Minggu, 12 Februari 2012

Perawanku buat Guruku

Tokoh Utama :
  1. Ety (17 tahun)
  2. Pak Freddy (27 tahun)
Tokoh Figuran :
  • Teman, Mama, Papa
Perkenalkan namaku Ety. Saat ini aku sedang duduk di kelas 3 di SMA swasta di Jakarta. Tubuhku kuning langsat. Aku lumayan seksi dengan tubuh langsing dan tinggi yang cukupan. Kata temen-temen sih, aku lumayan cantik. Di sekolahku, setiap jam olah raga, selalu memakai pakaian celana pendek sehingga paha mulusku bisa dinikmati oleh para cowok dengan gratis. Di sekolahku ada seorang guru bahasa inggris yang sangat tampan. Namanya pak Freddy. umurnya 27 tahun dan masih perjaka. Yang aku suka dari pak Freddy adalah selain wajah cakep, tubuh nya yang atletis membuat aku dan temen-temenku terpesona dengan bentuk tubuhnya itu. Ditambah lagi bekas brewok di sekitar wajahnya menambah macho pak Freddy guru gahasa inggrisku itu. Sampai suatu hari aku rela menyerahkan keperawananku pada guru bahasa inggrisku itu.
Begini ceritanya. Di suatu hari Minggu aku berniat pergi ke rumah Pak Freddy dan pamit kepada Mama dan Papa untuk main ke rumah teman dan pulang agak sore dengan alasan mau mengerjakan PR bersama-sama. Secara kebetulan pula Mama dan papaku mengizinkan begitu saja. Hari ini memang hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Ketika tiba di rumah Pak Freddy, dia baru selesai mandi dan kaget melihat kedatanganku.
“Eeeh, kamu Et. Tumben, ada apa, kok datang sendirian?”. Aku menjawab,
“Ah, nggak iseng aja. Sekedar mau tahu aja rumah bapak”. Lalu dia mengajak masuk ke dalam,
“Ooo, begitu. Ayolah masuk. Maaf rumah saya kecil begini. Tunggu, ya, saya pakai baju dulu”. Memang tampak Pak Freddy hanya mengenakan handuk saja. Tak lama kemudian dia keluar dan bertanya sekali lagi tentang keperluanku. Aku sekedar menjelaskan,
“Cuma mau tanya pelajaran, Pak. Kok sepi banget Pak, rumahnya”. Dia tersenyum,
“Saya kost di sini. Sendirian.” Selanjutnya kita berdua diskusi soal bahasa Inggris sampai tiba waktu makan siang dan Pak Freddy tanya,
“Udah laper, Et?”. Aku jawab,
“Lumayan, Pak”. Lalu dia berdiri dari duduknya,
“Kamu tunggu sebentar ya, di rumah. Saya mau ke warung di ujung jalan situ. Mau beli nasi goreng. Kamu mau kan?”. Langsung kujawab,
“Ok-ok aja, Pak.”. Sewaktu Pak Freddy pergi, aku di rumahnya sendirian dan aku jalan-jalan sampai ke ruang makan dan dapurnya. Karena bujangan, dapurnya hanya terisi seadanya saja. Tetapi tanpa disengaja aku melihat kamar Pak Freddy pintunya terbuka dan aku masuk saja ke dalam. Kulihat koleksi bacaan berbahasa Inggris di rak dan meja tulisnya, dari mulai majalah sampai buku, hampir semuanya dari luar negeri dan ternyata ada majalah porno dari luar negeri dan langsung kubuka-buka. Aduh! Gambar-gambarnya bukan main. Cowok dan cewek yang sedang bersetubuh dengan berbagai posisi dan entah kenapa yang paling menarik bagiku adalah gambar di mana cowok dengan asyiknya menjilati vagina cewek dan cewek sedang mengisap penis cowok yang besar, panjang dan kekar. Tidak disangka-sangka suara Pak Freddy tiba-tiba terdengar di belakangku,
“Lho!! Ngapain di situ, Et. Ayo kita makan, nanti keburu dingin nasinya”. Astaga! Betapa kagetnya aku sembari menoleh ke arahnya tetapi tampak wajahnya biasa-biasa saja. Majalah segera kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan aku segera keluar dengan berkata tergagap-gagap,
“Ti..ti..tidak, eh, eng..ggak ngapa-ngapain, kok, Pak. Maa..aa..aaf, ya, Pak”. Pak Freddy hanya tersenyum saja,
“Ya. Udah tidak apa-apa. Kamar saya berantakan. tidak baik untuk dilihat-lihat. Kita makan aja, yuk”. Syukurlah Pak Freddy tidak marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali tetapi rasa malu belum bisa hilang dengan segera.
Pada saat makan aku bertanya, “Koleksi bacaannya banyak banget Pak. Emang sempat dibaca semua, ya Pak?”.
Dia menjawab sambil memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya, “Yaa..aah, belum semua. Lumayan buat iseng-iseng”.
“Kok, tadi ada yang begituan”.
“Yang begituan yang mana”.,
“Emm.., Ya, yang begituan, tuh. Emm.., Majalah jorok”. Aku bertanya dengan agak malu dan tersenyum
Kemudian dia tertawa,
“Oh, yang itu, toh. Itu dulu oleh-oleh dari teman saya waktu dia ke Eropa”. Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Freddy menawarkan aku untuk melihat-lihat koleksi bacaannya. Lalu dia menawarkan diri,
“Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk”. Akupun langsung beranjak ke sana. Aku segera ke kamarnya dan kuambil lagi majalah porno yang tergeletak di atas tempat tidurnya.
“Betul kamu tidak malu?”, Pak Freddy bertanya lagi, begitu tiba di dalam kamar, aku hanya menggelengkan kepala saja.
Mulai saat itu juga Pak Freddy dengan santai membuka celana jeans-nya dan terlihat olehku sesuatu yang besar di dalamnya, kemudian dia menindihkan dadanya dan terus semakin kuat sehingga menyentuh vaginaku. Aku ingin merintih tetapi kutahan. Pak Freddy bertanya lagi,
“Sakit, Et”. Aku hanya menggeleng, entah kenapa sejak itu aku mulai pasrah dan mulutkupun terkunci sama sekali. Semakin lama jilatan Pak Freddy semakin berani dan menggila. Rupanya dia sudah betul-betul terbius nafsu dan tidak ingat lagi akan kehormatannya sebagai Seorang Guru. Aku hanya bisa mendesah,
”aa.., aahh, Hemm.., uu.., uuh”. Akhirnya aku lemas dan kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Pak Freddy pun naik dan bertanya.
“Enak, Et?”
“Lumayan, Pak”. Tanpa bertanya lagi langsung Pak Freddy mencium mulutku dengan ganasnya, begitupun aku melayaninya dengan nafsu sembari salah satu tanganku mengelus-elus penis yang perkasa itu. Terasa keras sekali dan rupanya sudah berdiri sempurna. Mulutnya mulai mengulum kedua puting payudaraku. Praktis kami berdua sudah tidak berbicara lagi, semuanya sudah mutlak terbius nafsu birahi yang buta. Pak Freddy berhenti merangsangku dan mengambil majalah porno yang masih tergeletak di atas tempat tidur dan bertanya kepadaku sembari salah satu tangannya menunjuk gambar cowok memasukkan penisnya ke dalam vagina seorang cewek yang tampak pasrah di bawahnya.
“Boleh saya seperti ini, Et?”. Aku tidak menjawab dan hanya mengedipkan kedua mataku perlahan. Mungkin Pak Freddy menganggap aku setuju dan langsung dia mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar dan duduk di hadapan vaginaku. Tangan kirinya berusaha membuka belahan vaginaku yang rapat, sedangkan tangan kanannya menggenggam penisnya dan mengarahkan ke vaginaku. Kelihatan Pak Freddy agak susah untuk memasukan penisnya ke dalam vaginaku yang masih rapat, dan aku merasa agak kesakitan karena mungkin otot-otot sekitar vaginaku masih kaku. Pak Freddy memperingatkan,
“Tahan sakitnya, ya, Et”. Aku tidak menjawab karena menahan terus rasa sakit dan,
“Akhh.., bukan main perihnya ketika batang penis Pak Freddy sudah mulai masuk, aku hanya meringis tetapi Pak Freddy tampaknya sudah tak peduli lagi, ditekannya terus penisnya sampai masuk semua dan langsung dia menidurkan tubuhnya di atas tubuhku. Kedua payudaraku agak tertekan tetapi terasa nikmat dan cukup untuk mengimbangi rasa perih di vaginaku. Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dengan gerakan penis Pak Freddy mengocok vaginaku.
“Hah, hah, hah,..”. Aku terengah-engah. Pelukan kedua tangan Pak Freddy semakin erat ke tubuhku dan spontan pula kedua tanganku memeluk dirinya dan mengelus-elus punggungnya. Semakin lama gerakan penis Pak Freddy semakin memberi rasa nikmat dan terasa di dalam vaginaku menggeliat-geliat dan berputar-putar. Sekarang rintihanku adalah rintihan kenikmatan. Mungkin ini yang dinamakan orgasme.
Pak Freddy kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku ditelentangkan oleh kedua tangannya dan telapaknya mendekap kedua telapak tanganku dan menekan dengan keras ke atas kasur dan ouwww.., Pak Freddy semakin memperkuat dan mempercepat kocokan penisnya dan di wajahnya kulihat raut yang gemas. Semakin kuat dan terus semakin kuat sehingga tubuhku bergerinjal dan kepalaku menggeleng ke sana ke mari dan akhirnya Pak Freddy agak merintih bersamaan dengan rasa cairan hangat di dalam vaginaku, batang kemaluannya berkedut-kedut beberapa kali. Rupanya air maninya sudah keluar dan setelah kedutannya mereda dia mengeluarkan penisnya dan merebahkan tubuhnya di sebelahku dan tampak dia masih terengah-engah.
 “Gimana, Et? Kamu tidak apa-apa? Maaf, ya”. dia bertanya padaku, tetelah semuanya tenang.
Tidak apa-apa. Agak sakit Pak. Saya baru pertama ini”. aku menjawab dengan lirih, sembari tersenyum.
 “Sama, saya juga”. Dia berkata lagi, Kemudian aku tersenyum dan tertidur karena memang aku lelah, tetapi aku tidak tahu apakah Pak Freddy juga tertidur. Sekitar pukul 17:00 aku dibangunkan oleh Pak Freddy dan rupanya sewaktu aku tidur dia menutupi sekujur tubuhku dengan selimut.
“Kita mandi, yuk. Kamu harus pulang kan?”. Dia berkata. Tampak olehku Pak Freddy hanya menggunakan handuk.
Badanku masih agak lemas ketika bangun dan dengan tetap dalam keadaan telanjang bulat aku masuk ke kamar mandi. Kemudian Pak Freddy masuk membawakan handuk khusus untukku. Di situlah kami berdua saling bergantian membersihkan tubuh dan akupun tak canggung lagi ketika Pak Freddy menyabuni vaginaku yang memang di sekitarnya ada sedikit bercak-bercak darah yang mungkin luka dari selaput daraku yang robek. Begitu juga aku, tidak merasa jijik lagi memegang-megang dan membersihkan penisnya yang perkasa itu. Dan akhirnya penis pak Freddy memasuki vaginaku kembali di kamar mandi. Kali ini tidak ada rasa perih lagi, yang ada hanya nikmat dan kenikmatan. Kembali pak Freddy menembakkan spermanya di dalam tubuhku. Kami berpelukan dengan mesranya, rasanya tak ingin berpisah selamanya.
Setelah semua selesai, Pak Freddy membuatkan aku teh manis panas secangkir. Terasa nikmat sekali dan terasa tubuhku menjadi segar kembali. Sekitar jam 17:45 aku pamit untuk pulang dan Pak Freddy memberi ciuman yang cukup mesra di bibirku. Ketika aku mengemudikan mobilku, terbayang bagaimana keadaan Papa dan Mama dan nama baik sekolah bila kejadian yang menurutku paling bersejarah tadi ketahuan. Tetapi aku cuek saja, kuanggap ini sebagai pengalaman saja. Semenjak itulah, bila ada waktu luang aku bertandang ke rumah Pak Freddy untuk menikmati keperkasaannya dan aku bersyukur pula bahwa rahasia tersebut tak pernah sampai bocor. Sampai sekarangpun aku masih tetap menikmati genjotan Pak Freddy walaupun aku sudah menjadi mahasiswa, dan seolah-olah kami berdua sudah pacaran. Pernah Pak Freddy menawarkan padaku untuk mengawiniku bila aku sudah selesai kuliah nanti, tetapi aku belum pernah menjawab. Yang penting bagiku sekarang adalah menikmati dulu keganasan dan keperkasaan penis guru bahasa Inggrisku itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar