Senin, 17 Oktober 2011

Suami-suami


Tokoh Utama :
  1. Pujo (42 tahun)
  2. Rina (38 tahun)
  3. Duta (38 tahun)

Tokoh Figuran :
  • Anak-anak Pujo-Rina (17 tahun, 15 tahun), anak-anak Duta (7 tahun, 4 tahun)


Pujo (samaran 42 tahun) adalah teman Rina sejak SMA yang kini menjadi  suaminya. Kini setelah anak-anak mereka sudah remaja suasana rumah keluarga itu rasanya tambah sepi apalagi Rina tinggal berdua dengan suaminya  saja, anak-anak sudah kuliah di lain kota. Pujo adalah pria yang  baik dan sukses sebagai karyawan PMA, meskipun jabatan tidak terlalu  tinggi tapi mereka hidup berkecukupan. Rina sendiri cukup waktu dan uang  untuk merawat diri, sehingga meskipun Rina tidak cantik namun orang bilang Rina itu luwes tidak mboseni kalau dipandang, Rina memang tidak cantik tapi ”ayu” apalagi kalau lagi orgasme, Ukuran tubuh Rina, tinggi 160 cm dengan berat 56 kg agak gemuk tapi dadanya montok sekali dengan puting yang merekah. Pujo senang olah raga tenis dan golf, ukuran badan Pujo tidak terlalu tinggi 165 cm tapi cukup atletis dengan berat badan 63 kg. Urusan diranjang sebenarnya Rina cukup bahagia karena Pujo orangnya telaten dan sabar dia selalu memberikan kesempatan dulu pada Rina untuk orgasme seteleh itu baru dia melakukan penetrasi sampai Rina orgasme yang kedua.

Karena rasa kesepian itu akhirnya Rina usul untuk menerima kost toh kamar anak-anal 2 kamar tidak ada yang nempati. Akhirnya suaminya sepakat dia yang cari dan kebetulan ada teman kenalannya seorang pengusaha yang biasa mondar-mandir Jakarta ke Semarang karena ada anak perusahaannya di kota Semarang. Pertimbangannya dari pada ke hotel boros karena kadang harus sampai dua minggu. Namanya Duta (samaran) keturunan arab dengan cina orangnya tinggi (176 cm 76 kg) besar dengan kulit putih tapi wajah arab kayak Omar Syarif dengan bulu diseluruh tubuhnya, orangnya sangat santun. Mereka cepat akrab bahkan seperti keluarga sendiri karena makan malam mereka selalu bersama bahkan pada waktu lapor Pak RT Rina dan Pujo mengaku sebagai saudara. Rina dan Pujo memanggilnya Dik karena umurnya baru 38 tahun.
Bahkan jika Rina dan Pujo pergi berlibur ke Tawangmangu atau Bandungan dan pas Duta ada di Semarang, ia mereka ajak. Begitu akrabnya mereka sehingga tak jarang Duta juga membantu kalau ada kerepotan di rumah sehingga lingkungan taunya memang Duta adik Rina. Untuk sehari-hari setelah berjalan 3 bulan mereka makin akrab saja bahkan Pujo suami Rina suatu hari, ketika mereka ngobrol habis makan malam.
“Ajaklah Isterimu jalan-jalan kemari Dik Duta,” celetuk suami Rina,
“Biar dia kenal mbakyumu” lanjutnya, Duta hanya diam dan menghela napas panjang.
“Ada apa.. Ada yang salah?” lanjut Pujo melihat gelagat yang kurang enak.
“E.. Anu Mas Aku sebenarnya duda isteriku meninggal 3 tahun yang lalu dirumah cuma ada anak-anak dengan pembantu saja” jawabnya dengan mata berkaca-kaca.
Suatu ketika pada saat liburan sekolah anak-anak Duta diajak ke Semarang anaknya 2 orang masih 7 tahun dan 4 tahun. Sejak itu keakraban mereka tambah dekat bahkan Pujo sering membisiki Rina kalau keturunan arab biasanya barangnya besar dan panjang. Rina pun merasa Duta makin memperhatikan nya, pernah Rina dibawakan hadiah liontin permata yang cantik. Bahkan sehari-hari mereka makin terbuka misalnya ditengah guyonan, kadang kadang Duta seolah mau memeluk Rina dan bahkan sembunyi-sembunyi berani menciumi pipi Rina kalau mau pamit pulang Jakarta.
Demikian pula sebaliknya Pujo seolah membiarkan Duta dan Rina bercengkarama kadang kadang bahkan ngompori,
“Ooo mabkyumu itu biar STW tapi malah tambah punel (maksudnya memeknya) lho Dik Duta” kalau sudah begitu Rina yang merah padam, tapi untungnya hanya mereka bertiga.
Seperti kebiasan mereka, pada hari libur Sabtu Minggu kami bertiga week end di kebun milik mereka di Tawangmangu. Walaupun tidak terlalu luas namun kebun ini cukupanlah untuk hiburan dan cukup nyaman untuk beristirahat. Entah apa sebabnya Mas Pujo hari itu dengan manja tiduran berbantal paha istrinya di depan Duta setelah selesai makan malam sambil menonton TV dan ngobrol kesana kemari diruang keluarga. Mas Pujo sangat atraktif mempertontonkan kemesraannya di depan di Duta. Rina sebenarnya agak kikuk tapi karena sudah seperti adik sendiri Rina bisa mengatasi perasaannya, lagian Duta sudah sering melihat kemesraan kami sehari-hari dirumah. Duta pura-pura acuh saja melihat tingkah laku Mas Pujo terhadap istrinya. Malah akhirnya Duta mengambil inisiatif mengambil kasur dari kamar tidur untuk dihamparkan ke lantai.
Akhirnya merekapun menonton TV sambil tiduran, Rina dan Duta bersandar didinding berjajar cuma berjarak setengah meter, sedang Mas Pujo tiduran di paha istrinya. Acara yang ditayangkan kebetulan agak menyerempet-nyerempet hubungan suami isteri. Duta tidak bisa konsentrasi, ia lebih sering mencuri pandang ke arah dada Rina yang saat itu hanya terbungkus daster, Rina pura-pura nggak tahu. Duta yang sudah lama menduda tidak  lagi merasakan kemesaraan wanita, sedikit demi sedikit celananya rak bisa menyembunyikan batang kemaluannya yang sudah setengah ereksi.
Tiba-tiba Mas Pujo memeluk paha istrinya sambil mengusap usap tonjolan payudara dari luar baju daster yang Rina kenakan, Rina bingung.
“Mas malu ah masa ada Dik Duta,” protes Rina sambil melemparkan tangannya kasar.
“Ah nggak apa apa, wong Dik Duta juga pernah merasakan koq.” sahut Mas Pujo sambil senyum penuh arti ke Duta.
Duta tersenyum kecut Rina melengos sebel tapi rabaan Mas Pujo membuat Rina on apalagi udara dingin Tawangmangu yang menusuk tulang. Sementara Mas Pujo malah nekat dan kepalanya yang menindih paha istrinya digeser ke arah selangkangan Rina, sehingga tak terhindarkan baju dasternya yang memang pendek makin tersingkap sehingga Duta makin leluasa melahap paha Rina yang terbuka lebar..
“Mbak.. Aku.. Jadi ingin nih..” Duta bicara pada Rina.
“Gila” batin Rina berkata. Rina benar-benar kaya kepiting rebus mendengar kata-kata Duta hampir saja Rina menampar. Tapi Mas Pujo malah menimpali,

“Nggak pa-pa, ya Mam? Kasihan khan Dik Duta sudah lama lho nggak merasakan” sahutnya.
“Pap!! apa-apaan sih ini” sahut Rina nggak kalah seru.
“Papa boleh kok mam, papa iklas, please, ..!” pintanya sambil mengedip ke Duta.
Rupanya Duta tanggap langsung saja dia miringkan badannya, karena jaraknya cuma sejengkal maka langsung direngkuhnya belakang kepala Rina dan diciumnya mulut Rina dengan paksa. Rina ingin menolak tapi Mas Pujo memegang tangan Rina dan meraba tengah CD-nya. Rina terombang-ambing antara nafsu dan nilai yang ada dalam dirinya tapi Rina makin terangsang, tanpa sadar Rina malah memiringkan tubuhnya menghadap Duta sehingga Rina bisa berhadapan, melihat reaksi Rina tanpa segan Duta menyelusupkan tangannya dibalik dasternya untuk meremas remas buah dada Rina, sementara Mas Pujo tangannya sudah masuk CD untuk mengelus elus klitoris Rina yang menjadi titik kelemahannya.
Mendapat seranngan dua orang sekaligus sensasi Rina melambung tinggi ada kenikmatan yang tiada tara. Rina mencoba memberanikan diri meraba perut Duta dan turun kebawah pusar, ada rasa penasaran ingin tahu ukuran barangnya.
“WAU.. luar biasa rupannya sudah berdiri keras dan tidak pakai CD lagi tanganku tak bisa memegang semuanya, genggamanku penuh itupun baru separonya.” Kata Rina dalam hati. Ketika itu Mas Pujo melepaskan seluruh pakaiannya dan mencopoti daster istrinya, Duta melepaskan pakainnya juga dan menggeser posisinya merapat ke arah Rina dari sebelah kiri, Rina  dan Duta berhadapan, sedangkan Mas Pujo memiringkan tubuhnya yang bugil sebelah kanan (belakang Rina), sehingga dengan sendirinya kontol Mas Pujo yang sudah kencang menempel bokong Rina dan kontol Duta yang luar biasa panjang dan besar menempel paha Rina karena Duta tak mau melepaskan pelukannya pada tubuh Rina jadi Mas Pujo hanya merogoh memek Rina dari belakang.
Duta menciumi bibir Rina sambil mengelus payudara penuh nafsu, Duta dengan gairah penuh, san Rinapun ikut terhanyut. Rina tak sempat berfikir macam macam, nafsu Rina telah mendominasi pikirannya, Rina menikmati apa yang dilakukan Duta padanya tanpa menghiraukan Mas Pujo yang meremas-remas bokongnya, dan mengelus vaginanya yang sudah basah. Rina mendesis desis tak karuan karena keenakan dengan tangan kanannya Duta mendekap punggung Rina erat erat, sedangkan tangan kirinya mulai menyibak vagina rupanya dia sudah nggak tahan ingin memasukkan kontolnya ke memek Rina.
Dituntunnya penisnya ke arah lubang vagina, dan dalam tempo singkat Rina sudah melayang kelangit ke tujuh menikmati kontol Duta yang panjang besar ada meskipun rasa perih dan penuh menyesak di vaginanya namun kenikmatan yang dirasakannya mampu membuat Rina melupakan rasa perih memeknya. Otomatis jepitan lobang kemaluan Rina makin menjadi dan denyutan-denyutan memeknya yang selama ini dipuja oleh Mas Pujo dirasakan oleh Duta.
“Oh Mbak memekmu luar biasa, benar-benar punel Mbak” bisik Duta sambil mulai memompa batang kemaluannya secara ritmis.
Sementara Rina mengimbangi mengocoknya perlahan lahan, Duta mendesis desis keenakan, kini wajah Duta menghadap ke arah Rina dengan matanya yang terpejam.
“Sungguh tampan sekali apalagi desisanya .... ohhhh...” membuat Rina benar-benar melayang. Gesekan bulu dada di ujung puting Rina membuatnya seperti kesetrum listrik ribuan watt. Setelah hampir sepuluh menit Duta memompa memeknya, Rina mulai kesetanan mau meledak tapi Duta mulai mengendurkan pelukannya.
“Ganti posisi yuk Mbak, nggak adil kan masa yang punya (Mas Pujo maksudnya) nggak kebagian” bisik Duta pada Rina.
Duta melepaskan kontolnya dari memeknya, Rina pelan-pelan merasa ada yang hilang dari selanggkangannya, Duta berdiri sambil membimbing tubuh Rina, Mas Pujo masih berada di belakang Rina sambil meremasi pantat istrinya. Rina menoleh memandang suaminya penasaran ingin tahu reaksinya, tapi ternyata Mas Pujo terlihat begitu bahagia bahkan dia tersenyum.
“Kita main bersamaan ya Mas?” ajak Duta pada suami Rina.
Duta mengambil posisi duduk bersandar di sofa dengan paha mengangkang, tampak kontolnya yang besar panjang dan kokoh dengan topi baja yang mengkilat karena cairan memek berdiri seperti prajurit siap serbu, kemudian ia menyuruh Rina mengangkang diatasnya dengan menumpangkan paha Rina pada pahanya sambil membelakanginya. Perlahan-lahan bokong Rina diturunkan dan Duta membibing kontolnya untuk memasuki memeknya, “bles, ahh.. Rasanya tambah nikmat dan sudah nggak perih lagi.” Kata Rina dalam hati. Dengan posisi begitu maka dari depan mencuatlah klitoris Rina yang sudah keras dan kencang, perlahan-lahan Rina mulai memompa dengan menaik turunkan bokongnya, melihat pemandangan seperti itu Mas Pujo langsung duduk jongkok di depan Rina.
“oooh.....” desah Rina. Pujo menjilati klitoris yang terbiar menantang.
“Oh.. Luar biasa sensasi yang timbul seluruh tubuhku bergetar kurasakan memekku makin berdenyut keras”, kata hati yang tak terdengar. Rina meraih kepala Mas Pujo dirapatkan ke selangkangannya sementara Duta terus menyodok memek Rina dari bawah.
“Ahh....” Rina mau meledak.. “Mas.. Aku mau meladak..!!”
Duta menggeram karena kontolnya dicengkeram dengan denyutan memek Rina yang makin kuat,. Dan dengan sambil meremas-remas payudara Rina merasakan kontol Duta dalam memeknya berdenyut keras..
“Ahh Mbak aku mau keluar.. “ Ditariknya puting Rina sambil menyodok memek Rina dari bawah kuat-kuat sementara Mas Pujo melumat klitoris istrinya. Rina benar-benar tidak bisa menggambarkan kenikmatan yang didapat ketika kontol Duta menyemburkan spermanya ke dalam memeknya bersamaan orgasmenya dan hisapan-hisapan pada klitorisnya.
Belum selesai sensasiyang diterima Rina, Mas Pujo menariknya dan memintanya nungging ini kebiasaan Mas Pujo dia mau memompa Rina kalau istrinya sudah orgasme menurutnya enak sekali kedutan-kedutan memek Rina kalau orgasme. Rina mengambil posisi nungging dengan bertumpu pada kedua paha Duta, pas kontolnya yang berlendir-lendir di mukanya, langsung saja Rina melahap membersihkan sementara Mas Pujo mulai memasukkan kontolnya yang meskipun tidak panjang tapi kepalanya sangat lebar sehingga seperti klep pompa. Rina merasakan sensasi yang lebih hebat lagi ketika Mas Pujo mulai memompanya dari belakang. Hampir saja Rina menggigit kontol Duta kalau saja Duta tidak berteriak, mengaduh.
Rina merasa tidak kuat lagi menahan ledakankan yang berikutnya dan segara saat kontol Mas Pujo mulai berkedut-kedut akan menyemburkan spermanya Rina pun juga merasakan akan meledak lagi. Dan ... “aaaaaahhhhhh....” dengan teriakan panjang Mas Pujo menyemprotkan spermanya ke dalam memek istrinya. Rina segera berbalik untuk membersihkan kontol Mas Pujo, rasa sperma dua orang laki-laki yang bercampur membuat lidah Rina merasa aneh dan asing. Mereka terkulai lemas tapi Rina merasa lapar dengan tetap bugil dia kedapur untuk masak. Kedua orang laki-laki itu berpelukan saling menepuk punggung. Duta meras berterima kasih pada Pujo yang mengijinkan berbagi kenikmatan istrinya. Pujo juga merasa berterimakasih karena memperoleh pengalaman baru yang baginya sangat merangsang sekali.
“Gimana dik?” Mas Pujo menanyakan kesannya pada Duta.
 “Wah luar biasa Mas, aku nggak nyangka kalau Mbak Rin.. Begitu hebat, pantas Mas Pujo tidak pernah jajan,” timpal Duta.
 “Begini aja dik, Dik Duta nggak usah sungkan lagi sekarang ini mbakyumu ya isterimu, tapi janji Dik Duta nggak boleh jajan, aku jijik kalau mbayangkan Dik Duta jajan,” sambung Mas Pujo.
 “Sumpah Mas aku nggak pernah jajan sepeninggal isteriku, pernah pembantuku aku pakai itupun cuma sekali selebihnya aku pake alat,” lanjut Duta. “Jadi janji betulan lho dik, dan kita nggak boleh cemburu, satu sama lain..”
 “Eh.. Enak aja ngomongin nasib orang nggak ngajak yang diomongin” Rina langsung protes nglendot di pangkuan Mas Pujo.
 “Tapi Mama setujukann..” lanjut suaminya.
 “Mmm.. Gimana.. Ya.. Mmm” jawab Rina ingin melihat reaksi Duta.
 “Maaf Mbak, kalau Mbak nggak setuju aku nggak pa-pa kok Mbak” Duta memelas.
 “Habis.. Habis..” jawab Rina nggak dilanjutkan.
 “Habis apa Mbak?” Duta panasaran.
 “Habis.. E n a a k hi.. Hi.. Hi” jawab Rina sambil cekikikan.
Duta langsung menubruk Rina yang masih dipangkuan Mas Pujo, tanpa sungkan lagi diciumnya bibir Rina diremasnya dada Rina terlihat kontolnya sudah ngacung.
“Eh.. Makan duluu.. Ah aku lapar nih.. Nasi goreng sudah masak tuh di meja” pinta Rina.
Duta menghentikan cumbuannya terus membopong Rina ke kursi makan. Sambil memangku Rina, Duta menghadapi meja makan sementara Mas Pujo mengikuti dari belakang dan mereka duduk berimpitan kursi. Rina membagi bokongnya diatas kedua paha mereka yang berhimpitan satu berbulu yang satu agak licin. Mereka dengan sabar bergantian menyuapi Rina. Rina benar-benar bahagia merasa mereka berdua sekarang menjadi suaminya, yang siap memuaskannya.
Selesai makan Rina meyiapkan sikat gigi dan odol buat mereka, Rina mendahului membersihkan diri di kamar mandi sperma yang kering berleleran di paha terasa lengket. Setelah itu Rina kekamar utama menyisir rambut di depan cermin.
Tak lama kemudian Pujo dan Duta mengendap-endap beriringan masuk kamar seolah Rina tak melihat. Rina merasakan elusan lembut sebuah tangan dengan bulu-bulu halus menelusuri bokong, bahkan kemudian mengarah keselangkangan dan mengelus memek. Rina sudah bisa menduga pemilik tangan itu, dan hati Rina berdesir ketika melihat tangan Duta lah yang sedang mengelus belahan memeknya, dan Mas Pujo mengelus batang penisnya, sambil mulutnya menciumi dada Rina. Sambil berubah posisi dengan setengah duduk di depan Rina, Mas Pujo siap dengan selangkangan istrinya yang terbuka lebar memperlihatkan vagina merah basah yang sangat indah, sementara tangan kanannya menggosokan gosokkan kemaluanya, sementara Duta tidak tinggal diam buah dada Rina yang menggantung diremas remas dan diciumi dari belakang.
Duta merubah posisinya dengan duduk di meja rias dengan kontol siap dimuka mulut Rina. Sekarang Rina baru bisa mengukur panjangnya kontol Duta yang ternyata ada dua kepalan tangannya dengan kepala agak meruncing dan diameter kepala bajanya lebih kecil dari punya Mas Pujo. Langsung digenggam dan Rina menjilati dan dikocok-kocok. Begitu Rina melakukan sampai hampir setengah jam dan dalam waktu yang tidak terlalu lama gerakan Duta tak terkendali, bahkan ia membalas menekan kepala Mas Pujo yang sedang mengenyot klitoris dibawah meja pada saat itulah Duta menghentak hentakkan pinggul dan menyorong-nyorongkan kontolnya dimulut Rina dan..
Croot.. Croot.. Croot..
Sperma Duta memenuhi kerongkongan Rina. Dia telah orgasme. Ini terlalu cepat, padahal Rina merasa masih belum apa-apa. Duta terus turun membopong Rina ke ranjang dan Mas Pujo sekarang menindih Rina semetara Duta mempermainkan Rina dari bawah “ah rupanya mereka telah kompak untuk kerja sama memuaskan diriku.” Gumam Rina. Mas Pujo sudah terlengkup ditubuh Rina, sementara pinggulnya naik turun, mengocok batangnya yang sudah melesak ditelan liang kenikmatan Rina. Sekali kali tangannya meremas bokong istrinya. Rina mulai on lagi dan otot-otot vaginanya mulai berdenyut-denyut tapi tiba-tiba Mas Pujo menghentikan kocokannya, dan mencabut penisnya, Rina masih tanggung tetapi Rina memang juga tidak ingin selesai sekarang, Rina masih berharap Duta bangkit lagi setelah istirahat. Rina ingin Duta memompanya dulu baru Mas Pujo yang mengakhiri puncaknya. Tapi Mas Pujo minta Rina dan Duta melakukan 69 dengan posisi Duta dibawah begitu Rina-Duta posisi enam sembilan Mas Pujo menusuk Rina dari belakang dan Duta ganti yang ngenyot klitoris Rina.
“Sungguh luar biasa rasanya ber 69 sambil memekku dipompa” kata Rina dalam hati, ia tak dapat menahan kenikmatan yang menyerbu lubang memeknya. Denyutan-denyutan mencengkeram makin keras dan ini yang paling disukai Mas Pujo, kemudian Rina merasakan Mas Pujo mulai mencengkeram bokongnya dan melenguh seperti sapi di sembelih sambil mempercepat goyangannya, semetara mulut Duta tak henti menciumi klitoris Rina dan lidahnya menerobos kadang masuk ke memek disela kontol Mas Pujo. Nafas Rina tersengal, Rina mulai masuk ke masa orgasme.
Tanpa menunggu waktu lagi Mas Pujo mempercepat kocokannya, dan kemaluan Rina pun sudah berdenyut denyut kencang, akan segera keluar. Mas Pujo merengkuh bokongistrinya, makin kencang, sambil dari mulutnya keluar erangan kenikmatan yang panjang dan kemaluannya ditekan keras ke kemaluan Rina, dia semprotkan spermanya..
Crot.. Crot.. Crot tapi Rina belum orgasme.
Dan segera berlelehanlah air maninya menyemprot didalam vagina. Pada saat yang sama, Rina tak tahan menahan orgasme, Rina berdiri meninggalkan kontol suaminya dan menggenggam kontol Duta dan mengarahkan batangnya ke lubang vaginanya, bergoyang memutar dan lalu..... Rina mengejang menikmati orgasmenya bersamaan itu Duta juga orgasme kembali dan menyemburkan maninya ke dalam vaginanya untuk yang kedua kali. Kenikmatan yang luar biasa. Walaupun permainan sudah berakhir tetapi Duta tidak mau mencopot kemaluannya di memek Rina, rupanya Duta suka menikmati denyutan memek Rina.
“Pah.. Aku sudah nggak tahan.. Pahhh.. Eghh.. pingin... Eegghh ngrasain semprotan dik Duta Pahh...”
Malam itu adalah malam pertama Rina merasakan penis orang lain selain punya Mas Pujo apalagi penisnya lebih panjang, sebuah pengalaman yang sangat memuaskannya.
*****
Pembaca terhormat masih banyak pengalaman nikmat yang dialami Rina bersama ke dua suaminya namun sementara sampai disini dulu, bila ada kesempatan akan aku ceritakan lainnya. Sejak kejadian itu Duta minta jatahnya pada Rina setiap ada di Semarang bahkan anak-anaknya sering diajak untuk bersama tinggal diSemarang saat libur agar tidak bolak-balik.
Saat Duta ada hampir tiap hari sekali Rina mendapat giliran dari Mas Pujo dan Duta kadang mereka lakukan treesome kadang hanya berdua saja dengan salah satu dari mereka, dan mereka sepakat hanya dilakukan bertiga saja. Pembaca yang terhormat kalau anda wanita disayangi 2 orang pria percayalah mereka bisa akur sabar tidak ada rasa cemburu dan yang hebat anda akan dimanja seperti Rina. Nggak percaya cobalah. Pengalaman ini benar-benar nyata mereka telah 5 tahun bersama tapi kasih sayang mereka sangat tulus padanya. Rina jadi rajin minum jamu dan senam untuk kepuasannya dan kepuasan mereka. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar