembut hitam yang lebat.
“Betapa enaknya ngentotin Dilla. Aku ingin mengulangi permainan tadi, menggeluti dan mendekap kuat
tubuhnya. Mengocok memeknya dengan kontolku dengan irama yang menghentak-hentak
kuat. Dan Aku dapat
menyemprotkan pejuku di dalam memeknya” pikir Om Bimo dengan nafsunya yang terbakar.
“Dilla…,”
desah Om Bimo penuh nafsu. Bibir Om Bimo pun menggeluti bibir
Dilla. Bibir sensual yang
menantang itu dilumat-lumat oleh Om Bimo dengan ganasnya. Sementara Dilla pun tidak mau kalah.
Bibirnya pun menyerang bibir Om Bimo dengan dahsyatnya, seakan tidak mau
kedahuluan oleh lumatan bibir Om Bimo. Kedua tangan Om Bimo pun menyusup
diantara lengan tangannya. Tubuh Dilla sekarang berada dalam dekapan Om Bimo. Om Bimo mempererat
dekapannya, sementara Dilla pun mempererat pelukannya pada tubuh Om Bimo. Kehangatan tubuh
Dilla terasa merembes ke
badan Om Bimo, dadanya yang membusung semakin menekan dada Om Bimo. Jari-jari
tangan Dilla mulai meremas-remas kulit punggung Om Bimo. Dilla mencopot celana Om
Bimo. Dilla pun
merangkul punggung Om Bimo lagi. Om Bimo kembali mendekap
erat tubuh Dilla sambil melumat kembali bibirnya. Om Bimo terus mendekap tubuh
Dilla sambil saling
melumat bibir. Lalu bibir Om Bimo bergerak ke arah leher Dilla. diciumi, dihisap-hisap dengan mulut
Om Bimo, dan dijilati dengan lidah. “Ah… geli…
geli…,” desah Dilla sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai
dagunya terbuka dengan luasnya. Dilla pun membusungkan dadanya dan melenturkan
pinggangnya ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajah Om Bimo dalam
keadaan menggeluti lehernya, tubuh mereka dari dada hingga bawah perut tetap
dapat menyatu dengan rapatnya. Dan tak ketinggalan pula batang panis Om Bimo sudah
menancap penuh di lubang kenikmatan Dilla, sementara kedua tangan Om Bimo meremas-remas kedua
belah susunya.
“Ah… ah… om…
ah…,” Dilla
mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Om Bimo memperkuat
sedotannya. Sementara tangan Om
Bimo meremas kuat susu Dilla sebelah kanan. Dan
kontolnya keluar masuk memek Dilla. “Om… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu… ngilu…” Om Bimo semakin
ganas.
“Om.. Batang kontolnya besar ya”, ucapnya.
Dilla pun
menggelinjang ke kiri-kanan. “Ah… om… ngilu… terus om… terus… ah… geli…
geli…terus… hhh… enak… enaknya… enak…,” Dilla merintih-rintih sambil terus
berusaha mengimbangi gerakan kontol keluar masuk.
“Dilla… enak
sekali Dilla… sssh… luar biasa… enak sekali…,” Om Bimo pun mendesis-desis
keenakan.
“Om keenakan
ya? Batang kontol om terasa besar dan keras sekali di dalam tubuh Dilla. Wow… kontol om terasa hangat om. tangan om nakal sekali ……,” rintih Dilla.
“Jangan
mainkan hanya pentilnya saja… geli… remas seluruhnya saja…” Dilla semakin
menggelinjang-gelinjang dalam dekapan erat Om Bimo. Dia sudah makin liar saja
desahannya, rupanya Dilla sangat menikmati gelutannya, lupa bahwa Om Bimo ini om dari
suaminya.
“om.. enak sekali… om ….nakal sekali… Sssh… sssh… aku… mau… nyampe …. aaahhhh… kontol om … besar sekali… ooommm hhhaaagggrrrhhh…” Dilla menarik wajah Om Bimo
mendekat ke wajahnya. bibir Dilla melumat bibir Om Bimo dengan ganasnya. Om Bimo pun tidak mau kalah. Om Bimo melumat bibirDilla dengan penuh nafsu yang menggelora,
sementara Om Bimo membiarkan kontolnya terpendam dinikmati Dilla
yang mencapai klimaks orgasmenya.
Setelah beberapa menit kemudian kontol Om Bimo bergerak
naik turun di liang memeknya.
diputar-putar,
dikocok-kocok
kontol Om Bimo di memek Dilla.
Dilla mulai on kembali. “Om kontolnya besar dan keras sekali” katanya
“Bagaimana Dill, sakit?” tanya Om Bimo.
“Sssh… enak
sekali… enak sekali… kontol om besar dan panjang sekali… sampai-sampai
menyumpal penuh seluruh penjuru lobang memek Dilla..,” jawabnya. Om Bimo terus
memompa memek Dilla dengan kontolnya perlahan-lahan. toketnya yang menempel di dada Om
Bimo ikut terpilin-pilin oleh dada Om Bimo akibat gerakan memompa tadi. Kedua
pentil susu Dilla yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dada Om Bimo.
kontol Om Bimo serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot memeknya
sejalan dengan genjotan Om Bimo tersebut. Terasa hangat dan enak
sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kontol Om Bimo
menyentuh suatu daging hangat di dalam memek Dilla. Dilla merasakan kepala kontol
Om Bimo menuju rahim Dilla, sangat nikmat, tubuh Dilla terasa melayang-layang.
Geli-geli nikmat. Om Bimo mengambil kedua kaki Dilla dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kontol Om Bimo
tidak tercabut dari lobang memek Dilla, Om Bimo mengambil posisi agak jongkok.
Betis kanan Dilla ditumpangkan di atas bahu Om Bimo, sementara betis kirinya didekatkan
ke wajah Om Bimo. Sambil terus mengocok memek Dilla perlahan dengan kontol, Om Bimo menciumi
betis kiri Dilla yang amat indah itu dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis
kiri, ganti betis kanannya yang diciumi dan digeluti. Begitu hal tersebut dilakukan
beberapa kali secara bergantian, sambil kontol Om Bimo maju-mundur perlahan di memek Dilla.
Setelah puas dengan cara tersebut, tangan Om Bimo u meremas-remas toket montok Dilla.
Kedua gumpalan daging kenyal itu diremas kuat-kuat secara berirama. Kedua
pentil Dilla dipermainkan oleh tangan Om Bimo. Dilla pun merintih-rintih keenakan.
Matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan
ke atas dan ke bawah.
“Ah… om,
geli… geli… … Ngilu om, ngilu… Sssh… sssh… terus om, terus…. kontol om membuat memek
Dilla merasa enak sekali… Nanti jangan dingecretinkan di luar memek, ya om.
Ngecret di dalam saja… ” Om Bimo mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontolnya
di memek Dilla.
“Ah-ah-ah…
bener, om. Bener… yang cepat… Terus om, terus… ” Om Bimo bagaikan diberi spirit
oleh rintihan-rintihan Dilla. Tenaga Om Bimo menjadi berlipat ganda. Meningkatlah
kecepatan keluar-masuk kontol Om Bimo di memek Dilla. Terus dan terus.
Seluruh bagian kontol Om Bimo serasa diremas-remas dengan cepatnya oleh memek Dilla.
Mata Dilla menjadi merem-melek. Begitu juga Om Bimo pun merem-melek dan
mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.
“Sssh… sssh… Dilla… enak sekali… enak sekali memekmu…
enak sekali memekmu…”
“Ya om, Dilla
juga merasa enak sekali… terusss… terus om, terusss…” Om Bimo meningkatkan lagi
kecepatan keluar-masuk kontolnya pada memeknya.
“Omm… sssh…
sssh… Terus… terus… Dilla hampir nyampe… sedikit lagi… sama-sama ya om…,” Dilla
jadi mengoceh tanpa kendali. Om Bimo mengayuh terus. Om Bimo belum merasa mau
ngecret. Namun Om Bimo harus membuatnya nyampe duluan. Memek Dilla berdenyut
dengan hebatnya meremas-remas kontol Om Bimo.
“Om…
Ah-ah-ah-ah-ah… Mau nyampe om… mau nyampe..ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…”
Tiba-tiba bibir dan otot memek Dilla menjepit kontol Om Bimo
dengan sangat kuatnya. Di dalam memek, kontol Om Bimo disemprot oleh cairan yang keluar
dari memek Dilla dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Dilla meremas lengan
tangan Om Bimo dengan sangat kuatnya. Dilla pun berteriak tanpa kendali: “Aaaarrrrrgggghhh…keluarrr…!”
Mata Dilla membeliak-beliak. Sekejap tubuh Dilla mengejang. Om Bimo pun
menghentikan genjotannya, kontolnya yang tegang luar biasa dibiarkan tertanam
dalam memek Dilla. Om Bimo memberikan kesempatan Dilla untuk menikmati kerasnya kontol saat orgasme.
Dilla merasa sensasi yang sangat luar biasa. Mata Dilla memejam beberapa saat
dalam menikmati puncaknya. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan
tangan Dilla pada lengan Om Bimo perlahan-lahan mengendur. Kelopak
matanya pun membuka, memandangi wajah Om Bimo. Sementara jepitan dinding memeknya
pada kontolnya berangsur-angsur melemah, walaupun kontol Om Bimo
masih tegang dan keras.
Kedua kaki Dilla
lalu diletakkan kembali di atas ranjang dengan posisi agak membuka. Om Bimo kembali
menindih tubuh telanjang Dilla dengan mempertahankan agar kontolnya masih
tertanam di dalam memeknya tidak tercabut.
“Om… luar
biasa… rasanya seperti ke langit ke tujuh,” kata Dilla dengan mimik wajah penuh
kepuasan. kontol Om Bimo masih tegang di dalam memeknya. Om
Bimo kembali mendekap tubuh Dilla. kontol Om Bimo mulai bergerak keluar-masuk lagi di memek
Dilla, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding memek Dilla secara
berangsur-angsur terasa mulai meremas-remas kontol Om Bimo.
Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kontol Om Bimo
lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang
disemprotkan oleh memek Dilla beberapa saat yang lalu.
”Ahhh… om…
langsung mulai lagi… Sekarang giliran om.. semprotkan peju om di memek Dilla..
Sssh…,” Dilla mulai mendesis-desis lagi. Bibir Om Bimo mulai memagut bibir Dilla dan
melumat-lumatnya dengan gemasnya, sementara kontol Om Bimo semakin cepat keluar masuk memek
Dilla.
Pengaruh
adanya cairan di dalam memek Dilla, keluar-masuknya kontol pun diiringi oleh
suara, “srrot-srret srrrot-srrret srrot-srret…”
“Sssh… sssh…
sssh… enak om, enak… Terus… teruss… terusss…,” desis Dilla. Sambil kembali
bibir Dilla dan bibir Om Bimo saling melumat dengan kuatnya. Dilla tidak henti-hentinya
merintih kenikmatan,
“Om… ah… ” desis
Dilla, membuat kontol Om Bimo semakin tegang. Kedua tangan Om Bimo
kini menyusup dari ketiak Dilla ke bawah dan memeluk punggungnya. Tangan Dilla
pun memeluk punggung Om Bimo dan mengusap-usapnya. Om Bimo pun
memulai serangan dahsyatnya. Keluar-masuknya kontol Om Bimo
ke dalam memek Dilla sekarang berlangsung dengan cepat dan bertenaga. Setiap
kali masuk, kontol dihunjamkan keras-keras agar menusuk memek Dilla
sedalam-dalamnya. kontol Om Bimo bagai diremas dan dihentakkan
kuat-kuat oleh dinding memek Dilla. Sampai di ruang terdalam, mata Dilla
membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, “Akh!” Sementara daging
pangkal paha Om Bimo bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi:
plak!
Dilla
mendesah, “Hhh…” Om Bimo terus menggenjot memek Dilla
“Plak! Plak!
Plak! Plak!” bunyi antara paha Om Bimo dan paha Dilla
“srottt-srrrt…
srottt-srrrt… srottt-srrrt…” bunyi pergeseran antara kontol dan memek
Kedua nada
tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil Dilla:
“Ak! Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…”
“Dill… Enak
sekali Dill… memekmu enak sekali… memekmu hangat sekali… jepitan memekmu enak
sekali…”
“Om… terus
om…,” rintih Dilla, “enak om… enaaak… Ak! Hhh…”
Om Bimo pun
mengocokkan kontolnya ke memek Dilla dengan semakin cepat dan kerasnya, menusuk
lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi, dan ....
“Dilla… aku…
arghhh…arrrgghhh .... ahhh.... ahhh...” Karena menahan rasa nikmat dan gatal
yang luar biasa Om Bimo tidak mampu menyelesaikan ucapannya. Dilla pun ......
“Om, ...Dilla…
mau nyampe lagi… Ak-ak-ak… aku nyam…”
“Pruttt! Pruttt! Pruttt!” Kepala kontol Om Bimo
terasa disemprot cairan memek Dilla.
“…nyampee…!” Tubuh Dilla mengejang dengan mata
membeliak-beliak.
“Dilla…!”
“Om ....!”
Peju Om Bimo
bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding memek Dilla yang terdalam. kontol Om Bimo
yang terbenam semua di dalam memek Dilla terasa berdenyut-denyut. Beberapa saat
lamanya Om Bimo dan Dilla terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali. Om Bimo
menghabiskan sisa-sisa peju dalam kontolnya. Cret! Cret! Cret! kontolnya
menyemprotkan lagi peju yang masih tersisa ke dalam memek Dilla. Kali ini
semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan baik tubuh Dilla maupun tubuh Om Bimo
tidak mengejang lagi. Om Bimo menciumi leher mulus Dilla dengan lembutnya,
sementara tangan Dilla mengusap-usap punggung Om Bimo dan mengelus-elus rambut kepala Om Bimo.
Om Bimo dan
Dilla merasa puas sekali bermain api perselingkuhan. Dan kegiatan serupa bukan
hanya dilakukan hari itu juga, melainkan berlanjut pada hari-hari berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar