Tokoh Utama :
- Dino
- Astri
Tokoh Figuran :
- Ali, Asep, Unang, bapak ibu Asri dan Putri
Kutulis
cerita ini karena ingin berbagi cerita dengan pembaca-pembaca sekalian. Cerita ini benar adanya dan merupakan
pengalaman pribadi yang sampai saat ditulis masih sangat berkesan takkan pernah terlupakan bagiku. Bagi yang ingin berkomentar, tulis saja
di kotak yang ada di bawah tulisan ini.
Saat
itu Dino yang bekerja pada sebuah perusahaan konstruksi ditugaskan untuk
memimpin sebuah proyek konstruksi di sebuah kota kecamatan B yang berjarak 2
jam perjalanan dari ibukota kabupaten C di Priangan Timur. Dino sendiri telah
menikah dengan selama lebih kurang 1 tahun dan belum dikaruniai seorang anaknya
pun. Ini adalah kesepakatan dengan istrinya yang tengah kuliah lagi. Kota
kecamatan itu sendiri tidak terlalu besar tetapi karena merupakan lintasan
menuju sebuah objek pantai pariwisata sehingga menjadikannya cukup ramai
dibanding kota kecamatan lainnya. Sesuai dengan kesepakatan dengan bos-nya Dino
pulang ke B ibukota propinsi kota asalnya yang berjarak 4 jam perjalanan setiap
2 minggu sekali. Awalnya dengan beban dan tanggung jawab pekerjaan yang cukup
berat mewakili perusahaan di lokasi, Dino tenggelam dalam kesibukan yang
berkepanjangan, dan tak mempunyai waktu untuk bersosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya.
Oh
ya mes yang disediakan oleh perusahaan terletak di muka pemukiman berjarak
sangat dekat dengan lokasi pekerjaannya. Sampailah pada suatu hari, Ali salah
seorang mandornya yang sebaya bercerita bahwa di belakang mes ada seorang
wanita muda tinggal dan sering melewati mes sebagai jalan untuk keluar masuk
menuju rumahnya. Dino pun penasaran karena apa yang diceritakan sang mandor
mengusik penasarannya. Akhirnya rasa penasarannya terobati saat istirahat makan
siang, sembari mengaso dengan Ali sang mandor itu dibelakang mes, wanita muda
itu lewat. Wajahnya yang tanpa polesan apapun tak menghilangkan kecantikannya,
dengan rambut hitam bergelombang, melenggang melewati mereka.
“Pak....itu dia yang saya ceritakan tempo hari” ujar Ali bersemangat
“Oooo....itu” sahut Dino seraya mengiringi langkah sang wanita itu
menghilang dari pandangannya.
Kembali
mereka berdua terlibat dalam pembicaraan serius mengenai pekerjaan yang tengah
berlangsung. Tak lama kemudian wanita muda itupun kembali melewati mereka.
Timbul keinginan Dino untuk mengenalnya.
“Mba....boleh kenalan?” tanya Dino.
Wanita
muda itu tersenyum manis seraya menghampiri. Dino dan Ali langsung bangkit dari
duduknya dan menyambut uluran tangannya.
“Dino...........” ujar Dino
“Astri...........” ucapnya lembut.
Selanjutnya
pembicaraan mereka lancar mengalir sampai pada akhirnya.
“Mas Dino tadi saya dengar ringtonenya lagu Cindainya Siti
Nurhaliza ya?”
tanyanya.
Memang
saat dia tadi lewat mereka berdua tengah mengutak-atik ringtone ponsel Dino.
“Iya memang kenapa? Suka?” Dino balik bertanya.
“Minta dong..........” imbuhnya lagi. Waduh pikir Dino gimana caranya karena dia
tak tahu cara mentransfer ringtone (maklum hp baru inventaris kantor). Idenya muncul
seketika.
“Waduh sekarang saya agak sibuk bagaimana kalo hp-nya
ditinggal saja, nanti sore pokoknya tau beres ringtone itu sudah ada dalam
hp-mu.....”
tanggap Dino dengan penuh hati-hati.
“Nggghh...........Ok deh tapi jangan bohong ya?” ucap wanita muda itu lagi.
“Kalo perlu nanti mas antarkan ke rumah.........” lanjut Dino lagi yakin. Wanita muda itupun menyerahkan
ponselnya dan Dino dengan berbunga-bunga menerimanya.
“Dapat deh nomer hp-nya....!” kata Dino
dalam hati.
Setelah
memanggil salah seorang supliernya akhirnya Dino siang itu berhasil mentransfer
ringtone tersebut ke hp milik wanita muda itu dan seperti janjinya Dino
menyerahkan hp itu sorenya ke rumah pemiliknya. Malam itu dengan hati-hati
menjelang tidur Dino mencoba meng-SMS Astri. Dia tak berharap banyak karena
tidak mengetahui kondisi wanita itu sebenarnya. Tak dinyana SMS balasan pun
datang. Malam itu mereka ber-SMS ria sampai menjelang subuh. Begitu juga
esoknya, malamnya juga begitu.
Hingga
pada suatu malam Dino minta diantar Astri ke rumah salah seorang pekerja Asep namanya. “Asep, perusahaan kita memerlukan tambahan
pekerja lepas, untuk mempercepat pekerjaan proyek pembangunan gedung itu. Kira-kira
kamu punya teman untuk membantu kamu, supaya pekerjaan cepat selesai?”
“Hmmmm…. Ada pak, mang Unang biasa bekerja
sama dengan saya.”
“Bagus lah itu… kalau sudah biasa kerja
sama, itu lebih baik”
“Kalau begitu, nanti saya tanyakan ke mang
Unang, dulu ya pak?”
“Ya sebaiknya begitu, coba kamu hubungi
Unang sekarang. Saya tunggu di sini.”
“Baik pak?”
Dan
saat Asep
pamit pergi sebentar untuk keperluan itu, tinggallah mereka berdua duduk bersisian di kursi. Dino
menatap wajah oval di sampingnya yang tengah menunduk, menyiratkan garis
kecantikan yang alami. Ingin ia menikmati keindahan itu selamanya. Entah
darimana datangnya keinginan itu membuat ia memberanikan diri.
“Astri...................” panggil Dino perlahan.
“Ya mas..............” sahutnya perlahan, berpaling menatap dengan kedua mata
indahnya. Duh, mata yang indah, sangat mendebarkan jantung. Memandang Dino bak
sebuah cahaya bulan purnama. Tangan Dino meraih dagu lancipnya dan menggerakkan
wajahnya mendekati wajah oval yang menyimpan keindahan itu. Saat wajah Dino
hampir menempel, tiba-tiba Astri menunduk. Dino tak berhenti dan menjatuhkan
kecupan lembut di keningnya. Waktu serasa berhenti saat itu. Dada Dino seolah berdentam riuh menggemakan keinginan yang makin
menguat, demikan pula dada Astri berdegup kencang, seperti
tersiram air laut yang terhempas oleh ombak. Setelah meredakan gemuruh dalam dadanya, kembali Dino
menggamit dagu lancip itu, mendekatkan wajahnya perlahan, seraya memandang
dalam-dalam kedua mata indahnya. Napas hangatnya menerpa permukaan wajah wanita
muda itu. Astri memejamkan matanya dan perlahan bibir Dino mendarat lembut pada
kedua bibir ranum Astri. Ringan saja kecupan tersebut tetapi menyentakkan
ribuan voltase gairah pada mereka. Astri tak menolak kecupan tersebut, kembali
bibir Dino mendarat di permukaan bibir wanita muda yang sintal itu. Dikecupnya
lagi perlahan, dan mulai melumati kedua bibir ranum itu menggoda gairah
primitifnya. Astri terpejam membalas lumatan pada bibirnya hingga kedua bibir
mereka berpalun-palun
saling dirasuki gairah yang mulai terbit. Kecupan dan lumatan Dino bergerak
menjauhi bibir Astri menjalar sepanjang rahangnya yang melengkung indah,
bergeser turun menjelajahi leher jenjang yang memutih bak pualam. Mengecup dan
menjilati dengan lidahnya yang kasap terus keatas menuju wilayah belakang
telinga dan mengulum cuping telinga tersebut dengan lembut. Terasa tangan
wanita muda itu memegang erat pergelangan Dino.
“Masss....” desah lirih Astri mulai terdengar perlahan. Tiba-tiba
terdengar kecipak langkah mendekati rumah Asep. Langsung Astri mendorong dan membenahi wajahnya yang
memerah dan menarik napas meredakan gemuruh gairahnya yang tadi terbangkit.
“Sudah beres pak, sudah saya sampaikan ke
mang Unang, dia sanggup, pak.” Asep
masuk dan melaporkan hasil pembicaraan dengan Unang.
“Ya sudah, kalau begitu, besuk suruh Unang
menemui saya”
“Baik Pak Dino”
Dan setelah menyelesaikan keperluannya dengan Asep, Dino beranjak pulang dengan kembali diantar Astri.
Pada
malam ketiga mereka ber-SMS ria topik yang mereka bahas menjadi lebih intim
hingga menyinggung masalah seksualitas. Tak disangka SMS balasan Astri pun tak
kalah “panas“nya, dari seksualitas umum hingga detail-detail hubungan
suami istri (Astri adalah seorang janda muda beranak satu yang ditinggal
suaminya menikah dengan wanita lain empat tahun yang silam) pun dibahasnya. Dino mengatakan dalam SMS-nya bahwa ia adalah tipe lelaki yang selalu mendahulukan
kepuasan pasangannya dalam bercinta. Astri meledeknya hingga Dino pun panas dan
menantangnya. Gayungpun bersambut Astri tak menolak meskipun tak mengiyakan.
Hingga suatu siang menjelang istirahat, ponselnya berbunyi, diliriknya LCD-nya,
SMS dari Astri.
“Mas bisa ke rumah
sekarang Astri pengen bicara, lewat belakang aja ya...”, Apalagi yang mau dibicarakannya setelah SMS-SMS “panas” kemarin detak Dino dalam hati. Langsung Dino beranjak
seraya pamit
pada mandor dan satpam proyek.
“Ke mes dulu ya”,
“Iya pak silahkan” mandor tak bisa
melarang atasannya ijin meninggalkan proyek.
Dengan
langkah tergesa Dino melangkah kearah mes, melewati halamannya, berbelok ke
kiri menjejeri jalan di samping mes terus ke belakang, melewati pagar dan
berbelok kekanan hingga tertumpu pada pintu belakang rumah Astri. Perlahan
mengetuk pintu yang langsung dibukakan. Wanita muda itu menatapnya tersenyum
manis.
“Masuk mas......., Cuma ada saya ko, bapak ibu dan Putri
(anaknya) sedang ke BJ”, terangnya.
Dino
melangkah masuk sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Seraya
menutup pintu Astri mengemasi safety shoes Dino dan memasukkannya ke dalam.
“Disini saja ya mas duduknya.........”,ujarnya seraya menyodorkan sebuah kursi bulat.
“Mo bicara apa...............................”, tanya
Dino.
“Lagi suntuk aja, daripada bengong mending ngobrol dengan
mas”, imbuhnya lagi seraya menyisiri rambut ikal legamnya dengan
jemari lentiknya. Pembicaraan mereka mengalir lancar diselingi canda-canda kecil, mencairkan suasana yang
tadinya agak kaku. Hingga......
“Eh.....mengenai SMS semalam tadi itu serius....?” ,tanya Dino.
Wanita
muda itu tak menjawab dan hanya menunduk dan menatap tajam dengan kedua sudut
mata indahnya. Dino beranjak mendekati dan berjongkok menghadap Astri. Sebelah
tangannya mendarat pada bahu yang mulus telanjang itu, tangan kanannya
menggamit dagu lancip yang beberapa hari lalu di kecupnya. Dino mendongakkan wajah oval Astri sambil memandang kedua bola
mata yang indah itu. Mereka merasakan waktu melambat saat-saat wajah Dino bergerak mendekatkan wajah Astri, mereka menghembuskan napas hangatnya, Astri memejamkan kedua bola mata indah nya dan Dino mendaratkan kecupan di bibir. Astri dan
Dino menikmati kecupan yang perlahan-lahan berubah menjadi lumatan-lumatan liar
pada bibir-bibir mereka. Lidah Dino mulai menjalari permukaan bibir ranum itu,
menggodanya hingga kedua bibir Astri membuka perlahan. Dino menjalari bagian dalam bibir Astri dan kembali mengulum
bibir atas dan bawahnya bergantian. Kedua tangan Astri meraih keatas dan
merangkul bahu dan leher Dino. Ciuman dan lumatan bibir Dino makin bergelora,
Astripun membalas dengan tak kalah panasnya.
“Hmmmhhhh..........” ,desahnya perlahan diselingi kecipak dua pasang bibir
mereka bergelut saling membelit di dalam rongga mulut Astri. Dino meraih tubuh
sintal tersebut dan merebahkannya di karpet lembut di ruangan tersebut. Kembali
lidah Dino menjalar dari kedua bibir ranum bergerak menyusuri rahang terus
mengecup urat leher yang membentuk formasi penyangga kepala Astri dengan
bergairah. Terus keatas ke balik cuping telinga Astri, menjilati dan melumati
wilayah itu dengan tekun.
“.......mass....” ,rintih Astri perlahan seraya membelalakkan mata indahnya
menikmati sensasi yang tak terbendungkan lagi membangkitkan gairahnya yang
terpendam selama empat tahun ini. Tangan Dino tak tinggal diam mulai menjalar
meraba - elus permukaan buah dada yang masih di balut pakaian itu. Melingkari
bukit membusung itu dengan jarinya, berputar mengirimkan jutaan sengatan
kenikmatan. Terus turun ke bawah menemukan tepian kaos dan menyelusup ke dalam.
Merabai- mengelus permukaan kulit yang halus dengan jemarinya.
“Mmmhhhh......oohhhh” ,erangan demi erangan dari bibir wanita muda itu mulai
terdengar diselingi kecipak bibir yang berpadu. Tanpa disadari pakaian Astri
mulai tersingkap di bawah tindihan Dino dan dengan cekatan pula jari Kino
melepas kait bahan pembungkus buah dada wanita muda itu. Astri yang saat itu
tengah di amuk nikmat membiarkan bahan pembungkus itu terlepas dari tempatnya
membebaskan isinya mencuat lepas, memperlihatkan kemulusannya yang memutih
membulat padat dengan puncak berselimut noktah mungil merah kecoklatan. Dino
beranjak bergerak turun diikuti pandangan mata Astri yang menatapnya dengan
sendu. Lidah dan bibir lelaki itu mengecup tonjolan melengkung pada pangkal
leher wanita itu terus kebawah, menjilati permukaan kedua bukit yang padat
membusung di dada wanita muda itu bergantian.
Hingga....
“Ahhhh.....mas....”, erang
wanita muda itu menggigil seraya menggeliatkan tubuh atasnya saat kedua bibir
Dino mencucupi putik dadanya. Oh...! rasanya seperti didera berjuta nikmat
kesangatan. Bergantian putik yang kiri dan kanan tak ketinggalan sehingga
membuatnya mengkilap karena basah. Kuluman Dino pada putik yang telah mengeras
itu bak sengatan yang menambah pasok kenikmatan yang makin menggelegak. Kedua
tangannya mengerumasi rambut Dino dan terkadang menyelusup ke balik kaos di
belakang mencari pegangan kuat atas gelombang nikmat yang tengah menderanya.
Sembari mencucupi kedua putik di dada yang padat membusung itu tangan Dino
bergerak turun menemukan kancing jeansnya Astri, melepas kait dan rits-nya
seraya mencium- jilat permukaan perut yang mulus rata itu. Tangan Dino meraih
ban celana jeans itu dan menariknya turun dengan perlahan. Wanita muda itu
membantu dengan mengangkat pinggulnya sehingga jeans itu pun lolos dengan mudah
menampakkan kedua paha yang jenjang mulus ditumbuhi bulu halus berkilau ditimpa
sinar matahari siang yang menerobos tirai jendela. Dino bangkit dan melepas
kaosnya di bawah tatapan Astri dengan napas yang memburu. Melonggarkan ban
pinggangnya dan meloloskan celana. Mereka kini dalam keadaan hampir telanjang
hanya ditutupi secarik kain pada sela paha masing-masing.
“Ouuhhh,,,,,mas.....ahhhh........”, erang
Astri tatkala mulut Dino mencucupi kewanitaannya yang masih terbalut kain tipis
itu. Kedua tangan Dino tak tinggal diam mengelus dan merabai kedua bukit yang
membusung di dada wanita muda itu. Jari Dino juga turun dan mengelus permukaan
paha jenjang yang mulus itu, menyelinap ke balik karet penutup sela paha Astri
dan mengurut perlahan.
“Oghhhh..........”, Astri
tersentak saat jemari Dino menyelusup ke dalam kewanitaannya yang telah lembab
itu. Matanya yang indah membeliak seraya menggelinjang dengan napasnya seperti
tersedak. Seluruh permukaan bagian dalam kewanitaan itu telah basah dan
berdenyut-denyut. Gerakan jari Dino mengelitik seluruh pemukaan peka
didalamnya. Dino kembali menarik jarinya yang telah basah itu dan
mereka saling tatap dengan napas yang memburu diiringi Dino mencucupi jarinya
sendiri membersihkan cairan yang menempel pada jarinya. Tangan Dino kembali
bergerak meraih karet penutup sela paha wanita muda itu, menariknya hingga
terlepas !. Semuanya berjalan lancar dan mudah. Begitu juga pakaian dalam Dino
telah terlepas, mereka kini tak ubahnya seperti dilahirkan, polos telanjang tak
selembar benangpun menempel... !! Dino meraih kedua kaki jenjang itu, mengecupi
betis Astri yang bernas itu dengan lembut, menjilati dengan lidahnya yang kasap
di bawah tatapan Astri yang makin sendu, turun terus ke bawah menjilati paha
bagian dalam kedua kaki itu bergantian.
“Ja....jangan mass........”,desah Astri saat bibir Dino mendarat pada bukit kewanitaannya
yang dilingkup semak meranggas.
“Nikmati aja................. “ ,ujar Dino. Lidah Dino menjilati permukaan lepitan yang
memerah muda itu dan mendesak masuk lebih dalam.
“Aahhhhh..............ohhhhhhh”, erang
Astri merasakan lidah Dino bak seekor phyton yang tengah memasuki sarangnya.
Menemukan tonjolan sebesar kacang disana `menjilat dengan hisapan bertubi-tubi.
Pinggul wanita sintal itu bergerak-gerak gelisah mengimbangi serbuan lidah
Dino. Kedua tangannya menggerumasi rambut Dino dan menekankan kepala lelaki itu
tanpa sadar.
“Masss...........uhhhhhhhh”, lenguhan
demi lenguhan menceracau keluar dari bibir ranumnya. Seluruh permukaan bagian
dalam dari liang itu telah basah dengan aroma khas yang makin membangkitkan
gairah Dino. Jilatan dan hisapan yang dilakukan Dino membakar semua sumbu
nikmatnya membuat tubuh sintal itu menggerinjal hebat, menggeliat-geliat di
bawah tekanan kedua tangan Dino pada pinggulnya. Gelombang demi gelombang
nikmat makin bergelora menyeret dirinya hingga tak tertahankan lagi.
“Massss..........ooohhhhhh”, jeritnya
kecil saat klimaks menggulungnya, menerbangkan wanita muda itu ke
bintang-bintang di angkasa dan menenggelamkan pada palung nikmat tak berujung.
Tubuh sintalnya melenting, kedua tangannya mencengkeram bahu Dino dengan kuat.
Beberapa menit situasi itu berlangsung. Dino membiarkan Astri menikmati
klimaksnya dengan sepuas-puasnya, mempersiapkan wanita sintal itu untuk etapar
selanjutnya yang lebih bergelora. Dino merangkak naik perlahan, merebahkan
tubuhnya diatas tubuh sintal wanita muda itu. Bergoyang ke kanan dan kekiri
menyibakkan kedua paha yang mulus itu. Kedua paha Astri perlahan membuka
memberikan ruang pada pinggul Dino untuk merapat. Astri membuka matanya,
napasnya masih memburu dengan keringat yang terpercik pada kening dan dadanya
yang bulat dengan putik membusung tegak.
“Mass..............................?”, tanyanya
lirih.
“Nikmati saja sayang...” ujar Dino menghilangkan pertanyaan dan keraguan di wajah
wanita muda itu. Sambil tersenyum kedua tangan Astri menarik kepala lelaki itu
kearahnya, melumat dengan ganas bibir Dino. Sambil menatap mata Astri yang
meredup, Dino kembali bergerak menggosok...., meluncurkan batang kenyal
miliknya menelusuri permukaan lepitan kewanitaan Astri. Maju - mundur menikmati
setiap gesekkan batang kenyalnya yang melintang pada permukaan kelembaban yang
menawarkan nikmat tak terkira itu.
“Ohhh......mas............ya disana...” ,Kembali erangan dan lenguhan Astri meningkahi gerakan
lelaki itu. Kedua tangan Astri yang tadi memeluk leher Dino turun ke bawah dan
menemukan kedua bola pinggul Dino dan dengan segera di cengkramnya dengan ketat
menekankan lebih kuat ke bawah seiring dengan gerakan kedua kaki jenjangnya
mengunci di belakang pinggang Dino. Dino bergerak maju mundur merasakan setiap
sentuhan lepitan kewanitaan Astri yang lembab menggosok batang kenyalnya.
Naluriah Astri bergerak menyambut dengan gerakan seirama merasakan batang
kenyal itu menggerus lepitannya. Gerakan mereka semakin kompak. Sesekali ujung
membola kejantanan Dino menusuk...
“Ohh.....” desis Astri merasakan ujung membola kejantanan Dino
menyeruak, hangat, menyentuh permukaan lembut di dalam kewanitaannya. Tak dalam
hanya kurang lebih tiga sentimeter namun mengirimkan berjuta-juta sengatan nikmat. Rasanya bagi Dino seakan-akan ujung kejantanannya diselimuti kelembutan yang kenyal
mencekal. Dino mengangkat tubuhnya hingga duduk berselonjor. Mengangkat pinggul
wanita muda menumpu pada kedua pahanya. Kedua kaki jenjang Astri menekuk di
sisi tubuh Dino dalam posisi masih terbuka. Kewanitaannya semakin terkuak,
memerah muda dalam kebasahan yang semakin siap. Seraya menggenggam pinggul
Astri dengan tangan kirinya, Dino mengarahkan batang kejantanannya tepat pada
lepitan kewanitaan wanita itu. Dengan memegang batang pejalnya Dino mendorong
kedepan.....
“Mass..............................?”,tanyanya lirih kembali. Dino mendorong kembali, tak mau
terlalu dalam, hanya ujung batang pejalnya menyeruakkan lepitan Astri di bawah
sana. Kedua tangan Astri memegang lengan Dino menahankan dorongan yang terlalu
jauh. Dino bergerak... Dengan jarinya yang menggenggam kejantanan untuk
membatasi, hanya ujungnya saja yang masuk, Dino menggerakkan batang pejal itu
naik turun sepanjang lepitan itu, menggosok permukaan didalam kewanitaan wanita
muda itu.
“Ooooohhhh........,ohhhh....!!” , desah Astri keras. Pinggul indahnya ikut menggerinjal
mengimbangi gerakan ujung membola kejantanan Dino. Rasanya kenikmatan yang
timbul semakin menderu-deru menyeret dirinya semakin tak terkendali. Menyadari
hal itu Dino memindahkan kedua tangannya menggamit kedua lutut wanita
membelainya dengan perlahan.
“Oooohhh......mass...”, rintih Astri berulang kali. Kini pinggul indah Astri
mengambil alih, bergoyang, memutar- mutar dengan lincah. Gerakan itu
menyebabkan kewanitaannya yang telah basah itu serasa diaduk- aduk oleh ujung membara batang pejal Dino. Tak terkendali
dan semakin liar gerakan pinggul Astri. Rasanya seperti kecanduan. Kedua
tangannya yang lentik itu kini bergerak menjangkau kaki Dino dan bertumpu pada
lutut Dino. Tubuh indahnya terangkat , hanya bahunya yang menempel pada karpet.
Dengan begini Astri leluasa menggerakkan pinggulnya, berputar-putar, mengayun naik turun. Ayunan pinggul itu semakin
cepat saja.....
“Mass.....................................?”,panggilnya lirih.
“Hmmm....................................”,gumam Dino.
“Pandang mata Astri mas........”, pintanya
perlahan.
“Ya........ada apa....................?”,tanya Dino.
“Rasanya...semakin...gilaa......”, sahutnya lagi.
“Bener......................................”, tambah Dino.
“Mas.........................................”, panggil Astri kembali.
“As....Astri.....ingin lebih.....” ujar wanita muda itu parau, matanya meredup hampir
terpejam. Dino tak menjawab hanya menatap wajah yang merona merah yang dibasahi
peluh disana sini itu. Lalu...........................................
“Ohhh........................mass..”, jeritnya kecil seraya mendesakkan pinggulnya memutar
perlahan. Tubuhnya bergetar dengan paha mengejang. Perlahan batang pejal Dino
tenggelam mili demi mili di telan kelembutan kewanitaan Astri. Tiba-tiba tubuhnya menaik mencoba duduk, memeluk ketat leher Dino,
menggigit kecil pundak tegap itu dan mendesakkan tubuhnya turun, hingga seluruh
batang kejantanan Dino terbenam utuh.....!!!
“Ahhh......................!!” jerit wanita muda itu panjang. Langsung tubuh indah itu
merebah ambruk menyeret tubuh Dino bersamanya. Dan kedua kaki jenjang itu
langsung bersilangan di belakang mengunci pantat Dino. Dengan napas tersengal-sengal mereka berbaring melekat erat, telah bersatu padu.
Dino mengangkat wajahnya menatap wajah berpeluh itu seolah tak percaya,
semuanya begitu cepat berlangsung hingga ia tak sempat bereaksi. Wanita sintal
itu mengecup kening Dino, sambil tersenyum mengganggukkan kepalanya perlahan.
“Mass..........tuntaskanlah......?” pintanya lirih. Terasakan oleh Dino bagaimana seluruh
dinding lembut dalam liang kewanitaan wanita sintal ini mencekal erat
kejantanannya. Dino bergerak naik hingga kejantanannya terlepas kembali dari
cekalan nikmat liang tadi.
“Mmmhhh..................uhf”, Dino
mendesis menyatakan gairahnya yang membakar jiwanya. Hampir tak tertahankan
lagi, kedua tangan Dino bergerak turun menemukan kedua paha jenjang wanita muda
itu. Terdiam sejenak sambil menarik kedua kaki jenjang itu keatas melewati
lengannya, mengunci kedua lutut tersebut dengan lengan dan sikunya. Sehingga
pinggul wanita muda itu mengangkat menguakkan kewanitaannya ke permukaan dan
kembali bergerak...
“Ah...mass....lagi...lagi........terusskan sekarang....!”,pintanya parau.
“Sungguh...?”, tanya
Dino kurang yakin.
“Sekaraaanng........mass, ssekaraaang...!!!, Astri ga...tahann..ayoo..!” ,rengek wanita sintal itu lagi seraya menekan pantat Dino
kearah tubuhnya lebih erat, memohon penyatuan yang sempurna. “Ayo....mass........ya.....!”, rintihnya
lagi sambil mengangguk tatkala Dino menempelkan ujung batang kenyalnya ke
permukaan lepitan kewanitaan Astri dan bersiap mendorong....... Ujung membola
batang kenyal Dino yang tegak dari tadi mendesak dan....... Ketika Dino mulai
mendesak Astri, sebuah sensasi baru hadir, sebuah kejutan penuh rasa nikmat nan
indah, sebuah penyatuan alam. Astri mencoba membantu mempermudah dengan
menggerakkan pinggul, bagai penari perut memainkan pertunjukkan diatas
panggung. Dino dengan sabar menunggu, menekan pelan, sangat pelan, ketika
jeritan kecil terdengar.
“Ohh..........masss.......”, terdengar
lirih Astri memohon.
“Mass........................!”, jerit
Astri. Dino menghentikan tekanan. Diiringi sebuah jeritan kecil panjang,
diiringi tancapan kuku Astri ke punggung Dino, ujung membara batang kenyal Dino
kembali membelah lepitan kewanitaannya. Kedua bola matanya membeliak. Tetapi
tubuhnya menggigil seperti demam dan cengkeraman kedua tangannya semakin kuat
pada bola pantat Dino.
“Ahh..................!!!” , rintih
Astri keras. Tubuhnya mengejang dan dengan kepala mendongak tatkala Dino
bergerak mendorong perlahan. Mata indah wanita sintal itu membeliak menikmati
mili demi mili penetrasi tersebut dengan napas seperti tersedak, wajahnya yang
merona merah berkeringat terlihat sangat ekspresif makin membuat Dino
bersemangat, sesaat Dino kembali mendorong pinggulnya dengan perlahan
membenamkan batang kejantanannya seutuhnya ke dalam tubuh wanita muda itu.
Sungguh pemandangan yang dramatis menyaksikan ekspresi wanita muda ini saat di”tembus”. (Moment
yang masih terekam hingga kini dalam ingatannya)
“Pekerjaan utamanya selesai sudah dan tinggal menyelesaikan
sisanya”,
pikir Dino. Dia mulai bergerak perlahan naik turun, merasakan jepitan dan
denyutan dinding kewanitaan milik Astri mengurut dan memijat batang
kejantanannya. Gesekan urat-urat batang kejantanannya pada permukaan lembut
melembab dalam kewanitaan Astri merupakan sensasi yang makin menggiringnya pada
gelombang-gelombang
yang makin membulak-bulak menyala-nyala membakar hasratnya.
“Ohh...massss....yah.......uhhhhh...”, erangan
Astri semakin keras tak beraturan lagi, menceracau seperti orang kerasukan.
Tubuh sintalnya yang telah berkeringat di sana sini mengelinjang-gelinjang
dengan hebat ditingkahi gerakan naik turun tubuh Dino diatasnya. Kaki kanannya
terlepas dari siku Dino dan mengunci ke belakang pinggang lelaki itu. Terkadang
Dino berhenti sejenak, tetapi dengan mengedan mendenyut-denyutkan batang
kejantanannya di dalam kewanitaan Astri menimbulkan variasi tekanan yang
berbeda - beda pada permukaan dinding lembut di dalamnya. Peluh telah
bercucuran membasahi setiap jengkal tubuh mereka. Pendakian ke puncak klimaks
yang sangat melelahkan ini tak membuat mereka berhenti untuk memacu biduk cinta
semakin cepat. Gerakan mereka seirama di pandu denyut-denyut birahi yang semakin menggetarkan permukaan
genderang asmara. Bertalu-talu semakin cepat berdentam-dentam merasuki sukma.
“Ohh,.......aaaaah,.............”, jerit
kecil Astri terdengar setiap denyut-denyut batang kenyal dalam tubuhnya
menyentuh pusat birahinya.
“Lagiii.....teruss........ahh.....” ,ceracau Astri tak beraturan. Dino terus bergerak naik
turun diatas tubuh indah Astri, yang merasakan setiap batang pejal itu
menghunjam rasanya seperti dipenuhi oleh uap membara dan setiap di tarik
tubuhnya terasa terhisap oleh pusaran gairah serta kecipak merdu terdengar dari
setiap gerakan mereka yang makin cepat. Tubuh sintal Astri mulai menggigil dan
Dino tahu saatnya telah hampir datang bagi wanita muda yang saat ini
ditindihnya dan ia pun memacu gerakan memompanya, bagai piston mesin
kejantanannya menghunjam keluar masuk kewanitaan Astri semakin cepat.
“Ya mass............ohhh.. ga tahan...lagiii...”, jeritnya
parau
“Ahh............................massssss.......... Astri
sampaii mas...sampaii masss...ohh”, jerit
Astri. Saatnya puncak klimaks kembali menyeret, menggulung dan menghempaskannya
pada nirwana berwarna warni. Wanita sintal itu melengkungkan punggungnya, kedua
pahanya mengejang serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya,
membiarkan bokong bulatnya naik-turun menyentak berkali-kali, keseluruhan
badannya berkelojotan dengan nafas tersengal-sengal, menjerit serak dan...,
Akhirnya larut dalam klimaks total yang dengan dahsyat melandanya, diikuti
dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan keseluruhan tubuhnya merasakan
lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot berlolosan. Astri berkelojotan di
bawah dengan kedua tangannya memeluk ketat dan kakinya terkangkang lebar dengan
kejantanan Dino terjepit di dalam liang kewanitaannya. Liang tersebut berdenyut-denyut dengan cepat, berkontraksi mengurut batang pejal
Dino seakan hendak memeras isinya hingga tak bersisa. Mata indahnya membeliak
diiringi tubuhnya melenting bak busur panah dan mencengkeram bola pantat Dino,
menekannya dengan kuat kearah tubuhnya Dino bergerak makin cepat walaupun makin
sulit, karena kuncian tangan wanita muda itu, dan dengan napas memburu mengejar
puncak yang tengah dinikmati Astri. Makin cepat menghunjam dan akhirnya tak
tertahankan lagi dengan suatu sentakan menekan keras batang kejantanannya
hingga menyentuh dasar kewanitaan Astri, batang pejalnya menggelegak sesaat....
“Oughhh...........” ,seraya menggeram Dino melepaskan beberapa kali semburan
lava kentalnya dalam liang kewanitaan Astri. Berkali-kali semburan itu terulang
hingga daya semburnya melemah dan mereda, lalu tubuhnya ambruk diatas tubuh
Astri. Setelah mereda Dino menggeliat menjatuhkan tubuhnya ke sisi Astri.
Berdua mereka terdiam dalam rasa masing-masing. Astri bergerak menjatuhkan
kecupan ringan di pipi Dino.
“Makasih mas............, mas gile beneerrr.....” pujinya
“Apanya yang terimakasih, malah mas ragu tadi kamu beneran
saat..........”
ujar lelaki itu sambil merapihkan rambut yang jatuh di wajah wanita muda itu.
“Tadinya sih iya begitu....., tapi Astri ga kuat menahankan
cumbuan mas apalagi setelah mas bilang nikmati aja tadi.........., ya sudah
Astri nikmati aja...dan ternyata ga cukup hanya petting saja...hingga itu
tadi..”
ujar Astri mengecup kening Dino.
“Terus terang saat dengan mas inilah.....Astri baru
merasakan klimaks itu seperti apa, wuihhh....bukan main rasanya”, imbuhnya
lagi.
“Jangan tinggalkan Astri ya mas....... ya”. pintanya
memohon. Dino tak menjawab dan hanya menjatuhkan kecupan pada kedua mata indah
itu. Ternyata menurut penuturannya kepada Dino, masa-masa dengan suaminya
terdahulu tak sekalipun mengalami apa yang dinamakan klimaks.
“Berarti akulah yang telah berhasil memberikan klimaks
pertama pada wanita muda ini”, pikir Dino dengan bangga. Dan percintaan mereka pada
masa-masa berikutnya pun makin membara dan bergejolak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar