Rabu, 09 November 2011

Menikmati Memek Gadis SMP

Tokoh Utama
  1. Ryan (23 tahun)
  2. Rina (14 tahun) kelas 2 SMP
Tokoh Figuran
  • Firman (40 tahun), Dian (33 tahun)
Keperawanan bukanlah harga mati bagi para gadis di zaman sekarang ini. Seperti apa yang dilakukan Rina, dengan mudahnya memek perawannya diserahkan kepada Mahasiswa tingkat akhir di perguruan tinggi di Bandung, dan sekarang sudah tidak mendapatkan mata kuliah lagi dan hanya mengerjakan skripsi saja. Sebut saja namanya Ryan.
Suatu hari Ryan ke Jakarta, ke rumah kakaknya, Ryan melihat ada tamu, rupanya ia adalah teman kuliah kakaknya waktu dulu. Ryan dikenalkan kepadanya. Rupanya ia sangat ramah kepada Ryan. Usianya 40 tahun dan sebut saja namanya Firman. Ia pun mengundang Ryan untuk main ke rumahnya dan dikenalkan pada anak-istrinya. Istrinya, Dian, 7 tahun lebih muda darinya, dan putrinya, Rina, duduk di kelas 2 SMP.

Kalau Ryan ke Jakarta Ryan sering main ke rumah Firman. Dan pada hari Senin, Ryan ditugaskan oleh Firman untuk menjaga putri dan rumahnya karena ia akan pergi ke Malang, ke rumah sakit untuk menjenguk saudara istrinya. Menurutnya sakit demam berdarah dan dirawat selama 3 hari. oleh karena itu ia minta cuti di kantornya selama 1 minggu. Ia berangkat sama istrinya, sedangkan anaknya tidak ikut karena sekolah.
Setelah 3 hari di rumahnya, karena Ryan tidak ada kesibukan apapun dan Ryan pun menuju rumah Firman. Ryan pun bersantai dan kemudian menyalakan VCD. Selesai satu film. Saat melihat rak, di bagian bawahnya Ryan melihat beberapa VCD porno. Karena memang sendirian, Ryan pun menontonnya. Sebelum habis satu film, tiba-tiba terdengar pintu depan dibuka. Ryan pun tergopoh-gopoh mematikan televisi dan menaruh pembungkus VCD di bawah karpet.
 “Hallo, Oom Ryan..!” Rina yang baru masuk tersenyum.
 “Eh, tolong dong bayarin Bajaj… uang Rina sepuluh-ribuan, abangnya nggak ada kembalinya.”
 Ryan tersenyum mengangguk dan keluar membayarkan Bajaj yang cuma dua ribu rupiah.
Saat Ryan masuk kembali.., pucatlah wajahnya! Rina duduk di karpet di depan televisi, dan menyalakan kembali video porno yang sedang setengah jalan. Dia memandang kepada Ryan dan tertawa geli.
 “Ih! Oom Ryan! Begitu, tho, caranya..? Rina sering diceritain temen-temen di sekolah, tapi belon pernah liat.”
 Gugup Ryan menjawab,
“Rina… kamu nggak boleh nonton itu! Kamu belum cukup umur! Ayo, matiin.”
 “Aahhh, Oom Ryan. Jangan gitu, dong! Rina kan juga pingin lihat! Rina kan udah gede.”
“Rina… sini remote-nya, matiin filmnya”
“Tolong jangan, donk Omm…. “ rengek Rini, dan tiba-tiba Rina punya ide...
“Entar, Rina laporin lho… kalo Om Ryan juga nonton kayak gini” ujar Rina lagi…
Ryan tak tahu lagi apa yang harus dikatakan, dan khawatir kalau Ryan melarang Rina justru akan lapor pada orangtuanya, Ryan pun ke dapur membuat minum dan membiarkan Rina terus menonton. Dari dapur Ryan duduk-duduk di beranda belakang membaca majalah.
Sekitar jam 7 malam, Ryan keluar dan membeli makanan. Rina di kamarnya gelisah gara-gara nonton video porno tadi siang sampai sore, tubuhnya rasanya ingin disentuh sepertidi film tersebut. Pikiran Rina berputar bagaimana caranya memancing supaya Om Ryan mau mengobati rasa gelisahnya. Sekembalinya Ryan dari membeli makanan, di dalam rumah terlihat Rina sedang tengkurap di sofa pura-pura mengerjakan PR, dan… astaga! Ia mengenakan daster yang pendek dan tipis. Tubuh mudanya yang sudah mulai matang terbayang jelas. Paha dan betisnya terlihat putih mulus, dan pantatnya membulat indah. Ryan menelan ludah dan terus masuk menyiapkan makanan.
Setelah makanan siap, Ryan memanggil Rina. Dan.., sekali lagi astaga… jelas ia tidak memakai BH, karena puting susunya yang menjulang membayang di dasternya. Ryan semakin gelisah karena penisnya yang dari tadi sudah mulai “bergerak”, sekarang benar-benar menegak dan mengganjal di celananya.
Selesai makan, saat mencuci piring berdua di dapur, mereka berdiri bersampingan, dan dari celah di dasternya, Ryan melihat buah dadanya yang indah mengintip. Saat Rina membungkuk, puting susunya yang merah muda kelihatan dari celah itu. Ryan semakin gelisah. Selesai mencuci piring, kami berdua duduk di sofa di ruang keluarga.
 “Oom, ayo tebak. Hitam, kecil, keringetan, apaan..!”
 “Ah, gampang! Semut lagi push -up! Khan ada di tutup botol Fanta! Gantian… putih-biru-putih, kecil, keringetan, apa..?”
 Rina mengernyit dan memberi beberapa tebakan dan semua jawab salah menurut Ryan.
 “Yang bener… Rina pakai seragam sekolah, kepanasan di Bajaj..!”
 “Aahhh… Oom Ryan ngeledek..!”
 Rina meloncat dari sofa dan berusaha mencubiti lengan Ryan. Ryan membiarkan dan tubuh Rina menindih tubuh Ryan, sambil tertawa, dan bercanda. Tiba-tiba keduanya terdiam karena tangan Ryan menyentuh buah dada Rina, dan Rina kaget!
Ryan takut kalau Rina marah, tapi Rina malah menjatuhkan diri ke dalam pelukan Ryan, tangan Ryan menempel di dadanya, dan Rina duduk tepat di atas batang kelelakian Ryan! mereka terengah-engah dalam posisi itu. Bau bedak bayi dari kulit Rina dan bau shampo rambut Rina membuat Ryan makin terangsang. Dan Ryan pun mulai menciumi lehernya. Rina mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tangan Ryan pun mulai meremas kedua buah dadanya.
Nafas Rina makin terengah, dan tangan Ryan pun masuk ke antara dua paha Rina. Celana dalam Rina sudah basah, dan jari Ryan mengelus belahan yang membayang.
 “Uuuhh… mmmhhh…” Rina menggelinjang.
 Kesadaran Ryan yang tinggal sedikit seolah memperingatkan bahwa yang sedang dicumbunya adalah seorang gadis SMP, tapi gariah Ryan sudah sampai ke ubun-ubun dan Ryan pun menarik lepas dasternya dari atas kepalanya.
 “Aahhh..!” Rina menelentang di sofa dengan tubuh hampir polos!
Ryan segera mengulum puting susunya yang merah muda, berganti-ganti kiri dan kanan hingga dada Rina basah mengkilap oleh ludah Ryan. Tangan Rina yang mengelus belakang kepala Ryan dan erangannya yang tersendat membuat Ryan makin tak sabar. Ryan menarik lepas celana dalam Rina, dan.. nampaklah bukit kemaluan Rina yang baru ditumbuhi rambut jarang. Bulu yang sedikit itu sudah nampak mengkilap oleh cairan kemaluan Rina. Ryan pun segera membenamkan kepala Ryan ke tengah kedua pahanya.
 “Ehhh… mmmaaahhh..,” tangan Rina meremas sofa dan pinggulnya menggeletar ketika bibir kemaluannya dicium oleh Ryan.
 Sesekali lidah Ryan berpindah ke perut Rina dan mengemut perlahan.
 “Ooohh… aduuhhh..,” Rina mengangkat punggungnya ketika lidah Ryan menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat.
 Lidah Ryan bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluan Rina mulai membuka. Sesekali lidah Ryan membelai kelentitnya dan tubuh Rina terlonjak dan nafas Rina seakan tersedak.
 Tangan Ryan naik ke dada Rina dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya sedikit membesar dan mengeras.
Ketika Ryan berhenti menjilat dan mengulum, Rina tergeletak terengah -engah, matanya terpejam.
 Tergesa Ryan membuka semua pakaiannya, dan kemaluan Ryan yang tegak teracung ke langit-langit, dibelai -belaikan di pipi Rina.
 “Mmmhh… mmmhhh… ooohhhmmm..,” ketika Rina membuka bibirnya, Ryan menjejalkan kepala kemaluannya.
 Mungkin film tadi masih diingatnya, jadi Rina pun mulai menyedot. Tangan Ryan berganti-ganti meremas dada Rina dan membelai kemaluan Rina.
Segera saja kemaluan Ryan basah dan mengkilap. Tak tahan lagi, Ryan pun naik ke atas tubuh Rina dan bibir Ryan melumat bibir Rina. Aroma kemaluan Ryan ada di mulut Rina dan aroma kemaluan Rina di mulut Ryan, bertukar saat lidah mereka saling membelit.
Dengan tangan, Ryan menggesek-gesekkan kepala kemaluannya ke celah di selangkangan Rina, dan sebentar kemudian tangan Rina menekan pantat Ryan dari belakang.
 “Ohhmm, ma… suk… hhh… masukin… Omm… hhh… ehekmm…”
 Perlahan kemaluan Ryan mulai menempel di bibir liang kemaluan Rina, dan Rina semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluan Ryan ditekan, tetapi gagal saja karena tertahan sesuatu yang kenyal. Ryan pun berpikir, “Apakah lubang sekecil ini akan dapat menampung kemaluanku yang besar ini?” Perlu dimengerti, ukuran kemaluan Ryan adalah panjang 15 cm, diameternya 4,5 cm sedangkan Rina masih SMP dan ukuran lubang kemaluannya terlalu kecil.
Tetapi dengan dorongan nafsu yang besar, Ryan pun berusaha. Akhirnya usaha Ryan pun berhasil. Dengan satu sentakan, tembuslah halangan itu. Rina memekik kecil, dahinya mengernyit menahan sakit. Kuku-kuku tangannya mencengkeram kulit punggung Ryan. Ryan menekan lagi, dan terasa ujung kemaluan Ryan membentur dasar padahal baru 3/4 kemaluan Ryan yang masuk. Lalu Ryan diam tidak bergerak, membiarkan otot-otot kemaluan Rina terbiasa dengan benda yang ada di dalamnya.
Sebentar kemudian kernyit di dahi Rina menghilang, dan Ryan pun mulai menarik dan menekankan pinggulnya. Rina mengernyit lagi, tapi lama kelamaan mulutnya menceracau.
 “Aduhhh… ssshhh… iya… terusshh… mmmhhh… aduhhh… enak… Oommm…”
 Ryan merangkulkan kedua lengannya ke punggung Rina, lalu membalikkan kedua tubuh mereka hingga Rina sekarang duduk di atas pinggul Ryan. Nampak 3/4 kemaluan Ryan menancap di kemaluan Rina. Tanpa perlu diajarkan, Rina segera menggerakkan pinggulnya, sementara jarijari Ryan berganti-ganti meremas dan menggosok dada, kelentit dan pinggulnya, dan mereka pun berlomba mencapai puncak.
Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Rina makin menggila dan ia pun membungkukkan tubuhnya dan bibir mereka berlumatan. Tangan Rina menjambak rambut Ryan, dan akhirnya pinggul Rina menyentak berhenti. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluan Ryan.
Setelah tubuh Rina melemas, Ryan mendorong ia telentang. Dan sambil menindihnya, Ryan mengejar puncaknya sendiri. Ketika Ryan mencapai klimaks, Rina tentu merasakan siraman air maninya di liangnya, dan Rina pun melenguh lemas dan merasakan orgasmenya yang ke dua.
Sekian lama mereka diam terengah-engah, dan tubuh mereka yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa -sisa kenikmatan orgasme.
 “Aduh, Oom… Rina lemes. Tapi enak banget.”
 Ryan hanya tersenyum sambil membelai rambutnya yang halus. Satu tangan Ryan lagi ada di pinggulnya dan meremas-remas. Sepertinya Ryan yang lelah sudah terpuaskan, tapi segera Ryan rasakan kemaluannya yang telah melemas bangkit kembali dijepit liang vagina Rina yang masih amat kencang.
Ryan segera membawanya ke kamar mandi, membersihkan tubuh mereka berdua dan… kembali ke kamar melanjutkan babak berikutnya. Sepanjang malam Ryan mencapai tiga kali lagi orgasme, dan Rina… entah berapa kali. Begitupun di saat bangun pagi, sekali lagi mereka bergumul penuh kenikmatan sebelum akhirnya Rina dipaksa oleh Ryan memakai seragam, sarapan dan berangkat ke sekolah.
Kembali ke rumah Firman, Ryan masuk ke kamar tidur tamu dan segera pulas kelelahan. Di tengah tidurnya Ryan bermimpi seolah Rina pulang sekolah, masuk ke kamar dan membuka bajunya, lalu menarik lepas celana Ryan dan mengulum kemaluannya. Tapi segera saja Ryan sadar bahwa itu bukan mimpi, dan Ryan memandangi rambutnya yang tergerai yang bergerak-gerak mengikuti kepalanya yang naik-turun. Ryan melihat keluar kamar dan kelihatan VCD menyala, dengan film yang kemarin.
“Ah! Merasakan caranya memberiku “blowjob”, aku tahu bahwa ia baru saja belajar dari VCD” kata hati Ryan dan membiarkan hal itu terjadi lagi… lagi… dan lagi. Sepertinya Rina ketagihan menikmati penis laki-laki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar