Selasa, 07 Februari 2012

Perasaan Yang Terpendam


Tokoh Utama :
  1. Rani (32 tahun)
  2. Papa Mertua (42 tahun)
Toko Figuran :
Ini  adalah salah satu pengalaman nyata dari kehidupan sex-ku selama ini. Aku Rani, 32 tahun. Menikah, punya 2 anak, aku wanita karier bekerja di perusahaan swasta. Menurut teman-temanku aku sangat cantik, suamiku ganteng. Banyak yang bilang mirip bintang sinetron ternama saat ini. Kami tinggal di Bandung. Yang akan aku ceritakan adalah hubunganku dengan mertua aku sendiri. Mertua aku tinggal di kota P, masih wilayah Jawa Barat. Suatu waktu aku ada tugas kerja ke kota P tersebut. Sesampainya di kota P, aku langsung menyelesaikan tugas dari kantor. Setelah selesai, aku sengaja singgah dulu ke rumah mertua untuk istirahat. Sesampai di rumah, mertua ku datang menyambut.
“Kok sendirian Rani? Mana anak suamimu?” tanya mertuaku.

“Saya ada tugas kantor disini, Pa. Jadi mereka tidak saya ajak. Lagian saya cuma sebentar kok, Pa. Hanya mau numpang mandi dan istirahat sebentar,” jawabku.
“O begitu.. nanti biar mama siapkan makanan buat kamu,” ujar mertuaku.
Lalu aku mandi. Setelah itu aku segera ke meja makan karena sudah sangat lapar.
Mama mana, Pa?” tanyaku.
Mama lagi ke rumah temannya biasa arisan,” jawab mertuaku.
“Jadi yang nyiapin makanan ini, Papa donk ?” tanyaku
“Ah ngga apa-apa, tadi papa lupa kalau Mama sedang pergi, lagian makanan sudah ada, tinggal disiapkan aja”
“Ah jadi ngga enak nih dilayani Papa, mestinya Rani yang melayani Papa”
“Kamu mau pulang jam berapa, Rani?” tanya mertuaku.
“Agak sorean, Pa. Saya akan tidur sebentar. Badan pegal hampir 3 jam perjalanan dari Bandung,” kataku.
“Kalau begitu ganti baju dulu dong. Nanti kusut kemeja kamu,” ujar mertuaku sambil bangkit menuju kamarnya. Lalu dia datang lagi membawa daster.
“Ini punya Mama, pakailah nanti,” kata mertuaku.
“Iya, Pa,” kataku sambil terus melanjutkan makan.
Mertuaku berumur 42 tahun. Sangat tampan mirip suamiku. Badan masih kekar, wajahnya macho walau agak keriput  karena usia. Setelah berganti pakaian, aku duduk di ruang tamu sambil nonton TV.
“Loh katanya mau tidur?” tanya mertuaku sambil duduk di kursi yang sama tapi agak berjauhan.
“Sebentar lagi. Pa. Masih kenyang,” ujarku. Lalu kami nonton TV tanpa banyak bicara.
“Tahukah kamu, Rani.. Bahwa Papa sangat senang dengan kamu?” tanya mertuaku kepadaku memecah kesunyian.
“Kenapa, Pa?” tanyaku.
“Dulu sejak pertama kali kamu datang kesini waktu kamu diperkenalkan sama suamimu, Papa langsung suka kamu. Cantik, menyenangkan, sopan, dan ramah,” kata mertuaku.
Aku hanya tersenyum.
“Sekarang kamu sudah menikah anak Papa dan sudah punya anak 2, tapi kamu tetap sama seperti yang dulu..,” kata mertuaku lagi.
Papa sangat sayang kamu, Rani,” kata mertuaku lagi.
“Saya juga sayang Papa,” ujarku.
“Ada satu hal yang ingin Papa lakukan, tapi tidak pernah berani karena takut jadi masalah..,” kata mertuaku.
“Apa itu, Pa?” kataku.
Papa ingin memeluk kamu walau sebentar..,” ujar mertuaku sambil menatapku dengan mata sejuk.
“Kenapa begitu, Pa?” tanyaku lagi.
“Karena dulu Papa sangat suka kamu. Sekarang ditambah lagi rasa sayang,” kata mertuaku.
Aku tatap mata mertuaku. Kemudian aku tersenyum.
Papa mertuaku beringsut mendekati aku sampai badan kami bersentuhan. Kemudian aku dipeluk mertuaku erat. Akupun balas memeluknya, mertuaku memelukku dengan erat sepertinya tidak mau melepas lagi.
“Boleh PaPa cium kamu Rani? Sebagai tanda sayang?” tanya mertuaku.
Aku agak kaget. Aku lepaskan pelukanku, aku ragu-ragu, tapi aku lalu tersenyum dan mengangguk. Mertuaku tersenyum, lalu mencium pipi kiri, pipi kanan, kening. Lalu.. Mertuaku menatap mataku sesaat kemudian mengecup bibirku. Aku sangat kaget. Tapi aku tetap diam, dan ada sedikit rasa senang akan hal itu. Selang beberapa detik mertuaku kembali mengecup bibirku.. Dan melumatnya sambil merangkulkan tangannya ke pinggangku. Secara spontan aku membalas ciuman mertuaku. Kami saling hisap, mainkan lidah..
Nafas mertuaku terdengar agak cepat. Tangan mertuaku merayap ke dadaku, lalu meremas payudaraku dari luar daster. Entah dengan alasan apa aku membiarkan itu terjadi, aku mulai terangsang, birahiku meningkat. Mungkin karena suamiku sudah agak lama tidak menyentuhku. Tiba-tiba.. Kringg! Krinngg! Bunyi telepon mengagetkan kami. Kami langsung memisahkan diri. Mertuaku langsung bangkit menuju telepon. Entah apa yang dibicarakan. Karena merasa agak bersalah, aku segera masuk ke kamar, menutup pintu, lalu merebahkan diri di kasur. Terbayang terus peristiwa tadi berciuman dengan Papa mertua sambil merasakan nikmatnya diremas susuku. Tiba-tiba terdengar pintu diketuk. Kemudian pintu terbuka. Mertuaku masuk.
“Sudah mau tidur, Rani?” tanya mertuaku.
“Belum, Pa,” ujarku sambil bangkit lalu duduk di tepi ranjang. Mertuaku juga ikut duduk di sampingku.
“Kamu marah tidak atas kejadian tadi,” tanya mertuaku sambil menatap mataku. Aku tersenyum.
“Tidak, Pa. Justru saya senang karena ternyata Papa sangat sayang dengan saya,” jawabku. Mertuaku tersenyum lalu memegang tanganku.
“Sebetulnya dari dulu Papa memimpikan hal seperti ini, Rani,” ujar mertuaku.
“Tapi karena suamimu dan Mamamu selalu ada, ya Papa hanya bisa menahan perasaan saja..,” ujar mertuaku sambil mencium bibirku. Akupun segera mebalas ciumannya. Dan sekarang aku mulai berani. Tanganku mulai meraba kontolnya, mertuaku meraba buah dadaku dari luar daster. Mertuaku meremasnya perlahanan. Tangan mertuakupun segera melepas daster yang aku pakai. Salah satu tangannya langsung meraba dan meremas memekku dari luar CD-ku. Memekku makin basah.  Mertuaku merogoh tangannya ke dalam CD-ku lalu kelentit-ku jadi sasaran berikutnya. Sambil tetap berciuman tangannya terus mengewek itil-ku dan meremas buah dadaku. Akupun pasrah dalam kenikmatan yang sudah lama tidak ku peroleh dari suamiku,  kini kurasakan mertuaku meremas buah dadaku. Tak lama, mertuaku bangkit lalu melucuti semua pakaiannya. Akupun melakukan hal yang sama. Aku segera naik ke tempat tidur, dan mertuaku segera menaiki tubuhku. Mertuaku  mengecup bibirku.
“Papa senang kamu datang hari ini, Rani.. Lebih senang lagi karena ternyata kamu bisa menerima rasa sayang papa kepada kamu…” ujar mertuaku sambil menciumku.
“Saya juga senang karena papa sangat menyayangi saya. Saya akan menyayangi papa… Lakukan pa, apa yang papa inginkan dari ku” kataku sambil merasakan pagutan di leher oleh mertuaku. Aku mendesah dan menggelinjang merasakan desiran nikmat. Pagutan mertuaku kemudian turun ke buahdadaku. Dia menjilati dan menggigit-gigit kecil puting susu ku sambil tangannya yang satu meremas buah dada yang lain.
“Ohh.. Mmhh.. Mmhh.. Ohh…” desah ku ternyata semakin merangsang gairah mertuaku. Tapi ketika lidahnya mulai turun ke perut, aku memegang kepalanya.
“Jangan ke bawah, Pa.. Rani malu. Segera masukkin saja.. Rani sudah tidak tahan…” ujar ku. Mertuaku tersenyum dan merasa berharga kontol dalam masalah sex. Mertuaku buka lebar pahaku, lalu mertuaku mengarahkan kontolnya ke memekku yang sudah basah dan licin. Tangan ku segera memegang kontolnya lalu mengarahkannya ke lubang memekku. Tak lama.. Bless.. kontol  mertuaku langsung memompa memekku. Terasa seret, dan enak rasanya menjepit kontolnya yang lumayan besar dibandingkan punya anaknya yaitu suamiku..
“Ohh.. Sshh.. Oh, Pa.. Mmhh…” desah ku ketika mertuaku memompa kontolnya agak cepat. Aku mengimbangi gerakan mertuaku dengan goyangan pinggulku. Tak lama kemudian, tubuhku merasa melayang sangat tinggi dan aku tak tahan menahan getar tubuhku akhirnya aku mengejang tak karuan merasakan nikmatnya puncak tertinggi.
“Oh, Pa.. Rani mau nyampek.. Mmhh…” jerit kecil ku.
“Iya sayang lepaskan saja rasa itu…” bisiknya seakan menjanjikan kenikmatan datang lagi. Beberapa saat kemudian tubuhku melemas. Aku telah mencapai orgasme.. Mertuaku pun berhenti sejenak memompa kontolnya tanpa mencabutnya dari memek ku. memekku makin licin oleh cairan wanita.
“Rani pingin merasakan nikmat seperti ini, lagi?,” ujar mertuaku sambil mengecup bibirku.
“Iya Pa, terima kasih, Pa …” kataku lagi sambil tersenyum. Akupun segera merasakan gerakan kontolnya menyetubuhi lagi memekku.
“Boleh Papa minta sesuatu, Rani?” tanya mertuaku sambil terus memompa kontolnya.
“Apa?” tanyaku.
“Saya mau setubuhi Rani dari belakang. Boleh?” tanya mertuaku. Aku tersenyum.
“Boleh tapi Rani tidak mau nungging. Rani tengkurap saja ya?” kataku.
“Iya, sayang,” ujar mertuaku sambil mencabut kontolnya. Aku segera tengkurap sambil sedikit melebarkan kakiku.
“Ayo, Pa, .... Rani sudah siap...” ujar ku. Mertuaku segera masukkan kontolnya ke memekku dari belakang. Terasa lebih nikmat daripada masuk lewat depan. Aku memejamkan mataku, dan merasakan sodokannya sampai mentok sehingga sesekali terdengar desahanku. Mertuakupun terus menikmati rasa nikmat sambil terus memompa kontolnya. Kemudian terasa ada sesuatu kontolnya sangat keras sekali.
“Rani.... ahh... Papa merasakan sesuatu yang sangat kuat ... ah.... ingin keluar dari kontolku.... Ohhh” mertuaku mempercepat gerakannya menyetubuhi ku. Ketika hampir mencapai klimaks, mertuaku mencabut kontolnya, lalu.. Crott! Crott..! Crott! Air mani mertuaku keluar banyak di punggung dan pantat ku.
“Ohh.. Enak, Rani…” kata mertuaku. Kurasakan gesekkan kontolnya di belahan pantat ku. Selang beberapa menit setelah kelelahan agak hilang, mertuaku berkata,
”Rani ... papa bersihkan punggung mu, ya nak....”.
“Iya, Pa,” ujarku. Lalu mertuaku membersihkan air maninya di tubuh ku. Setelah berpakaian, lalu kami keluar kamar. Terlihat wajah mertuaku sangat ceria. Menjelang sore, mertua perempuan pulang. Aku dan mertua laki-laki-ku bertindak biasa seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara kami. Setelah makan malam, aku membawakan semua piring kotor ke dapur. Mertua lelaki mengikutiku ke dapur. Di dapur, mertuaku lelaki langsung menarik tanganku ke sudut dapur lalu menciumku. Aku membalasnya sambil tangannya langsung memegang selangkanganku kemudian meraba memekku.
“Papa nakal,” ujar ku sambil tersenyum.
“Tapi kamu suka khan... ?” ujar Papa mertuaku
“Nanti Mama kesini, Pa.. Udah, ah Rani takut,” ujarku.
 “Sebelum kamu pulang, papa mau sekali lagi bersetubuh dengan kamu disini…” ujar mertuaku sambil tangannya segera meremas payudaraku dari luar daster.
“Saya juga mau, tapi jangan disini, Pa.. Bahaya,” ujarku.
“Ayo dong, Rani.. Papa sudah tidak tahan,” ujarnya lagi. Tangannya terus meremas dadaku.
“Kita ke hotel yuk, Rani?” ajak mertuaku. Aku mengangguk. Kemudian dengan alasan entah apa, mertuaku  Lelaki minta ijin pergi sebelum aku pamit pulang.
“Jangan lama-lama ya, Pa... hati-hati dijalan,” ujar mertua perempuan, yang tak tahu kalau suaminya akan pesan kamar hotel buat pergulatan kami selanjutnya.
Tak lama kemudian aku mendapat sms yang isinya alamat hotel itu. Pamitan pulang, dan diiringi mertua perempuan sampai di halaman rumah. Tak tega aku melihat wajah Mama mertua yang telah kami bohongi. Setelah ketemu alamat hotel itu, aku segera masuk ke kamar. Tanpa banyak cakap, mertuaku langsung memeluk dan menciumku dengan liar. Aku balas ciumannya..
“Cepat kita lakukan, Rani.. Waktu kita hanya sedikit,” ujar mertuaku sambil melucuti semua pakaiannya. Aku juga demikian. Aku langsung naik ke kasur, lalu mertuaku menyusul. Tangan mertuaku langsung menggenggam kontolnya dan diarahkan ke memekku.
“Papa kok buru-buru sih?” tanyaku sambil tersenyum ketika kontolnya sudah masuk memekku. Lalu Mertuaku pompa kontolnya perlahan menikmati enaknya memekku.
“Habisnya Papa sudah tidak tahan sejak tadi di rumah, pengen merasakan memek kamu lagi,” kata mertuaku sambil memasuk keluarkan kontolnya, akupun menggoyangkan pinggulku mengimbangi gerakannya. Selang beberapa belas menit kemudian aku merasa tubuhku melayang dan aku tahu sebentar lagi aku sudah tidak tahan lagi, tiba-tiba mertuaku mendekap aku erat sambil mengerakkan pinggulnya cepat. Kemudian..
“Ahh.. Mmhh.. Enak sayang…” desah mertuaku mencapai puncak orgasmenya. Badannya melemas. Aku yang hampir sampai puncak aku tekan pantat mertuaku hingga kontolnya tertanam ke lubang memekku dalam-dalam, dan.. kurasakan Crott.. Crott.. Crott.. Air mani Mertuaku keluar di dalam memek ku dan aku juga sampai hampir bersamaan.
“Maaf, Rani.. Papa tidak bisa menahan.. Sehingga keluar di dalam,” ujar mertuaku sambil memeluk tubuh ku.
“Tidak apa-apa, Pa,” jawab ku.
“Rani sudah minum obat kok,” ujarku lagi.
“Kalo Papa berkunjung ke rumah kamu, bisa tidak ya kita melakukan lagi?” tanya mertuaku.
“Bisa saja, Pa.. Kita jalan berdua saja dengan alasan pergi kemana…” jawabku. Mertuaku tersenyum.
“Kita pulang Rani,” ujar mertuaku.
“Hati-hati di jalan ya, Rani,” ujar mertuaku.
“Iya, Pa. Terima kasih,” ujarku sambil tersenyum.
“Tengokin Papa dong sesering mungkin, Rani,” ujar mertuaku sambil tersenyum penuh arti.
“Iya, Pa,” ujarku sambil tersenyum pula. Lalu aku pulang. Sejak saat itu hingga kini aku selalu menyempatkan diri sebulan sekali untuk datang ke rumah mertuaku, tentu saja setelah aku di-SMS dahulu oleh mertua laki-ku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar