Tokoh Utama
:
- Rani (32 tahun)
- Papa Mertua (42 tahun)
- Suami, Anak, Mama mertua
“Saya ada tugas kantor disini, Pa. Jadi mereka tidak saya ajak.
Lagian saya cuma sebentar kok, Pa.
Hanya mau numpang mandi dan istirahat sebentar,” jawabku.
Lalu aku mandi. Setelah itu aku
segera ke meja makan karena sudah sangat lapar.
“Mama mana, Pa?” tanyaku.
“Jadi yang
nyiapin makanan ini, Papa donk ?” tanyaku
“Ah ngga
apa-apa, tadi papa lupa kalau Mama sedang pergi, lagian makanan sudah ada,
tinggal disiapkan aja”
“Ah jadi
ngga enak nih dilayani Papa, mestinya Rani yang melayani Papa”
“Agak sorean, Pa. Saya akan tidur sebentar. Badan
pegal hampir 3 jam perjalanan dari
Bandung,” kataku.
“Kalau begitu ganti baju dulu dong.
Nanti kusut kemeja kamu,” ujar mertuaku sambil bangkit menuju kamarnya. Lalu
dia datang lagi membawa daster.
“Iya, Pa,” kataku sambil terus melanjutkan
makan.
Mertuaku berumur 42 tahun. Sangat tampan mirip suamiku. Badan masih kekar, wajahnya macho walau
agak keriput karena usia. Setelah berganti
pakaian, aku duduk di ruang tamu sambil nonton TV.
“Loh katanya mau tidur?” tanya
mertuaku sambil duduk di kursi yang sama tapi agak berjauhan.
“Sebentar lagi. Pa. Masih kenyang,” ujarku. Lalu kami
nonton TV tanpa banyak bicara.
“Tahukah kamu, Rani.. Bahwa Papa sangat senang dengan kamu?” tanya
mertuaku kepadaku memecah kesunyian.
“Kenapa, Pa?” tanyaku.
“Dulu sejak pertama kali kamu datang kesini waktu kamu diperkenalkan sama suamimu, Papa langsung suka kamu. Cantik, menyenangkan,
sopan, dan ramah,” kata mertuaku.
Aku hanya tersenyum.
“Sekarang kamu sudah menikah anak Papa dan sudah punya anak 2, tapi kamu
tetap sama seperti yang dulu..,” kata mertuaku lagi.
“Saya juga sayang Papa,” ujarku.
“Ada satu hal yang ingin Papa lakukan, tapi tidak pernah berani
karena takut jadi masalah..,” kata mertuaku.
“Apa itu, Pa?” kataku.
“Kenapa begitu, Pa?” tanyaku lagi.
Aku tatap mata mertuaku. Kemudian
aku tersenyum.
Papa
mertuaku beringsut mendekati aku sampai badan kami bersentuhan. Kemudian
aku dipeluk
mertuaku erat. Akupun
balas memeluknya, mertuaku memelukku dengan erat sepertinya tidak mau
melepas lagi.
Aku agak kaget. Aku lepaskan
pelukanku, aku
ragu-ragu, tapi aku lalu tersenyum dan mengangguk.
Mertuaku tersenyum, lalu mencium pipi kiri, pipi kanan, kening. Lalu.. Mertuaku menatap mataku sesaat kemudian mengecup bibirku. Aku sangat kaget. Tapi aku
tetap diam, dan ada sedikit rasa senang akan hal itu. Selang beberapa detik
mertuaku kembali mengecup bibirku.. Dan melumatnya sambil merangkulkan
tangannya ke pinggangku.
Secara spontan aku membalas ciuman mertuaku. Kami saling hisap, mainkan lidah..
Nafas mertuaku terdengar agak cepat.
Tangan mertuaku merayap ke
dadaku, lalu meremas payudaraku dari luar daster. Entah dengan alasan apa aku membiarkan itu terjadi,
aku mulai terangsang, birahiku meningkat. Mungkin karena suamiku sudah agak
lama tidak menyentuhku. Tiba-tiba.. Kringg! Krinngg! Bunyi
telepon mengagetkan kami. Kami langsung memisahkan diri. Mertuaku langsung
bangkit menuju telepon. Entah apa yang dibicarakan. Karena merasa agak
bersalah, aku segera masuk ke kamar, menutup pintu, lalu merebahkan diri di
kasur. Terbayang terus peristiwa tadi berciuman dengan Papa mertua sambil merasakan nikmatnya
diremas susuku.
Tiba-tiba terdengar pintu diketuk. Kemudian pintu terbuka. Mertuaku masuk.
“Belum, Pa,” ujarku sambil bangkit lalu duduk
di tepi ranjang. Mertuaku juga ikut duduk di sampingku.
“Kamu marah tidak atas kejadian
tadi,” tanya mertuaku sambil menatap mataku. Aku tersenyum.
“Tidak, Pa. Justru saya senang karena
ternyata Papa sangat sayang dengan saya,”
jawabku. Mertuaku tersenyum lalu memegang tanganku.
“Sebetulnya dari dulu Papa memimpikan hal seperti ini, Rani,” ujar mertuaku.
“Tapi karena suamimu dan Mamamu selalu ada, ya Papa hanya bisa menahan perasaan
saja..,” ujar mertuaku sambil mencium bibirku. Akupun segera mebalas ciumannya.
Dan sekarang aku mulai berani. Tanganku mulai meraba kontolnya, mertuaku
meraba buah dadaku dari
luar daster. Mertuaku meremasnya perlahanan. Tangan
mertuakupun segera melepas daster yang aku pakai. Salah satu tangannya langsung
meraba dan meremas memekku dari luar CD-ku. Memekku makin basah. Mertuaku merogoh tangannya ke dalam CD-ku lalu
kelentit-ku jadi sasaran berikutnya. Sambil tetap berciuman tangannya terus
mengewek itil-ku dan meremas buah dadaku. Akupun pasrah dalam kenikmatan yang
sudah lama tidak ku peroleh dari suamiku, kini kurasakan mertuaku meremas buah dadaku.
Tak lama, mertuaku bangkit lalu melucuti semua pakaiannya. Akupun melakukan hal
yang sama. Aku segera naik ke tempat tidur, dan mertuaku segera menaiki tubuhku.
Mertuaku mengecup bibirku.
“Papa senang kamu datang hari ini, Rani..
Lebih senang lagi karena ternyata kamu bisa menerima rasa sayang papa kepada
kamu…” ujar mertuaku sambil menciumku.
“Saya juga senang karena papa sangat
menyayangi saya. Saya akan menyayangi papa… Lakukan pa, apa yang papa inginkan
dari ku” kataku sambil merasakan pagutan di leher oleh mertuaku. Aku mendesah
dan menggelinjang merasakan desiran nikmat. Pagutan mertuaku kemudian turun ke
buahdadaku. Dia menjilati dan menggigit-gigit kecil puting susu ku sambil
tangannya yang satu meremas buah dada yang lain.
“Ohh.. Mmhh.. Mmhh.. Ohh…” desah ku ternyata
semakin merangsang gairah mertuaku. Tapi ketika lidahnya mulai turun ke perut, aku
memegang kepalanya.
“Jangan ke bawah, Pa.. Rani malu.
Segera masukkin saja.. Rani sudah tidak tahan…” ujar ku. Mertuaku tersenyum dan
merasa berharga kontol dalam masalah sex. Mertuaku buka lebar pahaku, lalu mertuaku
mengarahkan kontolnya ke memekku yang sudah basah dan licin. Tangan ku segera
memegang kontolnya lalu mengarahkannya ke lubang memekku. Tak lama.. Bless..
kontol mertuaku langsung memompa memekku.
Terasa seret, dan enak rasanya menjepit kontolnya yang lumayan besar
dibandingkan punya anaknya yaitu suamiku..
“Ohh.. Sshh.. Oh, Pa.. Mmhh…” desah
ku ketika mertuaku memompa kontolnya agak cepat. Aku mengimbangi gerakan
mertuaku dengan goyangan pinggulku. Tak lama kemudian, tubuhku merasa melayang
sangat tinggi dan aku tak tahan menahan getar tubuhku akhirnya aku mengejang
tak karuan merasakan nikmatnya puncak tertinggi.
“Oh, Pa.. Rani mau nyampek.. Mmhh…”
jerit kecil ku.
“Iya sayang lepaskan saja rasa itu…”
bisiknya seakan menjanjikan kenikmatan datang lagi. Beberapa saat kemudian
tubuhku melemas. Aku telah mencapai orgasme.. Mertuaku pun berhenti sejenak
memompa kontolnya tanpa mencabutnya dari memek ku. memekku makin licin oleh cairan wanita.
“Rani pingin merasakan nikmat
seperti ini, lagi?,” ujar mertuaku sambil mengecup bibirku.
“Iya Pa, terima kasih, Pa …” kataku
lagi sambil tersenyum. Akupun segera merasakan gerakan kontolnya menyetubuhi
lagi memekku.
“Boleh Papa minta sesuatu, Rani?”
tanya mertuaku sambil terus memompa kontolnya.
“Apa?” tanyaku.
“Saya mau setubuhi Rani dari
belakang. Boleh?” tanya mertuaku. Aku tersenyum.
“Boleh tapi Rani tidak mau nungging.
Rani tengkurap saja ya?” kataku.
“Iya, sayang,” ujar mertuaku sambil
mencabut kontolnya. Aku segera tengkurap sambil sedikit melebarkan kakiku.
“Ayo, Pa, .... Rani sudah siap...”
ujar ku. Mertuaku segera masukkan kontolnya ke memekku dari belakang. Terasa
lebih nikmat daripada masuk lewat depan. Aku memejamkan mataku, dan merasakan
sodokannya sampai mentok sehingga sesekali terdengar desahanku. Mertuakupun
terus menikmati rasa nikmat sambil terus memompa kontolnya. Kemudian terasa ada
sesuatu kontolnya sangat keras sekali.
“Rani.... ahh... Papa merasakan sesuatu
yang sangat kuat ... ah.... ingin keluar dari kontolku.... Ohhh” mertuaku mempercepat
gerakannya menyetubuhi ku. Ketika hampir mencapai klimaks, mertuaku mencabut
kontolnya, lalu.. Crott! Crott..! Crott! Air mani mertuaku keluar banyak di
punggung dan pantat ku.
“Ohh.. Enak, Rani…” kata mertuaku.
Kurasakan gesekkan kontolnya di belahan pantat ku. Selang beberapa menit
setelah kelelahan agak hilang, mertuaku berkata,
”Rani ... papa bersihkan punggung mu,
ya nak....”.
“Iya, Pa,” ujarku. Lalu mertuaku
membersihkan air maninya di tubuh ku. Setelah berpakaian, lalu kami keluar
kamar. Terlihat wajah mertuaku sangat ceria. Menjelang sore, mertua perempuan
pulang. Aku dan mertua laki-laki-ku bertindak biasa seolah tidak pernah terjadi
apa-apa di antara kami. Setelah makan malam, aku membawakan semua piring kotor
ke dapur. Mertua lelaki mengikutiku ke dapur. Di dapur, mertuaku lelaki
langsung menarik tanganku ke sudut dapur lalu menciumku. Aku membalasnya sambil
tangannya langsung memegang selangkanganku kemudian meraba memekku.
“Papa nakal,” ujar ku sambil
tersenyum.
“Tapi kamu suka khan... ?” ujar Papa
mertuaku
“Nanti Mama kesini, Pa.. Udah, ah Rani
takut,” ujarku.
“Sebelum kamu pulang, papa mau
sekali lagi bersetubuh dengan kamu disini…” ujar mertuaku sambil tangannya
segera meremas payudaraku dari luar daster.
“Saya juga mau, tapi jangan disini, Pa..
Bahaya,” ujarku.
“Ayo dong, Rani.. Papa sudah tidak
tahan,” ujarnya lagi. Tangannya terus meremas dadaku.
“Kita ke hotel yuk, Rani?” ajak
mertuaku. Aku mengangguk. Kemudian dengan alasan entah apa, mertuaku Lelaki minta ijin pergi sebelum aku pamit
pulang.
“Jangan lama-lama ya, Pa... hati-hati
dijalan,” ujar mertua perempuan, yang tak tahu kalau suaminya akan pesan kamar
hotel buat pergulatan kami selanjutnya.
Tak lama kemudian aku mendapat sms
yang isinya alamat hotel itu. Pamitan pulang, dan diiringi mertua perempuan
sampai di halaman rumah. Tak tega aku melihat wajah Mama mertua yang telah kami
bohongi. Setelah ketemu alamat hotel itu, aku segera masuk ke kamar. Tanpa
banyak cakap, mertuaku langsung memeluk dan menciumku dengan liar. Aku balas
ciumannya..
“Cepat kita lakukan, Rani.. Waktu
kita hanya sedikit,” ujar mertuaku sambil melucuti semua pakaiannya. Aku juga
demikian. Aku langsung naik ke kasur, lalu mertuaku menyusul. Tangan mertuaku langsung
menggenggam kontolnya dan diarahkan ke memekku.
“Papa kok buru-buru sih?” tanyaku
sambil tersenyum ketika kontolnya sudah masuk memekku. Lalu Mertuaku pompa kontolnya perlahan menikmati enaknya memekku.
“Habisnya Papa sudah tidak tahan
sejak tadi di rumah, pengen merasakan memek kamu lagi,” kata mertuaku sambil memasuk
keluarkan kontolnya, akupun menggoyangkan pinggulku mengimbangi gerakannya.
Selang beberapa belas menit kemudian aku merasa tubuhku melayang dan aku tahu
sebentar lagi aku sudah tidak tahan lagi, tiba-tiba mertuaku mendekap aku erat
sambil mengerakkan pinggulnya cepat. Kemudian..
“Ahh.. Mmhh.. Enak sayang…” desah
mertuaku mencapai puncak orgasmenya. Badannya melemas. Aku yang hampir sampai
puncak aku tekan pantat mertuaku hingga kontolnya tertanam ke lubang memekku dalam-dalam, dan.. kurasakan Crott.. Crott.. Crott.. Air mani Mertuaku keluar
di dalam memek ku dan aku juga sampai hampir bersamaan.
“Maaf, Rani.. Papa tidak bisa
menahan.. Sehingga keluar di dalam,” ujar mertuaku sambil memeluk tubuh ku.
“Tidak apa-apa, Pa,” jawab ku.
“Rani sudah minum obat kok,” ujarku
lagi.
“Kalo Papa berkunjung ke rumah kamu,
bisa tidak ya kita melakukan lagi?” tanya mertuaku.
“Bisa saja, Pa.. Kita jalan berdua
saja dengan alasan pergi kemana…” jawabku. Mertuaku tersenyum.
“Kita pulang Rani,” ujar mertuaku.
“Hati-hati di jalan ya, Rani,” ujar
mertuaku.
“Iya, Pa. Terima kasih,” ujarku
sambil tersenyum.
“Tengokin Papa dong sesering
mungkin, Rani,” ujar mertuaku sambil tersenyum penuh arti.
“Iya, Pa,” ujarku sambil tersenyum
pula. Lalu aku pulang. Sejak saat itu hingga kini aku selalu menyempatkan diri
sebulan sekali untuk datang ke rumah mertuaku, tentu saja setelah aku di-SMS
dahulu oleh mertua laki-ku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar