Tokoh Utama
- Ryan (23 tahun)
- Rina (14 tahun) kelas 2 SMP
Tokoh Figuran
- Firman (40 tahun), Dian (33 tahun)
Keperawanan bukanlah harga mati bagi para gadis di
zaman sekarang ini. Seperti apa yang dilakukan Rina, dengan mudahnya memek
perawannya diserahkan kepada Mahasiswa tingkat akhir di perguruan tinggi di
Bandung, dan sekarang sudah tidak mendapatkan mata kuliah lagi dan hanya
mengerjakan skripsi saja. Sebut saja namanya Ryan.
Suatu hari Ryan ke Jakarta, ke rumah kakaknya, Ryan melihat
ada tamu, rupanya ia adalah teman kuliah kakaknya waktu dulu. Ryan dikenalkan
kepadanya. Rupanya ia sangat ramah kepada Ryan. Usianya 40 tahun dan sebut saja
namanya Firman. Ia pun mengundang Ryan untuk main ke rumahnya dan dikenalkan
pada anak-istrinya. Istrinya, Dian, 7 tahun lebih muda darinya, dan putrinya,
Rina, duduk di kelas 2 SMP.
Kalau Ryan ke Jakarta Ryan sering main ke rumah Firman. Dan pada hari Senin, Ryan ditugaskan oleh Firman untuk menjaga putri dan rumahnya karena ia akan pergi ke Malang, ke rumah sakit untuk menjenguk saudara istrinya. Menurutnya sakit demam berdarah dan dirawat selama 3 hari. oleh karena itu ia minta cuti di kantornya selama 1 minggu. Ia berangkat sama istrinya, sedangkan anaknya tidak ikut karena sekolah.
Setelah 3 hari di rumahnya, karena Ryan tidak ada
kesibukan apapun dan Ryan pun menuju rumah Firman. Ryan pun bersantai dan
kemudian menyalakan VCD. Selesai satu film. Saat melihat rak, di bagian
bawahnya Ryan melihat beberapa VCD porno. Karena memang sendirian, Ryan pun
menontonnya. Sebelum habis satu film, tiba-tiba terdengar pintu depan dibuka. Ryan
pun tergopoh-gopoh mematikan televisi dan menaruh pembungkus VCD di bawah
karpet.
“Hallo, Oom
Ryan..!” Rina yang baru masuk tersenyum.
“Eh, tolong
dong bayarin Bajaj… uang Rina sepuluh-ribuan, abangnya nggak ada kembalinya.”
Ryan tersenyum
mengangguk dan keluar membayarkan Bajaj yang cuma dua ribu rupiah.
Saat Ryan masuk kembali.., pucatlah wajahnya! Rina
duduk di karpet di depan televisi, dan menyalakan kembali video porno yang
sedang setengah jalan. Dia memandang kepada Ryan dan tertawa geli.
“Ih! Oom Ryan!
Begitu, tho, caranya..? Rina sering diceritain temen-temen di sekolah, tapi
belon pernah liat.”
Gugup Ryan menjawab,
“Rina… kamu nggak boleh nonton itu! Kamu belum cukup
umur! Ayo, matiin.”
“Aahhh, Oom
Ryan. Jangan gitu, dong! Rina kan juga pingin lihat! Rina kan udah gede.”
“Rina… sini remote-nya, matiin filmnya”
“Tolong jangan, donk Omm…. “ rengek Rini, dan
tiba-tiba Rina punya ide...
“Entar, Rina laporin lho… kalo Om Ryan juga nonton
kayak gini” ujar Rina lagi…
Ryan tak tahu lagi apa yang harus dikatakan, dan
khawatir kalau Ryan melarang Rina justru akan lapor pada orangtuanya, Ryan pun
ke dapur membuat minum dan membiarkan Rina terus menonton. Dari dapur Ryan duduk-duduk
di beranda belakang membaca majalah.
Sekitar jam 7 malam, Ryan keluar dan membeli makanan. Rina
di kamarnya gelisah gara-gara nonton video porno tadi siang sampai sore,
tubuhnya rasanya ingin disentuh sepertidi film tersebut. Pikiran Rina berputar
bagaimana caranya memancing supaya Om Ryan mau mengobati rasa gelisahnya. Sekembalinya
Ryan dari membeli makanan, di dalam rumah terlihat Rina sedang tengkurap di
sofa pura-pura mengerjakan PR, dan… astaga! Ia mengenakan daster yang pendek
dan tipis. Tubuh mudanya yang sudah mulai matang terbayang jelas. Paha dan
betisnya terlihat putih mulus, dan pantatnya membulat indah. Ryan menelan ludah
dan terus masuk menyiapkan makanan.
Setelah makanan siap, Ryan memanggil Rina. Dan..,
sekali lagi astaga… jelas ia tidak memakai BH, karena puting susunya yang
menjulang membayang di dasternya. Ryan semakin gelisah karena penisnya yang dari
tadi sudah mulai “bergerak”, sekarang benar-benar menegak dan mengganjal di celananya.
Selesai makan, saat mencuci piring berdua di dapur, mereka
berdiri bersampingan, dan dari celah di dasternya, Ryan melihat buah dadanya
yang indah mengintip. Saat Rina membungkuk, puting susunya yang merah muda
kelihatan dari celah itu. Ryan semakin gelisah. Selesai mencuci piring, kami
berdua duduk di sofa di ruang keluarga.
“Oom, ayo
tebak. Hitam, kecil, keringetan, apaan..!”
“Ah, gampang!
Semut lagi push -up! Khan ada di tutup botol Fanta! Gantian… putih-biru-putih,
kecil, keringetan, apa..?”
Rina mengernyit
dan memberi beberapa tebakan dan semua jawab salah menurut Ryan.
“Yang bener…
Rina pakai seragam sekolah, kepanasan di Bajaj..!”
“Aahhh… Oom
Ryan ngeledek..!”
Rina meloncat
dari sofa dan berusaha mencubiti lengan Ryan. Ryan membiarkan dan tubuh Rina menindih
tubuh Ryan, sambil tertawa, dan bercanda. Tiba-tiba keduanya terdiam karena
tangan Ryan menyentuh buah dada Rina, dan Rina kaget!
Ryan takut kalau Rina marah, tapi Rina malah menjatuhkan
diri ke dalam pelukan Ryan, tangan Ryan menempel di dadanya, dan Rina duduk
tepat di atas batang kelelakian Ryan! mereka terengah-engah dalam posisi itu.
Bau bedak bayi dari kulit Rina dan bau shampo rambut Rina membuat Ryan makin
terangsang. Dan Ryan pun mulai menciumi lehernya. Rina mendongakkan kepala sambil
memejamkan mata, dan tangan Ryan pun mulai meremas kedua buah dadanya.
Nafas Rina makin terengah, dan tangan Ryan pun masuk
ke antara dua paha Rina. Celana dalam Rina sudah basah, dan jari Ryan mengelus
belahan yang membayang.
“Uuuhh…
mmmhhh…” Rina menggelinjang.
Kesadaran Ryan
yang tinggal sedikit seolah memperingatkan bahwa yang sedang dicumbunya adalah
seorang gadis SMP, tapi gariah Ryan sudah sampai ke ubun-ubun dan Ryan pun
menarik lepas dasternya dari atas kepalanya.
“Aahhh..!” Rina
menelentang di sofa dengan tubuh hampir polos!
Ryan segera mengulum puting susunya yang merah muda,
berganti-ganti kiri dan kanan hingga dada Rina basah mengkilap oleh ludah Ryan.
Tangan Rina yang mengelus belakang kepala Ryan dan erangannya yang tersendat
membuat Ryan makin tak sabar. Ryan menarik lepas celana dalam Rina, dan..
nampaklah bukit kemaluan Rina yang baru ditumbuhi rambut jarang. Bulu yang
sedikit itu sudah nampak mengkilap oleh cairan kemaluan Rina. Ryan pun segera
membenamkan kepala Ryan ke tengah kedua pahanya.
“Ehhh…
mmmaaahhh..,” tangan Rina meremas sofa dan pinggulnya menggeletar ketika bibir
kemaluannya dicium oleh Ryan.
Sesekali lidah Ryan
berpindah ke perut Rina dan mengemut perlahan.
“Ooohh…
aduuhhh..,” Rina mengangkat punggungnya ketika lidah Ryan menyelinap di antara
belahan kemaluannya yang masih begitu rapat.
Lidah Ryan
bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluan Rina mulai membuka. Sesekali
lidah Ryan membelai kelentitnya dan tubuh Rina terlonjak dan nafas Rina seakan
tersedak.
Tangan Ryan
naik ke dada Rina dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya sedikit membesar
dan mengeras.
Ketika Ryan berhenti menjilat dan mengulum, Rina
tergeletak terengah -engah, matanya terpejam.
Tergesa Ryan membuka
semua pakaiannya, dan kemaluan Ryan yang tegak teracung ke langit-langit, dibelai
-belaikan di pipi Rina.
“Mmmhh… mmmhhh…
ooohhhmmm..,” ketika Rina membuka bibirnya, Ryan menjejalkan kepala kemaluannya.
Mungkin film
tadi masih diingatnya, jadi Rina pun mulai menyedot. Tangan Ryan berganti-ganti
meremas dada Rina dan membelai kemaluan Rina.
Segera saja kemaluan Ryan basah dan mengkilap. Tak
tahan lagi, Ryan pun naik ke atas tubuh Rina dan bibir Ryan melumat bibir Rina.
Aroma kemaluan Ryan ada di mulut Rina dan aroma kemaluan Rina di mulut Ryan,
bertukar saat lidah mereka saling membelit.
Dengan tangan, Ryan menggesek-gesekkan kepala kemaluannya
ke celah di selangkangan Rina, dan sebentar kemudian tangan Rina menekan pantat
Ryan dari belakang.
“Ohhmm, ma…
suk… hhh… masukin… Omm… hhh… ehekmm…”
Perlahan
kemaluan Ryan mulai menempel di bibir liang kemaluan Rina, dan Rina semakin
mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluan Ryan ditekan, tetapi gagal saja
karena tertahan sesuatu yang kenyal. Ryan pun berpikir, “Apakah lubang sekecil
ini akan dapat menampung kemaluanku yang besar ini?” Perlu dimengerti, ukuran
kemaluan Ryan adalah panjang 15 cm, diameternya 4,5 cm sedangkan Rina masih SMP
dan ukuran lubang kemaluannya terlalu kecil.
Tetapi dengan dorongan nafsu yang besar, Ryan pun
berusaha. Akhirnya usaha Ryan pun berhasil. Dengan satu sentakan, tembuslah
halangan itu. Rina memekik kecil, dahinya mengernyit menahan sakit. Kuku-kuku
tangannya mencengkeram kulit punggung Ryan. Ryan menekan lagi, dan terasa ujung
kemaluan Ryan membentur dasar padahal baru 3/4 kemaluan Ryan yang masuk. Lalu Ryan
diam tidak bergerak, membiarkan otot-otot kemaluan Rina terbiasa dengan benda
yang ada di dalamnya.
Sebentar kemudian kernyit di dahi Rina menghilang, dan
Ryan pun mulai menarik dan menekankan pinggulnya. Rina mengernyit lagi, tapi
lama kelamaan mulutnya menceracau.
“Aduhhh…
ssshhh… iya… terusshh… mmmhhh… aduhhh… enak… Oommm…”
Ryan merangkulkan
kedua lengannya ke punggung Rina, lalu membalikkan kedua tubuh mereka hingga
Rina sekarang duduk di atas pinggul Ryan. Nampak 3/4 kemaluan Ryan menancap di
kemaluan Rina. Tanpa perlu diajarkan, Rina segera menggerakkan pinggulnya,
sementara jarijari Ryan berganti-ganti meremas dan menggosok dada, kelentit dan
pinggulnya, dan mereka pun berlomba mencapai puncak.
Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Rina makin
menggila dan ia pun membungkukkan tubuhnya dan bibir mereka berlumatan. Tangan
Rina menjambak rambut Ryan, dan akhirnya pinggul Rina menyentak berhenti.
Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluan Ryan.
Setelah tubuh Rina melemas, Ryan mendorong ia
telentang. Dan sambil menindihnya, Ryan mengejar puncaknya sendiri. Ketika Ryan
mencapai klimaks, Rina tentu merasakan siraman air maninya di liangnya, dan Rina
pun melenguh lemas dan merasakan orgasmenya yang ke dua.
Sekian lama mereka diam terengah-engah, dan tubuh mereka
yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan
sisa -sisa kenikmatan orgasme.
“Aduh, Oom…
Rina lemes. Tapi enak banget.”
Ryan hanya
tersenyum sambil membelai rambutnya yang halus. Satu tangan Ryan lagi ada di
pinggulnya dan meremas-remas. Sepertinya Ryan yang lelah sudah terpuaskan, tapi
segera Ryan rasakan kemaluannya yang telah melemas bangkit kembali dijepit
liang vagina Rina yang masih amat kencang.
Ryan segera membawanya ke kamar mandi, membersihkan
tubuh mereka berdua dan… kembali ke kamar melanjutkan babak berikutnya.
Sepanjang malam Ryan mencapai tiga kali lagi orgasme, dan Rina… entah berapa
kali. Begitupun di saat bangun pagi, sekali lagi mereka bergumul penuh
kenikmatan sebelum akhirnya Rina dipaksa oleh Ryan memakai seragam, sarapan dan
berangkat ke sekolah.
Kembali ke rumah Firman, Ryan masuk ke kamar tidur
tamu dan segera pulas kelelahan. Di tengah tidurnya Ryan bermimpi seolah Rina
pulang sekolah, masuk ke kamar dan membuka bajunya, lalu menarik lepas celana Ryan
dan mengulum kemaluannya. Tapi segera saja Ryan sadar bahwa itu bukan mimpi,
dan Ryan memandangi rambutnya yang tergerai yang bergerak-gerak mengikuti
kepalanya yang naik-turun. Ryan melihat keluar kamar dan kelihatan VCD menyala,
dengan film yang kemarin.
“Ah! Merasakan caranya memberiku “blowjob”, aku tahu
bahwa ia baru saja belajar dari VCD” kata hati Ryan dan membiarkan hal itu
terjadi lagi… lagi… dan lagi. Sepertinya Rina ketagihan menikmati penis
laki-laki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar